13. MALAM BERSAMA

5.1K 661 98
                                    

Mengandung adegan dewasa ya bestie‼️

***

Arum terbangun ketika mendengar bunyi benda yang dijatuhkan secara kasar. Sudah empat hari Mas Danu tidak berada di rumah dan malam ini, Mbok Asri pulang ke rumahnya sendiri. Kepulangan Mbok Asri menandakan bahwa Mas Danu akan pulang malam itu juga, meskipun Arum tidak diberitahu apa-apa mengenai hal itu. Dugaannya nyatanya benar. Mas Danu telah pulang. Namun, berbeda dari biasanya, malam ini, Mas Danu lebih banyak menimbulkan suara. Biasanya, suara yang ditimbulkan hanyalah bunyi derit pintu yang tertutup dan terbuka, lalu semuanya kembali hening.

Arum menyalakan lampu di sebelah ranjangnya dan tetap diam dalam waktu yang lama. Suasana yang hening, membuat Arum bisa mendengar dengan jelas segala pergerakan kasar Mas Danu di ruang tamu. Pria itu terdengar menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya. Beberapa kali, terdengar geraman pelan dan diselingi nafas yang berat. Suara pintu di sebelah kamar Arum terdengar menutup dan setelahnya kembali hening untuk waktu yang lama. Setelah bergulat dengan pikirannya sendiri dalam waktu yang cukup lama, Arum memutuskan untuk melihat keadaan di ruang tamu yang lampunya masih belum dimatikan itu. Ia membuka pintunya perlahan sembari menyipitkan mata, sebab cahaya lampu ruang tamu jauh lebih terang daripada lampu tidurnya.

Ketika Arum akhirnya bisa menyesuaikan matanya, ia mematung di tempatnya berdiri. Keinginannya untuk berteriak sudah sampai di ujung tenggorokannya. Arum dengan segera menutup mulutnya sendiri dengan perasaan syok dan khawatir luar biasa. Titik-titik darah mengotori lantai rumah itu, meninggalkan jejak yang mengerikan. Tak beberapa lama kemudian, pintu kamar Mas Danu terbuka, menampilkan pria itu dalam balutan kaosnya dan rambutnya yang basah -sehabis mandi. Lengan atas pria itu sudah dibalut dengan perban, tetapi Arum meragukan perban itu menutup luka Mas Danu dengan baik, sebab masih ada darah yang mengalir.

"M-mas," gumam Arum, khawatir setengah mati, sembari meraih tangan pria itu. Ditariknya Mas Danu mengikutinya, lalu dituntunnya pria itu agar duduk di sofa panjang.

"Ini ndak dibalut dengan baik, Mas," ucap Arum gemetar sembari meraih kotak obat yang disimpan di bawah laci meja kopi. Arum melepaskan kembali perban itu, bahkan tanpa persetujuan Mas Danu. Arum mengobati ulang luka sayat yang cukup panjang di lengan atas Mas Danu, membuat pria itu meringis pelan.

"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Arum khawatir sembari bergeser mendekati Mas Danu. Rambut panjang bergelombangnya tak sengaja menyapu lengan pria itu, membuat Danu menelan ludahnya. Wangi mawar meliputi Danu, membangkitkan perasaan yang sudah lama tak lagi ia selami.

"Kecelakaan di tempat kerja," jawab Danu seadanya sembari menatap Arum yang telaten memgobati lukanya. Danu tidak bisa menahan tangannya lagi. Ia menyentuh ujung rambut Arum, ingin merasakan sentuhan feminin dalam dirinya.

"Ini... darahnya banyak, Mas," gumam Arum pelan. "Lain kali tolong lebih berhati-hati."

"Kamu mengkhawatirkan saya?"

"Sangat," jawab Arum terang-terangan sembari membalut luka itu dengan perban. "Jantung Arum hampir jatuh waktu melihat darah."

"Begitukah?" balas Mas Danu dengan matanya yang memicing, berusaha menahan desakan untuk tidak membawa Arum masuk ke dalam pelukannya dan menuntut apa yang menjadi haknya.

"Apa ada lagi yang luka, Mas?" tanya Arum sembari menyentuh dada Mas Danu, berusaha mencari letak luka lain di tubuh pria itu. Nyatanya, Arum salah langkah, sebab sentuhannya, membuat Mas Danu tidak lagi bisa menahan dirinya sendiri. Mas Danu menahan tangan Arum yang berada di dadanya. Lalu, sebelum Arum sempat bertanya, bibir Mas Danu sudah berlabuh di bibir Arum.

NAMANYA ARUM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang