| 13

807 152 87
                                    

°•○☆○•°

Sena sedang berlari sekuat tenaga, berusaha melarikan diri dari seseorang yang mengejarnya. Dia terus melangkahkan kakinya sambil memegang dadanya yang mulai terasa sesak karena kehabisan napas.

Sena berlari cukup jauh sampai-sampai ia merasa asing dengan lokasi dirinya sekarang. Dia terjebak di lorong kosong dan gelap tanpa penerangan yang cukup. Ditambah lagi suasana malam hari yang dingin serta mencekam membuat dirinya sangat ketakutan.

Selama dia berlari, Sena sama sekali tidak melihat satu orang pun di sana. Tidak ada siapapun selain dirinya dan juga orang itu, hanya sesekali terdengar suara lolongan anjing dari kejauhan yang mendukung suasana menjadi sangat mengerikan.

Sena berhenti sebentar untuk mengatur napas, dirinya kelelahan setelah berlari sejauh mungkin dari orang itu.

"Hah... lama-lama hah... gue pingsan juga kalau lari lagi." Monolognya sambil berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Tidak beberapa lama, dia mendengar suara derap langkah kaki dari arah belakang yang semakin mendekat. Sena tidak mau tertangkap oleh orang itu, tapi dia tidak memiliki tenaga untuk berlari lagi.

Sena mulai melihat sekitar dan akhirnya dia memutuskan untuk duduk bersembunyi di samping tempat sampah besar yang sekiranya bisa menutupi dirinya.

Orang itu semakin mendekat dan Sena semakin menutup mulutnya serta memelankan deru napasnya. Jantungnya mulai berdebar semakin kencang. Dia mulai menutup matanya dan berdoa supaya orang itu tidak menemui dirinya. Namun, rupanya keberuntungan tidak berada di pihaknya saat ini.

"I found you, my little girl."

Ya, Orang itu berhasil menemukan Sena. Dia lantas berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Sena.

Sena mulai menangis ketakutan sedangkan laki-laki di depannya mulai tersenyum mengerikan sambil mengelus pelan puncak kepala Sena. "C'mon. I have said before, you can't hide from me, Sena."

"A-ampun kak." Hanya itu yang bisa Sena katakan. Dia sangat ketakutan dengan orang itu.

Grep

Laki-laki itu menarik tangan Sena untuk berdiri. "Ayo balik." Ujarnya.

Sena hanya menurut demi keselamatan dirinya. Dia mengikuti kemana laki-laki itu akan membawanya. Namun, tanpa dia sadari, tiba-tiba Sena tersandung kayu dan terjatuh.

Brak!

"Aduh!" pekiknya. Kemudian Sena tersadar kalau dia baru saja terjatuh dari meja belajar, bukan tersandung kayu. Ya, dia ketiduran saat belajar tadi malam dan yang tadi itu hanyalah mimpi belaka.

"Anjir, kenapa gue mimpiin dia tiba-tiba sih?" ujar Sena sambil memegang lututnya yang sakit akibat terbentur dengan lantai.

Setelah nyawanya terkumpul sempurna, dia mulai berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. Sena melirik jam digital di mejanya. Untung saja masih ada sisa satu jam lagi untuk dirinya bersiap-siap ke kampus hari ini.

Seperti biasa, Sena dijemput oleh Ara dan mereka berangkat kuliah bersama. Hari ini hanya ada satu mata kuliah, tapi tetap saja terasa melelahkan bagi Sena. Entahlah baru kali ini dia merasa lelah dan bingung seperti itu.

"Woi. Bengong mulu lo." Tegur Ara sambil memukul pelan lengan Sena.

Sena tersadar dari lamunannya. "Eh. Masa sih? oh iya, Pak Jaehwan kemana? kok di depan kosong?" tanyanya bingung.

Challenge | Jake Shim (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang