18. Suaminya Kemana?

1K 71 12
                                    

DELAPAN BELAS
Suaminya Kemana?
⠀⠀

⠀⠀Minggu ke-20.

⠀⠀Menurut blog pregnancy guide yang selalu kupantau di internet, Baby kira-kira sama panjangnya dengan sebuah pisang. Tapi karena blog ini adalah blog luar negeri, mereka tidak menuliskan dengan spesifik jenis pisang apa yang dimaksud. Pisang ambon, pisang susu, pisang raja, atau pisang tanduk?

⠀⠀Masih menjadi misteri.

⠀⠀Yang jelas, Baby P—Park—sudah cukup besar untuk membuatku merasakan geraknya. Belum gerakan heboh semacam sundulan atau tendangan, baru ketukan-ketukan pelan dan getaran halus. Kadang ada juga gerakan aneh dalam interval yang teratur, dan Sas bilang itu artinya dia sedang cegukan di dalam sana. Gemes banget.

⠀⠀Seperti yang sudah direncanakan, hari ini adalah jadwalku check up ke dokter kandungan. Sayangnya, kemarin siang Chanyeol menelepon dan meminta maaf, tidak bisa datang karena konflik schedule. Panjang lebar laki-laki itu menjelaskan betapa dia sudah merencanakan semuanya dengan baik, tapi ternyata syuting drama yang ia bintangi molor dari jadwal seharusnya. Dan Chanyeol tidak bisa mangkir, karena dia adalah pemeran utama.

⠀⠀Kalau sudah begitu, apa yang bisa kulakukan?

⠀⠀Tentu saja menelan kekecewaan bulat-bulat. Tapi tidak apa-apa, sungguh. Selama ini aku selalu pergi check up sendiri, dan tidak ada masalah berarti.

⠀⠀Jadi, aku tetap bersiap-siap dan berangkat sendiri ke rumah sakit, menyetir si Macan yang sudah mulai batuk-batuk lagi.

⠀⠀Seperti biasa, begitu sampai di rumah sakit, aku langsung mendaftar, cek tensi, timbang berat badan, dan duduk di salah satu kursi yang tersedia. Menyeruput susu ibu hamil kotakan sambil memperhatikan sekitar.

⠀⠀Banyak sekali pasangan suami-istri. Jelas saja, namanya juga ruang tunggu obgyn. Dan orang-orang masih cukup waras untuk hamil setelah menikah, sehingga mereka bisa menunggu bersama suami atau anak. Bahkan ada juga yang datang bersama orang tua dan mertua, duduknya dekat denganku pula. Terdengar jelas obrolan seru mereka.

⠀⠀"Ayo tebak-tebakan yuk, kira-kira cewek apa cowok ya?"

⠀⠀"Kalo Bunda bilang ya, cewek pasti nih!"

⠀⠀"Ah masa? Menurut para calon kakek gimana hayoo?"

⠀⠀"Cewek atau cowok sama aja, kok…"

⠀⠀Diam-diam, aku ikut tersenyum. Pasti menyenangkan sekali, ada teman yang bisa diajak bermain tebak-tebakan. Memang hanya hal kecil, tapi itu jauh lebih baik daripada duduk sendirian seperti aku sekarang.

⠀⠀Chanyeol bahkan belum membalas chat yang kukirimkan tadi malam. Membuatku jengkel sekaligus galau sendiri. Oke, aku tahu kami tidak punya hubungan apapun selain berteman, tapi memangnya dia tidak ingin tahu kabar anaknya sendiri? Minimal bertanya apakah aku sudah pergi check up atau bagaimana hasil USG-nya kan bisa?

⠀⠀Grrr. Ini pasti efek hormon ibu hamil. Pasti. Aku jadi tidak bisa berpikir logis, dan membiarkan perasaanku pada Chanyeol mempengaruhi mood. Padahal aku sudah berusaha keras melupakannya, mengubur tunas perasaan cinta itu dalam-dalam sebelum dia tumbuh lebih jauh…

⠀⠀"Sendirian aja, Mbak?"

⠀⠀Aku berjengit kecil, tidak mengira ada yang mengajakku bicara saat ini. Tapi saat aku menoleh, salah satu ibu besan dari keluarga yang tebak-tebakan tadi sedang menatapku iba. Tergagap, aku menjawab pertanyaan beliau, "eh… iya, Bu."

⠀⠀"Emang suaminya kemana?"

⠀⠀Pertanyaan biasa, tapi malah terasa sesak di dadaku. Sekuat tenaga, aku menahan air mata yang berusaha merebak—hormon kehamilan, hanya hormon kehamilan—dan menyunggingkan senyum termanis. "Lagi kerja di luar pulau, jadi nggak bisa nemenin."

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now