X X I I

1.2K 241 5
                                    

"Kenapa harus Keenan?"

Aludra yakin pengamanan dari pihak Ace juga akan lebih dari cukup. Baru saja ia mendengar ceritanya tentang Adele yang menyamar menjadi seorang Sora, teman satu tim nya. Masih belum mengerti kenapa harus Keenan yang disuruhnya.

Sorot matanya tertuju pada Arnold yang sudah memulai acara intinya. "Lo gak pernah denger tentang anak emas di Cassiopeia?" Tidak dijawab oleh Aludra. "Mau sehebat apapun Kak Leoni, pasti akan kalah sama anak emas yaitu Keenan. Yang paling muda di tim kita," beritahunya.

"Karena dia punya keahlian di bidang teknologi?"

Ace mengiyakannya. "Teknologi udah gak bisa dilepas lagi dari jaman ini. Gue pernah cerita kalo Keenan susah untuk direkrut, perlu usaha lebih. Ayah pernah bilang, kalo Keenan gak berhasil direkrut, Cassiopeia terancam dibubarin karena gak ada anak lain selain Keenan," jawabnya.

Sebelumnya Aludra tidak pernah mendengar sebutan anak emas itu. Tapi jika dipikirkan, Keenan memiliki power sekuat itu dengan kemampuannya. "Terus apa hubungannya sama Sora itu?" tanyanya.

"Ucapan papa lo ngaruhin pola pikir gue. Kalo Sora benar-benar ngelakuin tujuannya, kira-kira kapan dia lakuin itu?" tanyanya balik.

"Pesta ini." Aludra bergumam tanpa sadar. Menatapnya sejenak. "Di depan semua rekan kerja kakek lo. Dia mau lo dipermalukan disini. Opsi kedua, dia sekalian ungkapin sikap kakek lo selama ngurus dia," ujarnya.

"Betul." Ace rasa Aludra sudah mulai mengerti. Jarinya menunjuk sesuatu ke arah bawah. "Gak sedikit wartawan yang dateng. Belum lagi mungkin ada yang nyamar. Beritanya bakal cepet nyebar lewat wartawan itu kalo hal itu beneran terjadi. Makanya gue minta tolong Keenan."

Aludra termangut. "Keluarga lo rumit," celetuknya.

"Keluarga lo juga sama," balas Ace.

Gadis itu membenarkan ucapannya. Semuanya menjadi rumit saat ia bertemu dengan keluarga papanya. Seakan ia sedang masuk ke dalam keluarga baru yang belum ia rasakan sebelumnya.

"Keenan ngirim chat." Notifikasi itu langsung muncul di lockscreen-nya. "Dia bilang kalo sinyal disini mulai melemah. Mungkin bakal aman kalo itu beneran kejadian, Keenan punya waktu untuk siapin device-nya," beritahunya.

"Suruh jaga-jaga." Jam tangan yang masih meligkar di pergelangan tangan pun menunjukkan jam setengah dua belas. "Sebentar lagi acara intinya dimulai," ucapnya.

Aludra mengangguk. Membalas pesan itu dengan singkat. Bukan ciri khas Aludra untuk membalas pesan panjang-panjang, membuang waktu. Lalu ia menyerahkan ponselnya. "Mau lo aja gak yang pegang? Kayaknya lo doang yang paling butuh HP," sindirnya. Masih tidak pikir benda sepenting itu ditinggal begitu saja di dalam kamar.

"Emang gapapa?"

"Emang lo mau liat apaan di HP gue?" Keningnya mengerut. "Chat gue cuma sama kalian, sama Dara doang. Chat Dara juga gak ada penting-pentingnya, cerita idola nya terus." Bahkan Aludra tidak mengerti kenapa Dara tidak bosan menceritakan idolanya.

Ace tertawa kecil, menggeleng. "Lo pegang aja. Kalo gue butuh lagi, baru gue minjem," tolaknya.

Baiklah, Aludra memegang ponselnya saja daripada harus dimasukan kembali ke tasnya. Memperhatikan Arnold di atas panggung yang sumeringah. "Gue semakin yakin sih kalo pesta ini buat ibu lo. Cuma nama ibu lo yang daritadi di sebut," tuturnya.

"Kakek sama sekali gak liat Ayah." Pandangan pasti selalu teralih dari posisi Carlos.

"Kakek lo gak mungkin undang Pak Carlos kalo gitu. Ada yang namanya gengsi, gak mau ngakuin sesuatu padahal dia seneng kalo ada orang yang dia undang ada disana. Gue pandang kakek lo begitu." Ya betul, Aludra seakan sedang bercermin dengan dirinya sendiri.

Cassiopeia : Nayanika ✔️Where stories live. Discover now