X V

1.4K 251 7
                                    

Leoni mengerjap. "Bisa Papa ulangi ucapan Papa barusan?" pintanya. Ia bukannya tidak mendengar, hanya tidak percaya dengan ucapannya tadi.

Gery yang masih sibuk di depan laptopnya pun mengulangi perkataannya. "Adik kamu, Aludra Yenala Hendrick itu nyari tahu tentang mamanya melalui anak pertama Tyantara." Lalu menoleh, melihat Leoni yang kelimpungan. "Bukannya kamu yang sudah menghandle semuanya? Kenapa kamu sendiri yang tidak tahu?" tanyanya heran.

Gadis itu bungkam. Bukannya ia tidak tahu, hanya belum tahu kabar selanjutnya dari Ace. Entah Ace sudah tahu atau Aludra yang terlalu pintar menutupi rencananya itu.

"Anak itu masih dalam pengawasan Mattheo. Memangnya dia tidak tahu apa-apa tentang yang direncanakan Aludra?" Gery bertanya kembali.

Melihat anaknya mulai sibuk dengan ponselnya, sudah pasti Leoni juga belum mendapat kabar dari Theo. Ia menghela nafas.

Kepalanya mendongak. "Terus Papa punya rencana apa lagi? Mau gimana pun, Papa bakal tarik semua sahamnya dari mereka 'kan?" Leoni mengalihkan pertanyaan.

"Pastinya iya. Tidak mungkin Papa pertahankan saham di perusahaan yang semakin hancur lebur seperti itu." Gery melepas kacamatanya, meletakkan di samping laptop. "Papa yang terlalu gegabah karena yakin Aludra tidak akan mencari tahu tentang Nola lagi," gersahnya memijat kening.

"Anak itu pasti dijanjikan sesuatu sama Al, Oni yakin itu," akui Leoni. "Barusan Matt bilang kalo sebentar lagi keluarga Tyantara akan dibengkap, sebisa mungkin Papa jangan sampai terlibat sama mereka," pintanya.

Gery mengangguk. "Sebelum itu, Papa pasti sudah lepaskan sahamnya. Sekarang pikirkan adikmu, bagaimana bisa dia bisa lepas dari anak pertama Tyantara itu sebelum waktunya?" Nadanya seperti orang yang sudah putus asa. "Dia pasti akan terseret dengan masalahnya. Bukan terseret lagi, Papa yakin namanya akan disebut."

"Matt sedang pikirkan itu, Papa jangan khawatir," tenangkannya.

Dalam hatinya, ia ingin mengumpati pacarnya itu karena berani macam-macam di belakang. Membuat rencana dengan adiknya tanpa memberitahu dirinya? Sangat menyebalkan!

Aludra juga tidak keberatan pula dengan rencananya itu. Benar kata Ace, tingkah laku adiknya sama sekali tidak bisa diprediksi. Lihat saja dua anak ini jika bertemu dengannya, tidak akan ia lepas begitu saja.

"Oni."

"Mm?"

"Tidak jadi." Gery mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Kenapa Pah?" Pasti ada sesuatu yang disembunyikan darinya.

Gery sebenarnya ragu untuk membicarakan ini, tapi lebih baik ia bicara saja. "Kamu tidak masalah 'kan jika Papa selalu ajak Aludra pergi? Papa takut kamu malah cemburu lihat Papa pergi dengannya." Karena Gery merasa akhir-akhir ini, ia jarang meluangkan waktunya untuk anak sulungnya.

"Papa ngomong apa sih?" Leoni berusaha mungkin menahan tawanya, kembali menstabilkan raut wajahnya yang tidak terkontrol. "Oni gak masalah. Lagian Papa udah banyak luangin waktu buat Oni, sekarang giliran Aludra. Manfaatin waktu, Pah, sebelum anak tengah Papa punya gandengan," godanya.

"Oni, kamu jangan nakut-nakutin Papa." Gery jadi gelisah sendiri mendengarnya. "Aludra masih kecil di mata Papa, gak boleh pacaran dulu," larangnya keras.

"Umurnya sebentar lagi 18 tahun setelah natalan. Udah gede itu. Lagian seumuran sama Oni waktu pacaran sama Matt."

Leoni paling tahu seluk beluk sikap papanya bagaimana. Cemburu akut. Semua yang menjadi miliknya, tidak boleh direbut begitu saja. Itulah mengapa sulit sekali bagi Theo untuk merebut hati papanya.

Cassiopeia : Nayanika ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora