2. Lolos Kriteria

2.1K 123 37
                                    

DUA
Lolos Kriteria


⠀⠀Segila apapun rencanaku, aku tetap menjalankannya. Diantara kesibukan butik rental yang kumiliki bersama Sashi dan mengelola workshop bridal-ku sendiri, aku mulai membuat katalog teman-teman cowok yang potensial.

⠀⠀Berbagai cara kutempuh. Janjian dengan teman lama, hingga date dengan mantan pacarku waktu SD. Membuat checklist di dalam hati tentang pros and cons dari setiap kandidat.

⠀⠀Aku tidak mempertimbangkan mereka sebagai pasangan hidup, tapi lebih ke… gen. Kadang aku merasa seperti sedang memilih sapi—proporsi badannya oke, kakinya kuat, hidungnya bagus, matanya jernih—tapi aku mulai mendapat gambaran lebih jelas tentang laki-laki seperti apa yang kuinginkan sebagai 'donor'.

⠀⠀Yang paling utama—dia harus punya wajah yang tampan. Ayolah, ini kan demi anakku. Poin plus kalau laki-laki ini juga tinggi, dengan tubuh besar dan gagah. Aku suka laki-laki gagah, apalagi kalau dia punya bahu dan dada yang bidang.

⠀⠀Kedua, dia harus pintar. Aku paling benci orang bodoh yang keras kepala. Laki-laki dengan wawasan luas, bisa diajak diskusi dengan beradab, dan cukup open minded untuk melihat dari sudut pandang berbeda adalah idamanku.

⠀⠀Itu adalah dua poin utama, sisanya… masih bisa dipertimbangkan. Atletis, menghargai perempuan, baik hati dan tidak sombong akan menjadi poin tambahan.

⠀⠀Masalahnya, sulit sekali menemukan laki-laki di sekitarku yang seperti itu. Kriteria pertama sih gampang. Banyak sekali cowok good looking berserakan.

⠀⠀Tapi begitu sampai ke poin kedua… tidak semudah itu, ferguso. Entah aku yang memang terlalu pemilih, standarku terlalu ketat, atau memang cowok macam ini langka, tapi aku tak kunjung menemukan laki-laki yang kadar pintarnya persis dengan bayanganku. Selalu saja ada nilai minus yang kutemukan.

⠀⠀Dengan berat hati, aku mencoret satu-persatu nama dari daftar.

⠀⠀"Coba sebutkan lagi kriterianya?" tanya Sehun.

⠀⠀Aku mendengus, tahu dia hanya akan mengejekku. Jariku mengetuk-ngetuk meja makan SaSe (Sashi-Sehun) sementara Rosé (yang kucing) bergelung di pangkuanku.

⠀⠀"Kamu mau cariin dia blind date emangnya?" Sashi mengerutkan kening pada suaminya, sebelum tiba-tiba berbinar. "Eh, iya juga Ar! Kali aja Sehun punya temen yang cocok!"

⠀⠀Aku mencibir. "Yakin?"

⠀⠀"Coba ulang lagi." Sehun mengedikkan dagu. "Kriterianya. Apa saja tadi? Tampan?"

⠀⠀"Tampan, tinggi, kalau bisa yang bahunya lebar dan dadanya bidang, pintar, open minded, bisa diajak diskusi sehat, atletis, pandai berolahraga, menghargai perempuan, baik hati, dan tidak sombong."

⠀⠀"Ah." Suami Sashi manggut-manggut. "Itu sih gampang."

⠀⠀"Gampang apanya?" Aku mendelik. "Itu sulit!"

⠀⠀"Kamu punya temen kayak gitu, Beb?" Sashi masih tampak bingung, mungkin sedang mengingat-ingat mana teman suaminya yang cocok dengan deskripsi itu.

⠀⠀Kami menunggu Sehun bicara. Laki-laki itu sepertinya sedang ngelag—tidak bergerak, tapi satu sudut bibirnya terangkat. Kuraih gelas kopiku, menyesapnya banyak-banyak…

⠀⠀"Kenapa tidak Chanyeol-hyung?"

⠀⠀Hampir saja aku menyemburkan semua kopi di mulut. Butuh waktu beberapa menit untukku menenangkan diri, menelan kopi dan batuk-batuk setelahnya. Butuh beberapa saat lagi untuk menghilangkan kekagetanku dan melotot pada Sehun.

⠀⠀"Lu gila? CHANYEOL KAN GAY!"

⠀⠀Sehun malah cengengesan tanpa dosa. "Tapi dia tetap punya sperma, kan? Daripada dia terus membuangnya tanpa guna, lebih baik dimanfaatkan."

⠀⠀"Eh, tapi…" Sashi mencomot satu biskuit dari toples, wajahnya tampak sedang berpikir. "Bener juga sih Ar. Kenapa gak Chanyeol aja? Kan lu juga lumayan deket."

⠀⠀"Gak sedeket itu juga," gelengku, "palingan kita suka begadangan bareng, telfonan sambil cerita-cerita gaje."

⠀⠀"Ya itu mah deket namanya!"

⠀⠀"Tetep aja. Gak sedeket itu." Aku mengerutkan hidung, mengelus Rosé yang mendengkur di pangkuanku.

⠀⠀Ini gara-gara Oh Sehun.

⠀⠀Pokoknya, SSS. Semua Salah Sehun.

⠀⠀Karena celetukannya kemarin, aku jadi mempertimbangkan Chanyeol, tanpa kusadari. Dan iklan Indomie yang dibintangi EXO-SC juga sama sekali tidak membantu. Setiap aku menyalakan TV atau membuka Youtube, sepertinya wajah Chanyeol selalu muncul.

⠀⠀Dia lolos untuk poin pertama, itu jelas. Chanyeol sangat tampan dengan mata lebar, hidung mancung, bibir yang plumpy. Belum lagi, telinganya. Telinga Chanyeol benar-benar menggemaskan, seperti telinga elf. Dia juga tinggi, berotot besar, dadanya bidang, bahunya lebar. Sudah berapa poin yang dia dapatkan?

⠀⠀Untuk poin penting kedua… aku juga tahu dia lolos. Chanyeol tampaknya sangat tertarik mempelajari sesuatu yang baru. Aku bisa menghabiskan berjam-jam balas-balasan chat dengan Chanyeol, membicarakan luar angkasa sampai kehidupan. Dan meski kami tidak selalu sependapat, Chanyeol mengatasinya dengan baik.

⠀⠀Seolah dia belum cukup sempurna, Chanyeol masih punya sederet kelebihan lain. Dia bisa memasak. Dia pandai olahraga—basket, surfing, diving, you name it. Pintar matematika—ini kebalikan dariku, yang proses otaknya langsung berhenti saat bertemu angka. Chanyeol juga pandai bermusik—sepertinya dia bisa memainkan semua alat musik yang pernah diciptakan di dunia. Suaranya juga berat, manis dan kental seperti madu. Dia bisa menulis lagu dan komposisi musik. Hell, Chanyeol bahkan membuat furniturnya sendiri. Dia punya hati yang sangat lembut dan penyayang. Juga royal pada teman-temannya, apalagi soal uang. He's just too good to be true, seolah tidak punya kekurangan apapun.

⠀⠀Sayangnya, setiap manusia punya kekurangan, tidak terkecuali Park Chanyeol. Dan kekurangannya—setidaknya, kekurangan dari sudut pandangku, adalah…

⠀⠀Dia gay.

⠀⠀Yup. Park Chanyeol, national boyfriend, adalah seorang gay. Dia sudah berpacaran dan tinggal bertahun-tahun bersama kekasihnya, Byun Baekhyun. I mean, they are practically married saking lengketnya.

⠀⠀Jadi, tidak mungkin aku minta tolong pada Chanyeol… kan?

⠀⠀Iklan Indomie yang dibintangi SC kembali muncul di TV. Wajah Chanyeol memenuhi layar, tersenyum lebar dengan menunjukkan bungkus Indomie edisi terbaru di tangan.

⠀⠀Aku menghela nafas lelah. Pokoknya, aku harus berhenti memikirkan Chanyeol, dan fokus pada ikan kembung di piring makanku.

⠀⠀Sejak memulai 'proyek' ini, aku memutuskan untuk mencoba diet pescatarian—hanya makan ikan dan binatang air. Pasalnya, aku selalu menemukan menstruasiku lebih lancar saat aku banyak makan ikan, jadi aku melakukan itu dengan lebih teratur. Kalau aku ingin punya kesempatan yang lebih baik dalam hal produksi bayi, aku harus bisa mengontrol PCOSku.

⠀⠀Menggerigiti ekor ikan, satu tanganku membuka jurnal di atas meja, meraih pulpen yang tergeletak dan mulai menulis.

⠀⠀Park Chanyeol… poin satu, check. Poin dua, check

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now