►love(?)

2.7K 447 106
                                    

Mencintai seseorang bukanlah hal yang mudah.

Menjaga hati untuk dirinya menjadi seorang no.1 dihati, menepatin siapa pun diurutan no.2

(name) tau betul perasaan itu, jadi hal masalah berkaitan cinta selalu ia lewatkan.

Tapi kali ini dia benar-benar berpikir. Sudah berapa lama ayato mencintainya? dan sejak kapan kejadiannya?

Semuanya, semua tentang ayato membuat dirinya jadi kepo tentang lelaki surai bitu muda itu sekarang.

(name) terus berperang batin ketika disamping sosok yang hebat seperti ayato. Ditengah kesibukannya mengurus klan sendiri, kenapa bisa lelaki ini menyepatkan diri berkencan didalam rumah.

(name) hanya diam, bahkan bergetak saja rasanya sulit untuknya. Hanya bisa bernafas saja.

Ayato yang bingung melihat sang kekasih yang seperti banyak pikiran lantas bertanya. "(name)? Kenapa? Tidak biasanya?"

(name) tersentak kecil terkejut, panggil ayato benar-benar membuatnya kembali kenyataan.

"hanya masalah...?"

Ayato menghirup teh hijau yang masih hangat pelan. Maniknya menatap (name) seduh. "jika ada masalah coba bilang, aku akan membantumu."

(name) tersenyum, apa dia bilang saja? Atau tidak?

"itu... Kenapa ayato-sama mau berpacaran dengan saya yang notabenenya seorang pelayan biasa dari kalangan rakyat jelata? Bukannya lebih banyak wanita luar sana yang lebih cantik dari saya? Kenapa harus saya? Apa ini... Paksaan?"

Deg! Hati ayato sedikit sesak saat mendengar kata 'paksaan' dari mulut (name).

Teh di tangannya ayato taruh pelan di atas meja, kedua tangannya memegang pipi (name) lembut, membelai pelan. "tidak juga, begitu banyak alasan kenapa aku tak mencintai wanita luar, kebanyakan dari mereka pasti memanfaatkan ketampananku dan harta, (name). Jika suatu saat klan ini runtuh mereka pasti tak akan mau menolongku. Dengan mudah mereka memaksaku untuk mencerai atau putus ketika klan ini runtuh." ayato menatap (name) senduh.

Beberapa ingatan terlintas sekilah dibenak.

Tangannya yang masih menepel di pipi (name) menarik pipi tembam gadis itu gemas. "jadi, walau kau menyukai uang pasti saat klan ini hancur kau masih tetap disampingku. Memulai ulang lagi dari nol."

Tangan dipipi (name) ayato lepaskan, duduk diteras saat malam, angin yang berhembus pelan meniup rambut kecil dua ingsan itu bertebangan.

Malam yang sepi untuk keduanya, tapi menghantar kehangatan bak keluarga kecil.

Ayato jadi berandai-andai ia berharap hubungannya kelak menjadi sebuah keluarga kecil di klannya. Ayaka menjadi tante pasti lucu, menggendong anaknya dan membisikan sesuatu mrmbicarakan tentang dirinya yang sisi jelek.

(name) menepuk pundak ayato. Ia tersenyum kecil. "bukannya ada beberapa wanita seperti ku, metrka baik, cantik, dan kaya. Kenapa tak memilih mereka."

Ayato membalas ucapan (name) sambil memeluk gadis itu erat. "bukan berarti mereka baik juga bukan? Jika aku mrnjadi jelek dak cacat, apa mereka masih mau?" mencoba menyembunyikan perasaan aslinya saat ini.

Maniknya mulai berkaca-kaca saat membisikkan kata "jangan pergi, tolong." di samping telinga sang gadis dengan lembut.

(name) memeluk lagi sosok lelaki itu, saat ini ayato mulai rapuh. Mengangkat kewajiban dan tanggung jawab yang besar begitu susah, ditambah dengan ayaka yang masih masa pertumbuhan, yang belum mengenal sisi lain dari klan.

"aku tak akan kemana-mana, janji." seperti anak kecil, (name) memberi jari kelingking. Ayato melepas pelukan air mata yang dari tadi tertahan jatuh dipipinya. Jari kelingkingnya terkait dijari kelingking (name) yang kecil.

Perbedaan besar tangan mereka, membuat ayato terkekeh. "(name), tangan mu kecil sekali."

"heh, gini-gini tangan aku, tangan kuli jawa!"

"jawa? Apa itu?"

"ih! Lupakan itu hanya salah satu tulisan di novel yang kubaca." (name) mengembungkan pipinya kesal.

Ayato terkekeh gemas, memeluk (name) lebih erat sebelumnya.

"ayato-sama lepasin! Sesak!" (name) memberontak mencoba melepaskan pelukan mau ayato.

"tidak! Tetap seperti ini, mau manja sama ayangku satu ini."

(name) akhirnya pasrah, di otak terlintas ide jail.

"pelukannya longgarin dikit, ayato-sama."

"kau pasti kabur setelahnya."

"enggak, cuma mau minum teh, haus."

Ayato meminum teh di cangkir (name) tadi, tidak menelannya. Bibir ayato dipertemukan dengan bibir (name). Kenyal dan hangat. Disela-sela ciuman ayato memaksa (name) meminum tehnya lewat bibir ayato.

Saat teh di mukut ayato habis ditelan (name), lelaki itu tersenyum. Mengusap kepala (name).

(name) menepisnya kesal. "berhenti mencium tanpa izinku!"

"tapi kau akan menolaknya."

Ada bayangan telinga kucing yang turun kebawah di kepala ayato dan ekornya yang turun dengan sedih.

Menghela nafas pelan, (name) memeluk ayato dengan malu-malu. "terserah."

Ayato memeluk (name) balik dengan senang. "tapi bilang meow dulu."

Bayangan (lagi) muncul sebuah hati yang patah menjadi dua. Ayato kalah dalam ngedominan sekarang. "meow~" katanya sambil bergaya seperti kucing yang akan mencakar.

"hahaha!"

───────•°•❀•°•───────

(name) terbangun, lantaran cahaya matahari yang masuk diam-diam di jendelanya.

Bangkit lalu berjalan berdiri menghampiri jendela. Menyibak tirai dengan menguap.

Menyadari ia bangun terlambat ia buru-buru mencari thoma, hendak membantu pria itu mengbabu.

Ketika sosok dicari bertemu (name) menghampiri thoma sedikit acak-acakan.

Thoma terkaget, menyadari (name) bangun telat. Dalam pikiran thoma berpikir. (name) malam tadi kencan sama ayato di teras rumah pasti?

Thoma tersenyum simpul menatap (name). Hubungan mereka mulai maju. "(name) kalau kau bangun telat gakpapa, tapi urus dulu dirimu yang acakan itu." nasehat thoma.

(name) mendengus dengan ucapan thoma yang seperti seorang ibu, mengangguk kecil menanggainya.

"kalau gitu aku bebersihan diri dulu, thoma bisa kau siapkan teh buat ayato-sama sebentar."

Thoma mengangguk, ia tersenyum.

'bahan ghibahan bareng, ojou-sama bagus nih.'

Thoma&ayaka 🤝 author.

►to be continued...

Mangkanya vote, komen, follow dong! Anda pikir, mikirin alur mudah!

-note; slow update :3

Meng-babu; Kamisato AyatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang