X X I V

1.3K 270 5
                                    

Belum ada satu minggu setelah pemakaman Arnold yang dilakukan di Indonesia, lagi-lagi keluarga Ace diterpa oleh masalah yang tiada hentinya datang.

Bukannya Ace tidak peduli dengan kakeknya sampai tidak mencari tahu siapa penembak itu, hanya saja ia mencari aman dan mempercayakan semuanya kepada pihak berwajib.

Tapi apa yang ia dapatkan?

"Kita harus cari bukti tambahan untuk ngebuktiin Pak Carlos gak bersalah atas penembakan itu!" tegas Leoni.

Dengar sendiri 'kan? Polisi yang ia percaya itu nyatanya menangkap ayahnya sendiri yang jelas-jelas tidak bersalah. Bagaimana bisa Carlos yang mempunyai riwayat sebaik itu dituduh sebagai pembunuh?

Sebelum masuk ke dalam penyelidikannya, kita kilas balik ke pagi tadi saat Ace mengunjungi kantor polisi untuk meminta keterangan.

.

.

.

Tangannya yang mengepal kuat itu menggebrak meja. "Gimana bisa ayah saya sendiri dituduh melakukan penembakan itu? Gak mungkin," sangkal Ace menggeleng pelan.

Reno yang bertugas dalam kasus ini pun masih setia menangkringkan kedua kakinya di atas meja. Kepalanya yang bersandar di kursi pun didonggakkan ke atas, menutupi wajahnya dengan jaket. "Harusnya kamu sudah mendengarnya dari Zevan mengenai ini. Tidak perlu saya jabarkan lagi detailnya," jawabnya malas.

"Hanya dengan dua kesaksian, Anda bisa menarik kesimpulan jika ayah saya yang menembaknya?" Ace berdecih. "Bisa saja saat lampu mati, orang itu mendekat ke arah ayah saya dan menjadikan ayah saya kambing hitam." Ia masih berusaha mengukuhkan pendapatnya.

"Dalam keadaan gelap begitu? Harusnya ada barang pecah karena tersenggol saat dia berjalan."

"Dan dalam keadaan gelap begitu, ayah saya bisa tepat sasaran menembaknya?" Ace sangat tidak yakin tentang hal itu. "Ayah saya bukan penembak, memegang pistol gak pernah. Jangan ngarang," ujarnya bengis.

Dengan malasnya, Reno menyikap jaketnya dari wajah, menatapnya. "Terus kamu bisa jelaskan keberadaan pistol yang terkubur di pot dekat Carlos berada? Dan kenapa Carlos memakai sapu tangan saat itu?" tanyanya kembali. Melihatnya bungkam, ia kembali menutup wajahnya. "Padahal kamu sendiri yang memberi keterangan jika Carlos dan Mendiang Arnold tidak pernah damai. Bisa tarik kesimpulan sendiri 'kan?"

Lihat sikap tak acuhnya, membuat Ace ingin mengacak-ngacak kantor polisi saat itu juga.



***



Belum ada satu jam ia bertemu dengan anak tertuduh, sekarang sudah bertemu dengan anak dari saksi yang dimintainya keterangan.

"Bapak gak bisa nuduh gitu lah," omel Aludra.

Reno mengernyit, padahal ia tidak punya jadwal temu dengannya. "Orang tua kamu sendiri yang memberikan kesaksian. Belum lagi dengan bukti yang kami dapatkan di TKP. Menuduh bagaimana?" Matanya mendelik. "Jangan mentang-mentang kamu pacaran dengannya, kamu bisa menarik kesimpulan jika orang tuanya tidak bersalah," hardiknya.

Soal permasalahan itu, Aludra sama sekali belum menuntaskannya. "Saya disini lebih tahu sifat Pak Carlos dari sudut pandang murid. Pak Carlos bukan orang yang Anda kira," balasnya tajam.

"Saya sangat tidak membutuhkan sudut pandang murid. Sifat itu bisa direkayasa dan Carlos membuktikan itu semua." Tangannya mengibas. "Lebih baik kamu tenangkan pacarmu itu sebelum menemui saya lagi. Jika memang kekeuh bahwa Carlos tidak bersalah, bawakan semua buktinya. Waktu dua hari tidak terlalu lama untuk mengeluarkan surat penangkapan," suruhnya.

Cassiopeia : Nayanika ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora