2

261 18 0
                                    

"Bunda" Panggil Angkasa begitu sampai di rumahnya.

Namun tidak ada satupun orang yang menjawab, padahal di ruang tamunya ada adik juga ayahnya.

"Bunda mana?" Tanya Angkasa.

"Dapur" jawab Agam adik Angkasa.

Angkasa langsung bergegas menuju dapur.

"Bunda" Angkasa langsung memeluk bundanya dari belakang.

"Eh" kagetnya.

"Kasa kamu ngapain peluk peluk bi Ica?" Tanya bunda kasa saat melihat putra nya sedang memeluk bi Ica yang terlihat sangat tertekan.

Bi Ica merupakan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Angkasa.

"Eh kasa kira tadi bunda" Angkasa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ada ada aja kamu" bunda menggelengkan kepalanya.

"Maaf bi Ica, kasa gak tau" ucap Angkasa ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, tak lupa dengan senyuman yang memperlihatkan deretan giginya.

"Iya kasa gak apa apa" ucap bi Ica yang kembali mencuci piring.

"Ada apa cari cari bunda?"

"Bun tau gak tadi kasa ketemu sama bidadari yang lagi di gangguin belut sawah, kasa tolongin dia, terus kasa kenalan sama dia, dia cantik banget Bun"

"Wah gadis malang mana yang sampe ketemu makhluk jelek kaya kakak" ledek Agam.

"Ih Bun liat si Agam" adu Angkasa.

"Agam" tegur ayah Angkasa dengan raut wajah yang datar.

Agam langsung terdiam sementara Angkasa tersenyum penuh kemenangan, bunda? Jangan di tanya ia sedang menyiapkan piring untuk makan malam.

"Dia lebih serem dari hantu hahaha"

Pecah tawa ayah Angkasa dan Agam bersamaan.

"Ih bunda liat" adunya lagi.

"Udah ayah, Agam waktunya makan jangan goadin Kasa, kasa lagi jatuh cinta" goda bunda.

"Nggak bunda, kasa cuma cerita dong sama bunda kalo kasa abis nolongin cewek cantik" elaknya Angkasa, toh memang benar dirinya masih baru kenal dengan Lea jadi mana mungkin Angkasa menyukai Lea.

"Tuh tuh denger cara ngomongnya, kalo bantuin orang ya bantuin aja gak usah paket bawa bawa cantik lah, apa lah, ini lah, itu lah, apalagi pas kasa cerita muka kasa kaya seneng banget apalagi kalo bukan jatuh cinta" sindir bunda.

"Tapi kasa baru kenalalan, kasa juga baru ketemu beberapa kali doang, itu juga dianya gak sadar, jadi mana mungkin" bantah Angkasa.

"Mungkin aja kasa, gak ada yang gak mungkin" timpal ayah.

"Udah kalo suka langsung aja sat set sat set dapet deh muach" ucap ayah yang kini sudah memeluk bunda bahkan mencium pipi bunda.

"Apasih ayah, lepas bunda mau makan laper tau" Risih bunda yang berusaha melepaskan pelukannya.

"Mata anak anak mu ternodai" kesal Agam dengan wajah datarnya dan melanjutkan makan padahal belum ada yang makan.

"Heh baca doa ingat itu" ucap ayah.

"Emmm"

"Kasa udah selesai" Angkasa langsung berdiri dari duduknya dan membawa piringnya untuk di cuci.

"Tumben cepet banget, biasanya juga nambah terus" sindir bunda.

"Biasalah Bun, kaya gak pernah muda aja, pasti dia langsung masuk kamar buka hape terus chatting sama si, siapa tadi bidadari bidadari itu" goda ayah.

"ah iya juga yah, udah besar dia sekarang, ngerti pacar pacaran" bunda.

"Ih apa sih udah ah"

Angkasa menyimpan piring yang baru di cucinya ke rak piring lalu pergi meninggalkan keluarganya yang kini sedang asik menertawakan dirinya.

Bruk..

Angkasa menutup pintu kamarnya dengan barbarly namun langsung ia buka kembali.

"Bunda, ai bonceng cwe harus wangi kan?  Bawa jaket? Rambut harus rapih?" Tanya Angkasa dengan berlari karena ia baru saja sampai kamarnya namun teringat jika dirinya besok akan menjemput Lea jadilah ia kembali keluar dari kamarnya dan berlari menuju sang bunda.

"Ya harus atuh, wangi, rapih, ganteng, bersih, jangan banyak ngatur, inget kalo mau wangi yang wajar aja jangan berlebihan" peringat bunda.

"Loh emangnya kenapa Bun?"  Tanya Agam

"Nanti pas pake parfum kaya biasa kamu pake parfum aja, jangan di lebih in, tau nggak Tante desy temen bunda? Mamanya si Bayu"

Angkasa mengangguk.

"Kenapa emangnya?" Tanya Agam.

"Dulu waktu bunda sekolah, si Desy tuh paling cantik di kelas-"

"kata siapa bunda paling cantik"

Ucapan bunda terpotong karena ayah menyanggah.

"Kan dulu yah, kalo sekarang ya jelas dong bunda paling cantik" ucap bunda dengan mengibaskan rambutnya.

"Bunda narsis" ucap Agam dalam hati.

"Ya emang ini sifat aslinya" ucap ayah.

Bunda kembali melanjutkan ceritanya.

"Desy tuh paling cantik, dia Deket sama satu cowok anak kelas sebah dan si cowok ngajak ketemuan, setelah lama berpikir akhirnya mau dia ngedate lah mereka sama bunda, bunda di paksa ikut padahal bunda gak mau jadinya bunda ikut meski terpaksa tapi jarak mereka sama bunda agak jauh, tau gak apa yang terjadi?"

Dengan kompak ketiga pria yang ada di rumah itu menggeleng.

"Si cowoknya tuh pake parfum berlebihan, padahal jarak bunda sama mereka teh ada 4 meteran mah, kecium si baunya mana nyenggark, yang lebih parah lagi mau tau gak"

Mereka bertiga mengangguk lagi, seolah benar benar terbawa penasaran dengan cerita yang di ceritakan oleh bundanya ini, meski sesekali Angkasa membalas pesan yang diberikan oleh Lea, ya bisa di bilang mereka saat ini sedang bertukar pesan.

"Hidung bunda sama si Desy rusak dua hari gara gara bau parfum dia yang terlalu nyenggark, aslinya, bunda nggak bisa nyium bau makan sampe dua hari, udah gitu kebayang bayang terus baunya, dan si Desy langsung ilfil sama dia, bunda jadi kapok udah nggak mau lagi nganter Desy"

"Itu beneran bund?" Tanya Agam yang merasa jika cerita bundanya ini terlalu berlebihan hanya untuk sekedar parfum.

"Ya itu mah terserah mau percaya apa nggak, bunda gak maksa, yang jelas gara gara kejadian itu juga bunda nggak suka bau melati, kebayang terus bau gbtan si Desy hahaha" kekeh bunda.

"Belajar dari pengalaman bunda, Kasa kamu gak mau kan kaya gbtan Tante Desy" ayah menepuk bahu Kasa.

"Ya gak mau lah yah, ya kali"

"Besok mau jemput dia jangan lupa kamu bawain helm, yang wangi tapi jangan terlalu berlebihan, nanti kaya gebetan si Desy" ucap ayah.

"Udah sana istirahat, jangan sampe kesiangan" perintah bunda.

"Okeii Bun doaan anakmu ini" Angkasa bersungguh sungguh, kemudian ia membalikkan badannya dan pergi menuju kamarnya lagi namu kali ini ia menutup pintunya dengan slay tidak seperti tadi yang terkesan sangat barbarly.

Bukan hanya Angkasa Agam juga ikut berpamitan tadi untuk pergi ke kamarnya.

"Nggak nyangka kasa udah besar ya yah" gumam bunda dengan memeluk lengan ayah.

"Ayo bunda kita istirahat juga, besok ayah ada jadwal jam 10" ucap ayah.














Hay Hay Hay Hay....

Kasalea (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora