11. Kehebohan, Jilid 1

1.2K 81 23
                                    

SEBELAS
Kehebohan, Jilid 1
⠀⠀

⠀⠀Aku menguap lebar-lebar, ingin menggelinding saja untuk turun tangga biar gak repot. Beberapa penjahit di workshop lantai dua menyapa, dan aku menjawab seadanya.

⠀⠀Gara-gara menemani Sashi ghibah tadi subuh, aku baru tidur jam setengah enam. Itu juga tidurku jadi tidak lelap karena terbayang Sas yang terus-terusan mengeluh setiap kontraksinya datang.

⠀⠀Begitu sampai di lantai satu, Rita—karyawan butik—menyambutku dengan tumpukan gaun yang baru dikembalikan.

⠀⠀"Hai Rit," sapaku sambil menguap.

⠀⠀"Paaaaagi Kak!" balas Rita penuh semangat, "buset, jangan lebar-lebar nguapnya, entar aku kesedot."

⠀⠀Aku mendengus, berbelok ke ruang utama butik. Asisten desainernya Sashi, Karin, sudah duduk di meja putih, sibuk membolak-balik map berisi sketsa.

⠀⠀"Lah?" Aku mengerutkan kening. "Kok lu disini, Kar? Emang Sashi masuk?"

⠀⠀"Masuk. Emangnya dia bilang gak masuk?"

⠀⠀"Kan semalem dia bilang udah mulai kontraksi."

⠀⠀"Hah, masa? Ini dia malah nge-chat gue nyuruh bikin gamtek."

⠀⠀"Dih, yang bener aje tuh orang." Kugelengkan kepala heran. Tangan sibuk membalas chat dari Aul—kebetulan dia pulang ke Jakarta kemarin, jadi kami janjian ketemu di butik.

⠀⠀Aku duduk di sofa, bermalas-malasan mumpung butik belum buka dan hari ini tidak ada appointment dengan client. Kalau kalian pernah lihat cici-cici duduk di toko sambil main HP nyuruh-nyuruh karyawan dengan rolan rambut di jidat, nah kira-kira begitu bentukanku sekarang.

⠀⠀"Rit, kemaren gaun yang emerald udah dibalikin kan ya?"

⠀⠀Rita lewat di depanku, terseok-seok menyeret garment bag untuk digantung di hanger. "Udah kak, cuman belom di laundry."

⠀⠀"Okeh."

⠀⠀Jam setengah sembilan, mobil Audi yang familiar memarkir di depan ruko. Aku mengerutkan kening, melihat Nyonya Oh turun dari pintu penumpang, dibantu Deni.

⠀⠀Dengan cengiran lebar, Sashi mendorong pintu kaca penuh semangat. Bel dibalik pintu berdenting. "ANNYEONGHASEYOOW!"

⠀⠀"Kok lu muncul?" tanyaku bingung.

⠀⠀"Daripada gue bengong di rumah. Lagian Aul mau kesini kan?" Ia menghampiri Karin, duduk di sebelahnya. "Gamtek bajunya Mbak Vanda udah belom, Kar? Gue mau kasih ke tukang pola."

⠀⠀"Ini lagi dikerjain. Kata Ar lu udah kontraksi?"

⠀⠀"Udah, tapi masih jarang-jarang."

⠀⠀"Asal jangan beranak di ruko gue aje lu." Aku mengerutkan hidung, melirik perut Sashi yang sudah sangat besar. "Masalahnya disini gak ada bidan, adanya Faisal karyawan Padang noh. Kemaren sih dia ngakunya sering bantuin kucing lahiran."

⠀⠀"Ih, gak mau ama Faisal. Entar anak gue bau rendang."

⠀⠀"Heh! Ngomong sembarangan!"

⠀⠀"Abisan—aduh, aduh! Mampus gue… aduh sakit banget coy!" Sashi mencengkeram lengan Karin erat-erat, memegangi perut. Aku meringis, tiba-tiba ingin kabur sekarang juga. Ngeri, euy.

⠀⠀Untungnya, beberapa menit kemudian, Sashi sudah kembali tenang, mengatur nafas. Tidak berapa lama, giliran Aul yang muncul.

⠀⠀"Hayiiiiii!!!" sapanya riang.

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now