Bab 49

13.1K 557 26
                                    

"Pa, ini Barak anakku."

Kawindra menggendong bocah itu yang tampak tertib sejak tadi, tak protes walau sang ibu tak ikut berada di sisinya. Puas minum ASI, ia langsung dibawa oleh sang ayah menuju tempat kakeknya.

Mata abu-abu milik Jorges langsung melototi bocah laki-laki di pangkuan putranya. Wajahnya mengetat, tapi begitu bocah itu mengerjap lucu, ia langsung saja terpesona. Tetap saja, pria tua itu ingin menyembunyikan rasa gengsinya. "Untuk apa kamu membawa bocah itu!"

"Papa belum sempat bertemu, aku pikir ada baiknya Papa berkenalan dulu dengan Barak. Om Luki sudah punya tiga cucu dari anaknya. Bahkan yang paling besar sudah mau masuk SD, aku beri Papa satu saja ya? Lihat istriku melahirkan, rasanya aku tidak tega."

Barak sedikit gelisah saat terus dalam dekapan sang ayah, ia kemudian merengek kecil. Membuat Kawindra akhirnya melepaskan bocah itu ke lantai dan terbaring di karpet tebal.

Perlahan, Barak yang mulai pandai merangkak itu pun bergerak. Bocah itu tertawa, lalu memegangi jempol kaki Jorges dan memijitnya. Perlahan, Barak malah memasuki jempol kaki itu ke mulutnya dan menghisap. Membuat Jorges sontak tersentak dan menyingkirkan kakinya yang terkenal liur sang cucu.

"Dia mau makan kakiku?!"

"Akhir-akhir ini Barak memang suka memasuki apapun ke mulutnya. Kata Aleesha, giginya mulai tumbuh. Maaf ya, Pa."

Jorges tertegun, kata maaf yang tak biasa diucap oleh sang putra tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Entah berkah, atau malah musibah. Tapi dilihatnya wibawa sang putra yang dulu meledak-ledak dan penuh emosi, kini tampak begitu tenang.

Bahkan Kawindra tak sungkan berjongkok untuk menggendong putra kecilnya, kala Barak keluar dari karpet.

"Dia suka sekali menjelajahi rumah. Kata Aleesha, Minggu kemarin malah merengek minta ke luar rumah dan merangkak dekat rerumputan belakang." Cerita Kawindra tampak tak dibuat-buat. Nyatanya Ayah pria itu malah terdiam dan mendengarkan, malah menanti-nanti cerita lain tentang cucu barunya itu.

"Mana ibunya?"

Kawindra tersenyum tipis, ia mengusap wajah putranya yang terkena air susu. Sebab bocah itu tengah mengedot. "Aku suruh pergi ke salon sama temannya. Barak makin aktif, Aleesha jadi sulit punya waktu sendiri. Kadangkala, malah tidak sempat untuk merawat diri. Aku jadi kepikiran, pasti dulu Mama juga begini saat merawatku."

"Ada pengasuh, kau tak pakai?"

"Istriku menolak. Katanya selagi bisa, ia ingin membersamai tumbuh kembang putra kami. Menjadi orang yang pertama kali melihat Barak telungkup, lalu merangkak, berjalan dan menyebut beberapa kata. Dia tak ingin melewatkan semua itu, momen putranya yang akan terjadi pertama kali ."

Sungguh, Jorges telah banyak mengetahui tentang menantunya. Pun berbicara dan bertemu langsung dengan wanita itu, ia tahu betul bahwa Aleesha orang yang tepat untuk putranya. Kalau saja wanita itu bukan keturunan orang yang ia benci dan hindari seumur hidup, ia tak akan sekeras ini.

"Mmmm...Pa!"

Kawindra langsung menanggapi sang putra dengan luwees. "Iya, ini Papa. Kita ketemu Opa loh hari ini. Barak senang tidak?"

"Mmmm yayaya!"

"Wah, senang ya? Kamu belum pernah ketemu Opa kan? Salim dulu tadi, malah main ngemut kaki Opanya."

Pria itu memegang kedua lengan putranya, lalu kembali membawa bocah itu ke pangkuannya. Ia mendekatkan diri pada sang Ayah. "Sapa Pa, Namanya Barak Arsena Jorges."

"Siapa suruh pakai nama itu?"

"Aleesha beri nama depannya, aku yang nambahin."

Awalnya Jorges ingin menangkis tangan bocah di hadapannya ini, tapi melihat tangan-tangan kecil tak berdosa itu merayap di dadanya dan menimbulkan degupan yang tak biasa.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz