7. A Rushed Planning

1.5K 82 13
                                    

TUJUH
A Rushed Planning
⠀⠀

⠀⠀"Ar, Ar! Ppalliwa!" Sehun berseru, membuka pintu mobil, sementara aku terengah-engah dengan satu duffel bag besar menggantung di bahu dan satu tangan menyeret-nyeret koper kabin, berusaha menyusul SaSe yang sudah lebih dulu sampai di van yang menjemput.

⠀⠀Masalahnya, duffel bag raksasa itu bukan punyaku. Itu bawaan Tuan dan Nyonya Oh. Tapi karena Nyonya Oh lagi hamil muda, Tuan Oh tidak akan membiarkannya membawa barang berat, dan memberikan tugas mulia itu pada…

⠀⠀Siapa lagi? Tentu saja aku.

⠀⠀"Permisi, permisi! Aku staff! Aku staff!" aku berseru, menyelip di antara kerumunan fans Sehun. Kepalaku sudah lima kali terantuk sikut orang, tapi sepertinya tidak ada yang peduli. Manager Sehun sibuk menghalau fans yang terlalu dekat dengan mobil, meninggalkanku berjibaku sendirian dengan tali tas melorot-melorot dan gerombolan cewek histeris.

⠀⠀"Permisi! Aku asisten pribadinya! Permisi!"

⠀⠀Cewek-cewek ini benar-benar luar biasa. Bukannya minggir, mereka malah dorong-dorongan dan menutup jalanku. Dengan sangat terpaksa, aku ikut mendorong, menyenggol, menyikut, dan mencubit sampai akhirnya aku berhasil keluar dari jebakan zombie dan hampir nyusruk ke kolong van.

⠀⠀"Ppalli, Ar! Kenapa lama sekali? Ayo masuk!"

⠀⠀Nafasku berbunyi ngiiiik panjang, tidak cukup udara tersisa untuk balas mengomel pada Sehun. Cepat-cepat aku memanjat naik, dibantu Sashi yang menggeret duffel bag ke kursi belakang van.

⠀⠀Sehun melompat naik, membanting pintu hingga tertutup. Aku masih membungkuk dengan awkward di antara jok Sashi dan Sehun, mendorong koper melewati celahnya saat tiba-tiba saja, Manager Sehun menginjak gas.

⠀⠀"Mbeeeek!!!" pekikku kaget, sukses nyungsep ke jok belakang dengan bunyi gabruk keras, sementara mobil menjauh dari Incheon dan para fans Sehun yang menjerit semakin liar.

⠀⠀"Aaaar, you okay?" Sashi melongok ke belakang.

⠀⠀"Gak, gak okay!" gerutuku, mengusap kepala yang terantuk tadi, "PGGS!"

⠀⠀"Apaan lagi tuh?"

⠀⠀"Pokoknya Gara-Gara Sehun!"

⠀⠀Bukannya merasa bersalah, Tuan Oh malah tertawa geli. Kampret. Aku memperbaiki posisi duduk, mengeluh pelan. Di luar jendela, pemandangan dihiasi warna jingga dari daun-daun pepohonan pinggir jalan.

⠀⠀Ini bulan September, sudah memasuki musim gugur. Liburan Chuseok di depan mata, dan tentu saja Tuan Muda Oh Sehun memboyong istrinya pulang kampung.

⠀⠀Terus ngapain aku ikut disini?

⠀⠀Yah, anggap saja sebagai penggembira. Sashi tidak mau bengong sendirian di Seoul, dan tentu aku tidak akan menolak kesempatan untuk jalan-jalan (setengah) gratisan.

⠀⠀Kalau tahu kesempatan jalan-jalan itu termasuk digeruduk zombie dan nyusruk ke jok belakang mobil, mungkin aku sudah berpikir dua kali sebelum bilang iya.

⠀⠀Tapi, aku kan masih harus membicarakan soal rencana produksiku dengan Chanyeol. Kami masih harus membuat kesepakatan yang jelas tentang pengasuhan anak itu nanti…

⠀⠀"Ar?"

⠀⠀"Hah?" Aku mengerjap, menoleh pada Sashi. "Ya, ndoro? Butuh apa lagi? Koyo? Minyak angin?"

⠀⠀"Jangan nyebut koyo disini! Malu-maluin aja!" sambar Sehun.

⠀⠀Aku melotot. "Gitu? Awas aja kalo lu tiba-tiba jompo terus minta koyo. Gak bakal gue kasih!"

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now