27. Bundle of Joy

1.1K 65 16
                                    

DUA PULUH TUJUH
Bundle of Joy
⠀⠀

⠀⠀Jujur, aku kehilangan kata-kata untuk menjelaskan apa yang terjadi setelahnya. Bahkan, kalau disuruh mengingat pun, memori itu datang dalam bentuk potongan-potongan kejadian yang tidak lengkap.

⠀⠀Aku ingat mendapat suntikan epidural, membuat kontraksiku lumayan bisa ditahan. Tapi aku tidak ingat kapan persisnya dokter memutuskan bukaan sudah lengkap. Yang kuingat berikutnya, aku sudah diminta untuk mulai mengejan.

⠀⠀Bahkan aku tak ingat persis seperti apa rasa sakitnya. Yang aku ingat, adalah saat aku mengambil nafas, terengah-engah. Bulir-bulir keringat mengalir di dahi, dan tenagaku sudah di batas-batas penghabisan. Aku ingat wajah Chanyeol di sampingku, ikut panik.

⠀⠀Aku juga ingat suara tangis bayi, perasaan lega melanda, dan Zikri yang tiba-tiba muncul—didorong Mama untuk masuk. Aku ingat suara Zikri melantunkan azan, tapi sayup-sayup. Karena semua ingatan itu jauh dan kabur, seperti memori dari sebuah mimpi. Seolah aku tidak berada di dalam tubuh, dan hanya menonton sebuah film dari kehidupan orang lain.

⠀⠀Namun, semua buram itu pecah ketika sesosok manusia mungil diletakkan di atas dadaku. Ia menggeliat, dan mataku menyusuri jemari-jemari mungil, telinga mencuat, hidung menggemaskan, hingga ke sepasang mata yang membuka perlahan, membalas tatapanku.

⠀⠀Detik itu juga, aku mempercayai apa yang orang-orang katakan sebagai cinta pada pandangan pertama.

⠀⠀"Hi Baby," bisikku serak, mengelus punggung mungilnya, "selamat datang di dunia, Antasena Park."

⠀⠀"Annyeong, Agiya," satu bisikan lain terdengar. Aku sedikit menoleh, menemukan Chanyeol berlutut di tepi ranjang, wajahnya tepat di sebelah wajahku. Ia menatap Baby dengan tak percaya—sekaligus pemujaan. "Siapa namanya tadi, Ar-ah?"

⠀⠀"Sena. Antasena Park. Dia akan menjadi ksatria kita."

⠀⠀"Annyeong, Sena." Chanyeol menyentuh jari-jari Baby yang sangat kecil, suaranya tersendat. "Ini Appa… dan Mama."

⠀⠀Baby P menggeliat lagi, mulutnya mengecap-ngecap mencari puting susu. Aku dan Chanyeol terkekeh.

⠀⠀"Lihat telinganya." Aku menunjuk.

⠀⠀"Benar-benar telinga Yoda yang kau inginkan, bukan?" tanya Chanyeol, menggoda.

⠀⠀Sontak, kedua sudut bibirku tertarik, membentuk cengiran. "Sempurna."

⠀⠀"Akhirnyaaaaaa! Congrats, my bitch!!!" Sashi meletakkan bungkusan besar di atas nightstand, lalu memelukku erat-erat.

⠀⠀Aku balas memeluknya, tersenyum lebar. "Thanks berat, Kampret."

⠀⠀Kemudian, giliran Sehun dan Anna yang mendekat, memberikan selamat padaku. Aku menyambut dengan antusias, sementara Anna mulai mengoceh tidak jelas. Sashi menguyel pipi anaknya sendiri, sebelum duduk di sisi ranjangku.

⠀⠀"Tadi gue ketemu Ceye sama nyokap lu di kantin bawah. Kayaknya mama mertua mulai akrab ya sama mantu?" goda Sas, mengeluarkan cup yang sangat kukenal dari dalam plastik, "nih, yogurt."

⠀⠀"Yesss!" Aku langsung bersemangat. "Ngomong-ngomong, gue juga gak ngerti kenapa mereka bisa kompak begitu. Mungkin karena jagain gue bareng-bareng."

⠀⠀Memang, setelah persalinan di pagi buta itu, Mama dan Chanyeol sama sekali tidak meninggalkan kamar rawatku. Mereka bergantian duduk di sebelahku, mengajak bicara atau menyuapkan minum sedikit demi sedikit. Ketika Keluarga Oh muncul, barulah mereka berdua turun ke kafe untuk mencari sarapan.

⠀⠀Zikri sih, jangan ditanya. Setelah menunaikan tugas—mengazani Baby P—adik sepupuku itu langsung menggabruk ke atas sofa dan ngorok. Saking hebohnya suara dengkur Zikri, Anna sampai mengintip penasaran dari balik bahu ayahnya.

⠀⠀"Bagus dong kalo kompak," celetuk Sehun, "mereka pasti akan sering bertemu, apalagi kalau sedang membantumu mengurus Baby P."

⠀⠀"Sering bertemu apanya?" cibirku, "Chanyeol akan segera pulang ke Korea. Dia punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

⠀⠀"Benarkah begitu?"

⠀⠀"Tentu saja benar. Kami kan sudah sepakat, kalau Baby P adalah tanggung jawabku. Chanyeol memang bilang akan menemani, tapi aku yakin itu tidak akan lama."

⠀⠀Sebelah alis Sehun terangkat. "Iya deh, terserah lu."

⠀⠀Sebelum aku sempat bertanya-tanya, Sashi sudah memotong, "eh eh, coba cerita. Gimana awalnya pas kontraksi? Berapa lama?"

⠀⠀Aku sudah bilang pada Mama bahwa aku tidak ingin dijenguk banyak orang. Jadi, yang datang paling-paling hanya Geng Tanah Abang dan Keluarga Oh. Maka, selama di rumah sakit, aku bisa fokus pada pemulihan dan Baby P.

⠀⠀Membiasakan diri menggendong Baby, mendekapnya ketika menangis, hingga belajar menyusui dengan bimbingan dokter laktasi. Ternyata, menyusui tidak sekedar memberikan puting kepada si bayi, tapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Aku juga belajar pumping ASI, tak lupa bertanya panjang lebar tentang penyimpanan serta cara menyiapkannya kembali.

⠀⠀Rumah sakit sudah memberikan korset untuk perut, tapi aku merasa kurang nyaman. Jadilah, Mama yang mengajariku memakai bengkung sendiri. Juga hal-hal lain tentang perbayian, yang didengarkan baik-baik oleh para muridnya—aku dan Chanyeol.

⠀⠀Ya, Chanyeol juga membiasakan dirinya menjadi ayah dengan sangat baik. Dia selalu ada, tidak jauh dariku. Selalu siap melakukan apapun untuk Baby P—dan aku, juga. Bahkan saat ia sedang tertidur sekalipun, aku hanya perlu memanggil dan Chanyeol akan langsung melompat bangun.

⠀⠀Sesuatu yang kusyukuri, sekaligus membawa ketakutan. Karena aku tahu keadaan menyenangkan ini tidak untuk seterusnya. Bagaimanapun caranya, aku harus mempersiapkan diri untuk kembali sendiri. Hanya bersama anak laki-lakiku, tanpa ayahnya.

Notes
Harusnya aku update hari Minggu, tapi kemarin aku abis nemenin bestie ke eventnya Sehun 😌 padahal ku sengaja dateng agak telat setelah acara kelar, eh tetep aja padet banget masuk ke mall-nyaa 😭 sampe main cari-carian saking banyak orang. Mau keluar juga desek-desekan hft sekarang badanku pegel semua.

Sekian curhat hari ini 😌🙏

Best Knock Up PlanOnde histórias criam vida. Descubra agora