10. KOTA KEPENDUDUKAN

3K 729 97
                                    

Arum melompat dari ranjangnya dengan nafas yang sesak. Matanya berkunang-kunang. Keringat membasahi pelipisnya dan bahksn hingga ke gaun tidur putihnya. Dadanya terasa sangat sesak. Arum tidak bisa bernafas. Semuanya gelap dan berkunang-kunang. Arum memukul dadanya sendiri dan terus berteriak, namun tidak ada suara yang keluar. Ia terus memukul dadanya dengan keras, sebab ia tidak bisa bernafas sama sekali. Bayangan mayat yang tergeletak di jalanan terus menghantuinya setiap malam. Wajah mayat itu sering berubah menjadi wajah Ayah. Arum ingin berteriak dan menolong Ayah, namun ia selalu tak berdaya dan sesak nafas seperti ini.

"Arum." Panggilan lembut terdengar beserta usapan-usapan di punggungnya.

"Arum, tenang... Nafas, Arum. Tarik dan lepaskan." Suara itu kembali terdengar. Arum mengikuti perintah itu perlahan-lahan. Ia menarik nafasnya, lalu menghembuskannya lagi dan terus diulangnya sesuai dengan perintah yang ia dengar. Barulah, dadanya terasa kembali lega seperti semula.

Arum mengerjapkan matanya perlahan dan matanya bertabrakan dengan seorang pria familiar yang merawat dan menjaganya satu tahun terakhir, sejak kepergiannya dari kota pelabuhan itu. Suaminya. Mas Danu.

"M-Mas," gumam Arum perlahan dengan matanya yang masih berair.

Mas Danu meraih handuk lalu menyeka keringat di dahi Arum dengan lembut. Sekaan itu turun ke lehernya dan di tulang belikatnya. Mas Danu menghentikan gerakan tangannya itu ketika handuk tersebut menyentuh belahan dada Arum yang tidak tersembunyikan dengan baik di gaun tidur berenda berwarna putih itu.

"Tunggu di sini," ucap Mas Danu mengabaikan panggilan Arum dan beranjak pergi dari ranjang itu. Air mata turun dan mengalir di pipi Arum ketika melihat punggung Mas Danu menghilang di balik pintu kamarnya.

Hari ketika Arum dibawa pergi dari kota itu, ia hancur berantakan. Arum dibawa ke kota asing yang kemudian ia tahu bahwa itu adalah kota kependudukan atau kota Djakarta. Mobil bak itu mengantarnya ke sebuah rumah yang cukup besar dengan halaman luas yang ditumbuhi berbagai tanaman yang sedang mekar-mekarnya. Rumah itu satu lantai dan memiliki gaya dan arsitektur persis seperti rumah peninggalan para londo di kota asalnya. Dipenuhi jendela dengan bentuk kotak-kotak yang teratur. Atap yang pendek namun melebar. Halaman yang jauh lebih luas dari rumahnya sendiri. Arum langsung disambut oleh seorang wanita paruh baya yang bernama Mbok Asri. Wanita itu yang membantunya berganti pakaian, memasakkan makanan dan menenangkannya.

 Wanita itu yang membantunya berganti pakaian, memasakkan makanan dan menenangkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua bulan lebih Arum tinggal berdua saja dengan Mbok Asri. Wanita itu terus meyakinkan Arum bahwa Ayah akan segera datang. Ketika Aruk bermimpi buruk, Mbok Asri yang akan menenangkannya dan membuatkannya teh. Mbok Asri mengajarinya cara menyetel radio, cara berkebun, menata bunga dan menggunakan transportasi umum di kota kependudukan. Semua itu dilakukan Mbok Asri untuk mengalihkan Arum dari pikirannya tentang Ayah maupun apa yang terjadi di kota pelabuhan.

Lalu, tiba-tiba saja siang itu, Mas Danu datang. Setelah dua bulan bersama Mbok Asri, Mas Danu datang dan langsung meminta Arum menikah dengannya, bahkan tanpa membiarkan Arum bertanya apa yang terjadi pada Ayah atau kota pelabuhan.

NAMANYA ARUM.Where stories live. Discover now