1. Rencana Sangat Jenius

4.1K 167 31
                                    

SATU
Rencana Sangat Jenius


⠀⠀Here's the thing about being 29 and unmarried : obrolan bersama teman-temanmu rasanya sudah berbeda dunia. Bahkan Sashi, bestfriend extraordinaire yang sangat aku sayangi, harus menjelaskan berkali-kali kenapa dia berniat ikut demo hanya karena harga minyak goreng naik. Sementara, aku hanya bisa bengong saja karena tidak mengerti dimana masalahnya.

⠀⠀Apalagi dia kan punya suami Oh Sehun, yang aku yakin tidak akan keberatan kalau minyak goreng jadi seharga emas sekalipun.

⠀⠀Dengan Syarah, obrolanku lebih gak nyambung lagi. Aku baru tahu betapa mahalnya popok dan susu bayi, dari keluhan panjang lebar Syarah sementara ia sibuk menenangkan tangisan dua anaknya—Zafran dan Zayna.

⠀⠀Dari circle pertemananku yang sangat sempit itu, aku baru sadar kalau hanya aku yang masih bersemangat haha-hihi tanpa beban, alias masih single. Happy single, but still—single.

⠀⠀Karena itulah, di umur 29 ini, aku sudah memutuskan. Aku harus membuat perubahan pada hidupku yang sendirian.

⠀⠀Dengan menikah?

⠀⠀Oh, bukan. Tentu saja bukan.

⠀⠀Maksudku, aku ingin memiliki anak.

⠀⠀"Orang gila," adalah apa yang Sashi katakan saat aku mengumumkan niat itu di dapur rumahnya kepada audience setiaku; Sashi, Sehun, dan empat kucing mereka yang diberi nama dari member Blackpink.

⠀⠀Mungkin Mbak ART diam-diam menguping dari dapur kotor, jadi kita hitung dia juga.

⠀⠀"Ini ide terjenius gue, men." Aku berpose penuh gaya, kedua tangan di pinggang. "Resolusi ulang tahun nan bombastis."

⠀⠀"Bombastis gigi lu!" seru Sashi lagi, melempar satu bantal sofa kearahku. Aku berkelit dengan profesional, tapi rupanya sahabatku masih belum selesai. "Lu mau dapet bayi darimanaaaa, hah?!"

⠀⠀"Ya dari…" Aku melambaikan tangan ke perut dan bagian bawahnya. "...Sini. Darimana lagi?"

⠀⠀"Ar, aku merasa ini seperti ide yang buruk," akhirnya, Sehun angkat bicara—dengan bahasa Korea. Untung aku sudah terbiasa dengan hobi gonta-ganti bahasa pasangan ini. Alisku terangkat pada Sehun, menunggunya memberikan alasan. Laki-laki itu mengangkat bahu. "Di Korea, wajar kalau wanita belum menikah di umur 30… atau lebih. Aku hanya tidak mengerti kenapa kau harus terburu-buru karena umur."

⠀⠀"Kalian kan sudah tahu," aku menjawab dengan bahasa Korea terbaikku, "aku punya PCOS, dan itu hanya akan semakin parah seiring bertambahnya usia."

⠀⠀Sashi dan Sehun berpandangan. Tampaknya, mereka tidak bisa bicara apa-apa kalau soal kondisi kesehatan reproduksiku itu.

⠀⠀"Jadi, gue memutuskan buat punya anak dulu." Kusesap kopi dingin di gelasku. "Toh gue juga gak pengen nikah."

⠀⠀"Tapi terus darimana lu… maksud gue, bikin anak kan gak bisa sendirian, coy. Mesti berdua," Sashi berujar ragu, "mau sperm donor, gitu?"

⠀⠀"Nah, ini yang agak sulit," aku menjawab jujur, "mungkin milih diantara temen-temen yang gue kenal?"

⠀⠀Kedua sahabatku berpandangan lagi.

⠀⠀Oke, aku memang tidak punya bakat romantis. Aku tidak tertarik pada pernikahan, atau bahkan laki-laki pada umumnya.

⠀⠀Jangan salah. Aku masih straight, sumpah. Hanya saja, membayangkan diriku terikat selamanya pada satu laki-laki… rasanya menyesakkan. Aku terlalu menghargai kebebasanku untuk itu.

⠀⠀Tapi… beda urusannya kalau kita bicara soal anak. Aku selalu ingin memiliki anak. Bahkan setiap memejamkan mata, aku bisa melihat dengan jelas anak yang kuinginkan—anak laki-lakiku, dengan mata bulat, bibir yang selalu tersenyum, gigi kelinci menggemaskan, kulit pucat, rambut hitam lebat.

⠀⠀Aku sudah punya nama untuknya. Aku sudah membaca belasan buku parenting untuk menyiapkan diri. Aku membeli sepasang boots bayi diam-diam di Mothercare saat mencari hadiah lahiran Syarah, dan sampai sekarang boots bayi itu masih tersimpan di kamarku, dalam ruko yang kutempati sekarang.

⠀⠀Dalam semua bayangan itu, tidak sedikitpun aku terpikir tentang suami—atau pernikahan. Aku hanya ingin anak laki-lakiku, dan tidak butuh yang lain.

⠀⠀Tentu ideku ini akan membuat kegemparan, apalagi kalau sampai keluargaku yang super heboh itu tahu. Aku mengerti, dan kurasa aku sudah cukup menyiapkan diri dan mental untuk menjalankan rencana ini.

⠀⠀Yang belum siap, hanya calon ayah dari anakku.

Notes
Oke, gimana chapter pertama ini? Udah mulai geleng-geleng kepala oleh ide jenius Ardhanareswari?

Btw, aku emang sengaja bikin babnya lebih pendek dari ceritaku yang biasanya, biar lebih ringan aja waktu dibaca~

Jangan lupa vote dan comment yaa biar aku makin semangatt huehehe 💜✨

PCOS : sindrom polikistik ovarium, suatu gangguan hormon yang mengakibatkan indung telur memproduksi kantong-kantong kista kecil berisi cairan. Sehingga, sel telur tidak berkembang sempurna dan mengakibatkan menstruasi yang tidak teratur.

Best Knock Up Planحيث تعيش القصص. اكتشف الآن