100

6.1K 710 297
                                    

"Gue mau"

***

"Gue mau kita lomba balapan di tempat dan jam yang biasa" Jawab Tristarm datar tanpa ada mengandung nada mengejek maupun remeh kepada Kaivan dkk.

Gara mengernyitkan dahinya begitu mendengar jawaban dari musuh mereka yang menjawab pertanyaan itu dengan datar.

Bukan apa-apa, namun biasanya Tristarm menjawab mereka dengan nada yang mengejek bahkan terkadang ia sengaja memprovokasi Kaivan mengingat ketua mereka sekaligus sahabat mereka adalah pemuda yang terkenal tak mudah terpancing emosi, kecuali jika ia memang sedang emosi akan mudah terpancing yang berakhir baku hantam antara dua geng itu.

"Gue" Belum sempat Kaivan berbicara Tristarm langsung memotong pembicaraannya yang membuat Kaivan menutup matanya menahan emosinya agar tidak meledak karena pemuda itu.

"Tentunya taruhan yang kali ini gue kasih bisa buat lo puas nantinya" Potong Tristarm dengan cepat membuat Andre dan Glen merasakan sesuatu yang mengganjal dari perkataan Tristarm.

"Emangnya taruhannya apa lo kasih kali ini?" Tanya Andre sedikit ragu dengan taruhan yang diberikan oleh musuh bebuyutan mereka.

Jujur saja, baik Andre, Glen, Kris, Gara, Kailash, bahkan Kaivan mereka tidak pernah melihat wajah Tristarm yang begitu serius karena selama ini wajah yang mereka lihat dari Tristarm adalah wajah mengejek dan remeh setiap mereka bertatapan.

"Kalo gue kalah gue gak bakalan ganggu kalian lagi. Tapi, kalo gue menang gue bisa dekat sama adek lo tanpa lukai dia sedikitpun bukan, Kaivan?" Jawaban yang diberikan Tristarm berujung pertanyaan membuat keenam pemuda itu membelalakkan mata mereka tak percaya.

Kaivan mengeraskan rahangnya begitu tahu kalau tujuan musuhnya adalah ingin mengenal Asta secara lebih dekat. Ia bisa saja melarang Tristarm untuk berdekatan dengan Asta, namun ia sadar kalau musuhnya lah yang telah menyelamatkan nyawa adiknya yang saat itu berada diujung tanduk.

"Kenapa kita harus dengerin apa yang lo mau?" Tanya Gara dengan nadanya yang begitu datar dan nadanya yang rendah yang membuat Andre dan Glen merinding takut mendengar nada dari pemuda itu.

"Karena gue gak pernah ingkar apa yang gue omongin. Tenang aja taruhan yang gue kasih ini gue udah omongin sama anggota geng gue" Jawab Tristarm dengan santai.

"Dengan kata lain gue bakal damai dengan geng kalian" Sambung Tristarm yang membuat Kaivan dkk membulatkan mata mereka tak percaya dengan ucapan Tristarm yang begitu santai apalagi mereka melihat tatapan ketiga sahabat Tristarm yang begitu santai seolah-olah tahu apa yang diinginkan oleh ketua sekaligus sahabat mereka.

"Wahh kayaknya ketua kalian udah habis minum obat ya sampe gila kayak gitu" Ujar Glen tak habis pikir dengan jalan pikir Tristarm yang berbicara dengan mudahnya tanpa berpikir panjang.

"Baru tau lo kalo bos kita kayak gini? Gue sama yang lain aja dari dulu kayak gini aja udah capek liatnya" Jawab Diaz dengan nadanya yang benar-benar lelah mengahadapi sikap Tristarm yang benar-benar keras kepala.

Baik Glen maupun Andre yang mendengar itu melongo tak percaya jika Tristarm adalah laki-laki yang memiliki pemikiran yang aneh.

"Jadi gimana mau atau gak?" Tanya Tristarm santai menunggu jawaban dari Kaivan.

Sementara Kaivan memikirkan semua resiko yang akan ia terima dari taruhan itu dan apa keuntungannya. Sejujurnya Kaivan sempat tergiur dengan taruhan dengan Tristarm jika ia memenangkan balapan nanti malam. Namun, ada resikonya juga yang membuatnya cemburu dengan pemuda itu dimana jika Tristarm yang memenangkan balapan itu, maka pemuda itu bisa berdekatan dengan Asta kapanpun yang ia mau.

Asta Cassano A. (End)Where stories live. Discover now