►???

274 19 3
                                    

Cerita ini sudah ditulis. Namun tak ada yang tau bagaimana akhirnya.

Langkah derap terasa, keringat bercucuran karna panas ruang yang tak kira-kira, jika di katogorikan bagaimana panasnya. Gadis itu akan menjawab, sepanas air mendidih.

Uap-uap dan kabut yang bewarna ungu terlihat jelas, kabut itu bahkan membanjiri lantai kayu yang terlihat kokoh.

Jelas, ini gudang.

Gudang yang sangat dikenali si gadis yang sedang dijadikan sebagai sandera.

Entah apa kesalahan yang ia perbuat, benaknya berpikir terus menerus. Kejahatan apa yang dia lakukan hingga mendapatkan prilaku yang selalu menyangkut nyawa.

Dalam kegelapan itu muncul seorang wanita, rambut hitam yang mulai menjadi putih, kerutan di pipi, dahi terlihat jelas.

Suaranya serak, mau mengeluarkan sehuruf pun susah, hanya suara orang bisu yang ada. Kedua tangan terikat di bangku dengan tali dengan kencang bersama kedua kakinya.

"(name), sayang." ucapnya lembut namun menusuk diindra telinga gadis.

Degungan suara jantungnya bergebu-gebu, bukan menahan rasa malu yang biasa dia lakukan didekat kekasihnya. Melainkan rasa takut yang luar biasa.

Takut, takut, takut, takut. Hanya itu di perasaannya yang sekarang.

Sebelum sosok dikenalnya, memegang kedua pipi gadis dengan lembut dan hati-hati.

Pelototan sempurna menatap dengan mengerikannya di ruang yang gelap, dengan lilin sebagai pencahayaannya.



Terbangun, mimpi menyeramkan dialami si gadis dengan keringat dingin membanjirkan tubuhnya.

Memegang kepalanya yang terasa nyeri, (name) memasang wajah seduh. Berpikir ulang apa yang ada di alam sadarnya, padahal tak ada apa-apa selain sosok hitam dikegelapan (baginya) menatapnya dengan membola sempurna.

Seolah mata seakan mau copot jika dilihat sedekat itu.

Mengusap kasar wajah, gadis di sibukkan dengan tubuhnya yang mengigil. Rasa takut tadi sepertinya menyatu dengan dirinya sekarang.

Takut, kesal, marah, dan sedih.

Perasaanya sudah menjadi gado-gado yang enak, membangkitkan rasa lapar si gadis, tanpa basa-basi kepad Diri sendiri.

(fullname) berjalan ke dapur, cuma untuk makan apa pun selama itu mengeyangkannya.

Sesampainya di dapur, hawa membuka lemari dan mengambil buah berbentuk terong— avender melon maksudnya.

Salahkan bentuknya yang emang kayak terong!

"kasih garam atau bumbu bbq ya..."

Hening melanda, sebelum suara panggilan seseorang memanggil hawa.

"(name)?"

"anak hara— maksudnya, ya ayato?" kaget, hampir saja mengeluarka kalimat ejekan andalan. (name) berbalik, memandang kaget ayato yang bersender di daun pintu.

"mau makan?" tanya kekasih pelan, karna hening dan sunyi malam itu. Suara kecil dan gerakan kecil aja terdengar dengan nyaring.

"iya, laper... Habis mimpi buruk."

Ayato menaikkan bahunya, kala mendengar informasi mungil di bibir (name).

Lelaki itu tersenyum, mendekati (name)  dengan memeluknya. "habis makan, mau kutemani tidur?"

Tentu saja, hawa mengangguk, membiarkan adam memeluknya mesrah sesaat.

Hanya dia dan ayato, sudah cukup saat ini. Rasa nyaman dan tentram, pelukan hangat itu seolah mengajaknya tidur terlelap kembali hanya beberapa menit. Sungguh, bagai mantra yang diberikan.

Meng-babu; Kamisato AyatoWhere stories live. Discover now