22

91 14 0
                                    


Seperti yang di rencanakan, Lea sudah datang pagi pagi, belum ada murid yang datang selain anak PMR Bayu dan Angkasa, ya karena mereka yang memang mengantre Lea.

Dari arah kejauhan Ayu datang dengan berlari menuju ke arah Lea.

"Le hosh sorry" ucapnya dengan nafas yang tersengal-sengal karena habis berlari.

Lea diam saja menatap Ayu.

"Sorry, seragam sama perlengkapan buat Lo nggak ada, gua udah cari tapi tetep gak ada, sorry ya" sesal Ayu.

"Oh yaudah, kalo gitu gua ke kelas duluan ya"

"Lo kan jadi panitia" Ayu menarik tangan Lea.

"Bukanya apa ya Yu, bukanya gua gak mau karena gak pake atribut yang sama atau apa, tapi apa kata murid lain, ntar yang ada gua di kira ikut campur, di kiranya gua pengen di pake lah, caper lah, jadi mending gak usah"

"Lo gak harus minta maaf, lagian ketua pelaksanaan nya gimana sih, butuh orang tapi gak bisa memfasilitasi"

Ayu yang mendengarnya cukup malu, benar juga kenapa ia harus repot mencari perlengkapan untuk Lea, toh ketua pelaksana nya saja tidak memikirkan itu.

"Oh ya menurut Lo, Lo udah pinter gitu?" Jawab seseorang dari belakang.

Lea dan yang lain menghadap ke arah seseorang yang berbicara tadi, ya orang tersebut adalah ketua pelaksana di kegiatan ini.

"Kalo kekurangan anggota, dan Lo mau pinjem orang seharusnya Lo memfasilitasi orang itu, bukan nyuruh orang lain buat nyari perlengkapan, Ayu bukan logistik, dia cuma bagian konsumsi kan? Lagian nih ya kalo masalah kecil gini Lo gak bisa tanganin, kedepannya Lo juga gak bakal bisa nyelesain masalah yang bakal organisasi Lo hadepin.

"Bohong kalo gua gak kecewa sama ekskul ini, menurut gua kedepannya kalo Lo butuh orang lagi Lo harus bisa imbangin sama yang Lo punya, gak usah maksain, gua ngomong gini bukan karena gua pinter, berhubung Lo yang bilang gua pinter yaudah thanks"

"Kalo Lo gak suka sama gua, atau ucapan gua, silahkan gantiin gua" ucap Lea dengan menatap ketua pelaksana itu.

Lea tak sadar jika sedari tadi ia sudah menjadi tontonan para siswa siswi, guru dan petugas PMI yang sudah berdatangan.

"Ada apa ini?" salah satu guru memecahkan suasana.

"Ah itu Bu, kami PMR kekurangan satu orang  untuk acara ini Bu, jadi kami cari orang dan kebetulan ada yang mau, tapi atributnya nggak ada Bu" jelas Ayu.

"Kenapa nggak beli aja?" Tanya guru itu.

"Saya kemarin udah bilang gitu buk, tapi kata Ayu sayang, kalo cuma di pakai sekali" bela Lea.

"Maksud ibu beli pakai anggaran sekolah, atau uang organisasi, ini cuma masalah kecil kok" ucapnya.

"Udah udah, Lea pakai atribut saya saja" ucap orang lain.

Lea dan yang lain menatap orang tersebut ternyata ayah Angkasa.

"Ayah" Lea yang langsung berlari menghampiri ayah Angkasa dan langsung bersaliman.

"Wah putri bapak ya?" Tanya petugas lainnya.

"Bukan dia calon menantuku" ucap ayah Angkasa yang membuat Lea salting.

Ayah memakaikan Lea rompi yang ia bawa di tas gendongnya lalu memberikan Lea ikat rambut, milik bunda yang ia bawa dari rumah.

"Kata Abang kemarin, kamu kekurangan atribut, yaudah ayah bawa aja ini punya bunda dulu, ternyata cukup ya, ini sekalian ikat rambutmu nanti ya" ucap ayah dengan memberikan Lea ikat rambut milik bunda lalu mengusap rambut Lea.

"Wahh makasih yah" Lea dengan senyum manisnya.

"Tuh lihat lihat, calon menantuku manis kan?" Sombong ayah.

"Wah sayang sekali ya pak, kalau putra saya bertemu dia lebih cepat sudah pasti dia jadi calon menantu saya" salah satu rekan ayah.

"Untung saja putraku duluan hahaha" tawa ayah.

"Mari pak kita ke tempat acara" ucap pembina.

Ayah dan rekan rekannya mengikuti ucapan pembina dan pergi meninggalkan Lea berserta yang lainnya.

"Dengar kata ayah? Calon menantu katanya" ucap Angkasa dengan merangkul Lea.

"Cie cie, di notice" ledek Bayu.

"Kalian diem dong, Lea malu" ucap Lea dengan menutup mukanya yang sudah memerah.

"Dih salting" Bayu semakin menggoda Lea.

"Astaga kak bay, udah dong" kesal Lea.

Bukannya berhenti Bayu malah semakin mengolok olok Lea, yang membuat Lea semakin salting.

Angkasa? Ia diam saja tangannya mengambil ikat rambut yang di genggam Lea, setelah berhasil ia ambil, Angkasa langsung menyatukan semua helai rambut Lea kemudian mengikatnya, dari mana ia tau cara mengikat rambut yang baik dan benar? Tentu saja dari arahan bunda.

Lea yang rambutnya di ikatkan kembali memerah wajahnya, ia benar benar merasa di bawa terbang oleh Angkasa.

"Kalian udah ih"

Bertepatan dengan selesainya angkasa mengikat rambut Lea langsung pergi meninggalkan Angkasa dan Bayu yang terlihat mereka seperti sedang menahan tawanya.

Setelah memastikan Lea sudah benar benar pergi Angkasa dan Bayu langsung pergi menuju kelasnya.

Jauh dari posisi mereka ada Hendry dkk yang jelas melihat semua itu, mulai dari Lea yang memanggil ayah kepada orang yang tak mereka kenal, hingga seseorang tersebut menyebut Lea sebagai calon menantunya.

"Kenapa setiap gua pengen liat muka si Bayu Bayu sama si Angkasa itu kok susah gitu, kek gua gak di takdirin buat liat wajah mereka, kalian ada yang pernah liat?" Tanya Dion.

Dengan kompak mereka menggeleng.

"Kenapa Lea manggil orang itu ayah?" Gumam Hendry.

"Yang gua bingungin siapa pacar Lea, gua yakin bukan Angkasa atau si Bayu Bayu itu" tanya Dion.

"Kenapa Lo berpikiran gitu?" Tanya Rey.

"Pas orang itu pergi Lea langsung di ledekin mereka, dan gua yakin kalo pacar Lea  yang sebenernya bukan salah satu dari mereka pasti orang lain, atau bisa aja anak Garuda" jelas Dion.

"Bener juga" gumam Tito.

"Kenapa gua jadi ikut penasaran ya sama Lea, ada hubungan apa Lea sama anak Garuda, dan siapa pacar Lea, coba Lo tanyain ke Lea, secara Lo kan Abang kandungnya Lea"  Tito dengan menepuk pundak Hendry.

"Bukanya wakil ketua Garuda itu namanya angkasa ya?" Gumam Tito namun sayang tidak ada yang mendengarnya.

"Ck Lo kan tau sendiri hubungan gua sama Lea gimana, apa lagi terakhir kali gua bareng sama dia gua kan nampar Lea" kesal Hendry.

"Lah emang gak bareng?" Tanya Rey.

"Nggak Lea tinggal di rumah Tante gua, sejak kejadian hari itu" jelas Hendry seolah mengingatkan teman temannya tentang kejadian saat ia menampar Lea beberapa hari yang lalu.

"Kok bisa?" Tanya Tito.

"Bisa bokap gua bilang, kalo gua lukain dia lagi, lebih baik dia tinggal sama Tante aja, nah Lea salah tangkep, menurut Lea itu kek ngusir dia secara halus, makanya dia langsung pergi saat itu juga, bukanya kemarin gua udah bilang ya?" Bingung Hendry.

"Bukan cuma Lea si, gua kalo ada di posisi Lea gua pasi berpikiran yang sama" ucap Dion.

"Udah udah lain kali aja ngomongin dianya, sekarang udah mau bel masuk" ajak Rey.
















Hay Hay Hay.....

Kasalea (End)Where stories live. Discover now