25. Wait, Wait... WHAT?

992 62 0
                                    

DUA PULUH LIMA
Wait, Wait... WHAT?
⠀⠀

⠀⠀"Yeooool!!!"

⠀⠀"Wae, wae?!" Chanyeol tergopoh-gopoh menghampiri dengan wajah panik. "Ada apa?! Perutmu sakit? Baby baik-baik saja? Apakah ini sudah waktunya?!"

⠀⠀"Berlebihan!" Aku mengerutkan hidung, lalu menunjuk ke bawah. "Tolong bukain tali sepatu gue, Yeol. Gak keliatan nih."

⠀⠀"Astaga." Ekspresi Chanyeol berubah seketika. Matanya memelototi boots hitam yang kukenakan. "Lalu bagaimana kau memakainya tadi? Lagipula, ibu hamil macam apa yang kemana-mana memakai sepatu boots?"

⠀⠀"Aku dibantu Sashi. Dan tadi itu jadwal mendadak, jadi aku hanya menyambar sepatu manapun yang ada di mobil."

⠀⠀Sahabatku menghela nafas, tapi tetap berlutut untuk berkutat dengan tali sepatu. Bahkan, ia juga membantuku melepasnya dengan hati-hati, sebelum merapikan sepasang boots itu ke rak.

⠀⠀"Makasih." Aku tersenyum lebar, dan langsung ngeluyur ke kamar mandi.

⠀⠀Selesai mandi dan skincare malam, aku beranjak keluar dari master bedroom. Mengetuk pintu kamar tamu tempat Chanyeol tidur akhir-akhir ini.

⠀⠀Tok, tok, tok.

⠀⠀Tidak perlu menunggu lama, sahabatku muncul dengan wajah super ngantuk.

⠀⠀"Ada apa lagi, Ar-ah?"

⠀⠀"Aku sudah mulai spotting."

⠀⠀Sontak, mata Chanyeol terbuka lebih lebar. "Spotting? Maksudmu, pendarahan? Tunggu sebentar—menurut buku yang kubaca, itu artinya persalinan sudah dekat!"

⠀⠀"Exactly," anggukku, "jadi... Temenin gue tidur ya, Yeol? Takut tiba-tiba mulai kontraksi."

⠀⠀"Iya, iya." Chanyeol mengacak rambut, berbalik sebentar untuk mengambil ponsel. Sambil menguap lebar, laki-laki itu mengikutiku masuk ke master bedroom.

⠀⠀Kami berbaring lagi di kasurku yang sempit, untuk kesekian kalinya. Chanyeol memperhatikan sekeliling—mulai dari boks bayi yang ia rakit, hingga koper berisi perabotan bersalin di pojokan. Aku yakin, dalam hati Chanyeol sedang membuat checklist, memastikan persiapannya sempurna.

⠀⠀Sementara, aku berbaring miring, mencoba beristirahat setelah hari yang cukup melelahkan. Namun, seperti yang selalu terjadi—Baby P malah semakin aktif ketika aku sedang rileks.

⠀⠀"Aigu, lihat itu." Chanyeol menunjuk ke arah perutku yang bergerak-gerak. "Agiyaa, apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini?"

⠀⠀"Kurasa dia sedang mempersiapkan diri," candaku.

⠀⠀"Oh, benar juga. Pasti Baby P juga tahu kalau waktunya sudah semakin dekat."

⠀⠀"Dia tidak sabar untuk bertemu Mama dan Appa." Sudut-sudut bibirku terangkat. "Itu kombinasi yang agak aneh, ya? Mama dan Appa?"

⠀⠀"Bukan masalah. Justru itu menegaskan bahwa Baby P adalah anak Indonesia sekaligus Korea. Dia istimewa."

⠀⠀"Semua anak terlahir istimewa, Chanyeora."

⠀⠀"Aku tahu. Tapi ini terasa lebih istimewa karena di anakku." Sahabatku cengengesan. "Boleh aku menyentuhnya?"

⠀⠀"Go ahead."

⠀⠀Jadi, Chanyeol meletakkan tangan di atas perutku dengan hati-hati, mendorong satu titik lembut. Baby P menyambut dengan penuh semangat, tendangannya semakin kencang. Kadang, aku bisa melihat sebentuk kaki atau kepalan tangan, menembus dari balik baju tidur tipis yang kukenakan.

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now