17. Bent Out of Shape

1.1K 73 11
                                    

TUJUH BELAS
Bent Out of Shape
⠀⠀

⠀⠀"Pantas saja kau muntah-muntah," ujar Chanyeol lembut, mengelus rambutku pelan. Sekarang, kami berdua berbaring di atas ranjangnya, seperti yang dulu biasa kami lakukan di percobaan demi percobaan membuat bayi. Bedanya, kali ini aku dan dia sama-sama masih memakai baju.

⠀⠀"Anakmu selalu membuatku mual di saat-saat paling tidak menguntungkan," gerutuku, meski sambil tersenyum.

⠀⠀"Sudah berapa minggu kau bilang tadi?"

⠀⠀"Tiga belas. Itu berarti, aku sudah memasuki bulan keempat."

⠀⠀"Tiga belas minggu…" Chanyeol menatap langit-langit. "Bukankah itu percobaan keenam? Sebelum acara nujuh bulanan di rumah SaSe?"

⠀⠀"Oh, kau benar. Kok inget aja, sih?"

⠀⠀"Inget lah. Lucunya, kita sudah mencoba berkali-kali, tapi dia baru muncul setelah kita memutuskan untuk berhenti."

⠀⠀"Benar. Kau tidak keberatan, kan? Maksudku… dengan segala permasalahan hadir-tanpa-cinta itu."

⠀⠀Ayah dari anakku mengangkat kepala, tersenyum tipis. "Setelah kupikir-pikir lagi, seperti apa kehadirannya bukanlah masalah. Karena setelah dia lahir nanti, kita akan memberikannya sebanyak mungkin cinta hingga ia tak perlu merasa kekurangan. Kau setuju?"

⠀⠀Kenapa orang ini manis sekali sih??? "Tentu saja. Aku setuju."

⠀⠀Perhatian Chanyeol kembali beralih ke perutku. "Kau dengar itu, Agiya? Jangan khawatir dan jangan ragu untuk bertemu Eomma dan Appa. Kau adalah kesayangan kami."

⠀⠀"Yeol, jangan membuatku menangis. Hormon sedang berantakan," protesku.

⠀⠀"Maaf," dia malah cekikikan tanpa dosa, "ngomong-ngomong, berarti kita melanjutkan rencana yang waktu itu, kan?"

⠀⠀"Oh, yang kita buat di kantormu? Tentu saja."

⠀⠀"Berarti aku akan datang saat check up kehamilan. Kapan kau memeriksanya lagi?"

⠀⠀"Seharusnya di minggu ke-20," jawabku.

⠀⠀Sahabatku berhitung cepat dengan jari. "Masih tujuh minggu lagi. Ah, bukankah itu terlalu lama? Aku sungguh tidak sabar."

⠀⠀"Eish, tujuh minggu itu waktu yang sebentar. Kau tidak akan menyadarinya," tawaku.

⠀⠀Seminggu kemudian, dan aku menyesali mulut asal jeplak ini. Apa yang kubilang waktu itu? Tujuh minggu, sebentar???

⠀⠀Sotoy. Sotoy banget, Ardhanareswari.

⠀⠀Kenyataannya, sejak pulang dari Korea, waktu malah berjalan sangat lambat untukku. Sumpah, jarum jam dinding seolah berubah menjadi siput saking lamanya dia berputar. Tak peduli apapun yang kulakukan untuk menyibukkan diri, hari tak kunjung berlalu.

⠀⠀Sialnya, semakin aku gabut, semakin aneh juga kelakuanku. Begadang hanya untuk menunggu variety show yang dibintangi Chanyeol tayang. Atau menghabiskan berjam-jam scrolling akun Twitter salah satu fansite setianya, menyimpan foto-foto yang kurasa menggemaskan. Memantau berita-berita tentangnya di media sosial.

⠀⠀Bahkan satu waktu, tiba-tiba saja aku tergerak untuk menyetir ke Galeries Lafayette di PP dan membeli parfum Acqua di Parma yang dipakai Chanyeol. Memesan makanan yang biasa dia makan—dan dengan ajaib, mualku akan berkurang jauh.

⠀⠀Menyadari keanehanku mulai tidak bisa ditolerir, aku pun memutuskan bahwa ini waktunya untuk mengadu pada suhu dari segala suhu peranehan : SaSe.

⠀⠀"Wah, ada Tante Awrrr!" sapa Sashi riang, menggerakkan tangan Anna di gendongannya agar melambai padaku, "hai Tante, mau minta sumbangan ya?"

⠀⠀"Sumbangan akal sehat," gumamku, meletakkan tas di atas meja dan duduk di sofa yang empuk, "otak gue lagi gak center nih."

⠀⠀"Bukannya itu udah setelan default?" celetuk Sehun tiba-tiba, muncul entah dari mana, "ada masalah apa lagi, Ar?"

⠀⠀"Ada masalah besar," jawabku, "kalo misalnya gue lagi pengen satu hal terus-terusan, itu namanya ngidam kan?"

⠀⠀"Wah, seru nih. Seorang Ardhanareswari ngidam." Sashi cepat-cepat duduk di hadapanku. "Lu lagi pengen apaan emangnya?"

⠀⠀"Ini akan sangat memalukan untuk dikatakan, tapi… kayaknya gue ngidam Chanyeol, deh."

⠀⠀Mata SaSe melebar kompak, sebelum mereka saling lirik, beberapa titik wajah bergerak2 aneh seolah sedang bicara—atau mungkin ghibah—tanpa suara. Aku menunggu dengan tidak sabaran, begitu juga Anna yang menggeliat di gendongan ibunya.

⠀⠀Setelah beberapa saat, akhirnya Sashi dan Sehun kembali menatapku.

⠀⠀"Bisa dijelaskan dulu kenapa kau merasa…" Sehun membuat tanda kutip di udara. "Ngidam Chanyeol?"

⠀⠀Tanpa membuang waktu, aku langsung menyebutkan poin demi poin keanehanku akhir-akhir ini. Terutama perkara parfum, yang membuat SaSe semakin melongo.

⠀⠀"…Jadi, menurut kalian gimana?" tanyaku di akhir cerita.

⠀⠀"Hah, gimana apanya?" Sashi mengerjap, sebelah tangan mengelus Anna.

⠀⠀"Gimana menurut lu berdua? Ini beneran ngidam, kan?" tanyaku tidak sabar, "plis bilang ini beneran cuma ngidam atau bawaan bayi atau hormon orang hamil, bukan yang lain-lain."

⠀⠀"Yang lain-lain?" Alis sahabatku terangkat, melirik suaminya dengan cengiran. "Yang lain-lain tuh apa ya, maksudnya?"

⠀⠀"Guys, please." Aku mengangkat kedua tangan. "Jangan bikin gue tambah pusing. Cukup bilang ini beneran ngidam and tell me it will pass, eventually."

⠀⠀Satu sudut bibir Sehun tertarik ke atas. "Atau mungkin…"

⠀⠀"Atau mungkin apa lagiiii?" semburku frustasi, membuat Jisoo yang bergelung di sudut dapur langsung terbangun, "kan gue bilang tadi, gak usah kasih jawaban yang… lain-lain."

⠀⠀Bukannya merasa bersalah, Tuan Oh malah terkekeh, "baiklah, baiklah. Aku tidak akan mengatakan kemungkinan bahwa kau merindukan Hyung dan mulai jatuh cinta padanya."

⠀⠀Shoot! Tidak mungkin rahasiaku terbuka secepat ini, kan? "Aku tidak jatuh cinta pada Chanyeol!"

⠀⠀"Yakin?" tanya Sashi dengan senyum menggoda.

⠀⠀"Guys, helloooo? Dia gay. G-A-Y, gay!" Aku mengetuk meja di setiap suku kata, menekankan maksudku.

⠀⠀"Dia memang gay, tapi kan kau masih straight," ujar Sehun santai, "lu suka sama dia, masih masuk akal. Dia suka sama lu, tuh baru aneh."

⠀⠀Mendengar kata-kata itu, bibirku mengatup dan membentuk lekukan muram. Apa yang Sehun katakan memang benar. Dari awal, sudah jelas Chanyeol tidak suka wanita, dan perasaanku tidak akan terbalas. Tapi mendengarnya dikonfirmasi sejelas itu, dadaku kembali merasa sesak.

⠀⠀Kan? Inilah kenapa aku benci sekali merasakan cinta.

Notes
Agiya (아기야) : panggilan untuk bayi (아기agi) atau anak kecil

Eomma (엄마) : ibu

Appa (아빠) : ayah

Pelik banget ya, jatuh cinta sama orang yang gak mungkin balik cinta sama kita 😌 menurut kalian, Ar harus ngapain dong? Relakan atau perjuangkan?

Best Knock Up PlanWhere stories live. Discover now