V I I I

1.6K 277 13
                                    

"Lo mau kemana?"

Dayana menoleh, rambut yang diikatnya jadi satu ikut berpindah tempat. Melihat temannya masih berada di ambang pintu walaupun hanya kepalanya saja yang timbul. "Gue mau keliling sebentar, nurunin makanan," jawabnya sembari menepuk perut. Perutnya sangat pegah karena terlalu banyak makan di kantin.

Temannya termangut. "Jangan lama-lama. Sebentar lagi guru bakalan masuk," ingatkannya meninggalkan Dayana.

Ia mengantongi kedua tangannya di almamater, melanjutkan perjalanannya kembali untuk mengitari lantai 4. Biasanya jika sudah memasuki bulan Oktober, almamater sekolah sudah boleh dipakai karena masuk musim hujan. Matanya terus menggeledah lorong yang sudah mulai sepi.

Sungguh ia lebih suka angkatan sekarang dibandingkan angkatan sebelumnya. Tidak ada rumor-rumor yang tidak jelas beredar di kelasnya. Membuatnya tenang untuk fokus dengan kelulusannya.

Terdengar suara bising dari salah satu kelas. Semakin terdengar saat mendekati lorong kelas IPS. Rupanya suara itu berasal dari XII IPS 1. Keningnya mengerut, tidak paham dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Mereka seperti mengadakan ... konser.

Kursi yang bertumpuk di atas meja, meletakkan sebagiannya di depan kelas, dan saling membuat alat musiknya sendiri. Bernyanyi sekadarnya seperti yakin tidak akan ada guru yang masuk setelah ini.

"Kacau," gumamnya menggeleng. Mencari keberadaan orang yang ingin dipantaunya. "Masih waras sedikit." Melihat Aludra sibuk mengikuti alunan lagu, ikut terhanyut dengan konser abal-abal itu.

Tugasnya selesai. Cuma mengamati, lalu sudah. Karena anak itu sama sekali tidak ke kantin, itulah kenapa ia datang ke kelasnya. Sudah saatnya ia kembali ke kelas sambil melakukan peregangan sedikit.

Tapi tanpa disadari, ada yang mengawasinya dari belakang. Mengintip dari jendela kelas yang menuju lorong. "Keknya beberapa hari belakangan, gue sering liat dia ngeliatin lo. Lo gak risih gitu?" tanyanya.

Aludra menggeleng. "Palingan juga lagi nyari temen buat ribut. Lo tau sendiri kalo gue sama dia gak akrab karena waktu itu," jawabnya mengedikkan bahu.

"Kalo tiba-tiba dia nyari masalah sama lo, gimana? Dia 'kan sepupunya–"

"Masih aja dibahas. Kejadiannya udah lama, gak usah diungkit lagi," peringati Aludra. Ia melihat salah satu ponsel menyala. "Cek tuh, siapa tau bias lo tiba-tiba live," celetuknya.

Memang sepertinya Aludra harus memancing Dara dengan idolanya itu. Terbukti Dara langsung mengecek ponselnya untuk memastikan ucapannya benar atau tidak.



***



Terdengar suara tekan dari keyboard yang ditekannya. Bola matanya masih sibuk menatap layar komputer. "Lo gak kuliah?" tanyanya heran karena temannya sudah lebih dulu datang.

"Udah selesai. Cuma satu matkul doang," jawab Ace menutup buku yang tebal itu. Mengubah posisinya menjadi duduk. "Masih bisa lo cari tau yang gue minta?" tanyanya.

Matanya memincing walaupun tidak melihat Ace di belakang. "Lo pikir kemampuan gue langsung ilang gitu aja cuma karena dibubarin? Gue emang udah lama gak pakai komputer di markas, tapi gue masih sempet bantuin kerjaan Papa," ujarnya. "Lagian yang lo minta juga gak terlalu susah. Cuma cari nama pemilik rekening, abis itu cari tau keberadaannya. Selesai," timpalnya seakan semuanya bisa ia raup dengan mudah.

"Lo beneran gak ada kegiatan lain gitu di sekolah?" heran Ace. "Padahal lo masih bisa ikut ekskul atau ikut OSIS, itung-itung isi waktu luang." Kalau dirinya sekarang sibuk karena lomba.

Cassiopeia : Nayanika ✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें