21. Waktu Indonesia Bagian Jujur

815 65 9
                                    

DUA PULUH SATU
Waktu Indonesia Bagian Jujur
⠀⠀

⠀⠀"Beb, kayaknya kita harus pasang pager gaib deh," ujar Sehun pada istrinya, ketika aku muncul untuk kesekian kali di rumah mereka.

⠀⠀"Hadeh." Sas menjatuhkan diri ke sofa, pura-pura lelah. "Baru juga tidur bayi gue, nongol lagi si Kampret."

⠀⠀"Yah, Anna tidur?" tanyaku kecewa, "padahal gue mau gemes-gemesan sama doi."

⠀⠀"Sudahlah, tidak perlu menggunakan anakku sebagai alasan." Sehun mengibas tangan. "Lu kesini karena laper, kan?"

⠀⠀"Banget." Aku mengusap perut yang sudah membesar. Memasuki bulan ketujuh, aku semakin merasa seperti paus. Tubuhku mulai sakit karena menahan beban tambahan, belum lagi tendangan Baby P yang semakin kuat. Dan, yang lebih mengesalkan lagi, aku jadi sering lapar. Membawa-bawa manusia kecil di dalam perut ternyata menghabiskan cadangan energi dengan cepat.

⠀⠀Tapi makan sendirian di rumah juga tidak menyenangkan. Aku jadi teringat pada Chanyeol, bagaimana dia selalu menemaniku makan, tengah malam sekalipun. Bagaimana dia berbicara dengan lembut pada Baby P, menggumamkan lagu-lagu entah apa…

⠀⠀Cepat-cepat kugelengkan kepala, berusaha tidak memikirkan Chanyeol atau apapun yang berhubungan dengannya.

⠀⠀"Duduklah, Ar." Sehun mengedik. "Wajahmu tidak enak dilihat."

⠀⠀"Thanks berat." Aku mengerutkan hidung, menghempaskan diri ke sofa single-seater yang empuk. Baby P menyundul-nyundul, mungkin mulai sedikit kesempitan di dalam sana.

⠀⠀Sementara itu, Sas menatapku lekat-lekat, seolah sedang membaca sesuatu di sana. "Ar…"

⠀⠀"Hm?"

⠀⠀"You okay?"

⠀⠀Jelas gak okay. Aku menghela nafas. Baiklah, mungkin memang sudah saatnya mengaku pada kedua sahabatku ini. "Gue kangen Chanyeol. Beneran kangen."

⠀⠀"Kan!" Sehun menjentikkan jari. "Udah gue duga!"

⠀⠀"Iya iya, emang dugaan Oh Sehun gak pernah salah! Puas?" dengusku sebal, "masalahnya, sekarang gue gak tau harus gimanaaa!"

⠀⠀"Tentu saja kau harus meneleponnya dan mengungkapkan perasaan itu dengan jujur."

⠀⠀"Jangan gila, Hun. Yang ada gue diketawain sama dia."

⠀⠀Sashi mencondongkan tubuh, mengambil permen susu dari toples. "Gapapa kali, Ar. Lu kan lagi hamil anaknya sekarang. Gue rasa dia juga bakalan ngerti kalo lu butuh dia."

⠀⠀"Benar, Hyung kan memiliki hati yang sangat baik."

⠀⠀Mataku berpindah-pindah antara sepasang suami-istri itu, berusaha menemukan kata yang tepat. "Justru gara-gara itu. Gara-gara dia terlalu baik, gue jadi makin baper dan makin kangen, padahal mah dianya pasti ngerasa B aja. Gue yakin dia masih belom bisa move on dari mantannya."

⠀⠀"Eisssh," desis Sehun pelan, bersandar ke sofa dengan lebih nyaman, "harusnya, kau memanfaatkan waktu bersama-sama kemarin itu untuk masuk ke hatinya juga."

⠀⠀"Gimana caranya gue bisa masuk ke hati seseorang kalo didalemnya udah ada orang lain?" tanyaku, menyambar tisu dan membuang ingus dengan berisik.

⠀⠀Sehun meringis jijik. "Ya lu tinggal masuk dengan paksa, terus usir orang yang di dalem. Kan lu barbar."

⠀⠀"Ah, nyesel gue ngomong ama lu," keluhku keras, "makin lama makin ngaco!"

⠀⠀"Udah, udah." Sashi menengahi, tepat saat terdengar suara tangisan dari dalam master bedroom. "Sial, pake kebangun lagi si anak piyik! Lu ambil makan deh Ar, gue tidurin Anna dulu biar anteng!"

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now