11

109 14 0
                                    


Setelah selesai makan tadi, biasanya keluarga Angkasa akan mencuci piring bekas mereka makana sendiri sendiri namun kali ini berbeda karena Lea yang ingin mencucinya, Lea tidak sendiri ia di bantu oleh Angkasa, yang membuat mereka makin romantis di lihat bagi bunda dan ayah.

Kini Lea dan keluarga Angkasa sedang duduk di ruang tamu dengan sesekali mengobrol.

"Agam mau main ya Bun, eh bukan main sih ada kerja kelompok bareng temen" izin Agam.

"Hati hati jangan pulang terlalu malem" peringat bunda.

Agam mengangguk setelah itu Agam pergi meninggalkan rumah.

"Yah nggak kerja lagi?" Tanya bunda.

"Nggak Bun, besok paling berangkat pagi soalnya mau ke daerah Cikole"

"Abis ke Cikole kemana yah?" Tanya Angkasa.

"Nggak kemana mana paling bulan depannya ke alun alun Lembang" jawab ayah.

"Ayah itu relawan besok di Cikole ada semacam kegiatan donor darah gitu" jelas bunda.

"Ah keren, Lea juga Pengen jadi relawan" gumam Lea tak lupa senyum manisnya ia keluarkan.

"Loh bagus itu, kita bisa se frekwensi" ucap ayah.

Kring... kring...

Ponsel Lea berdering karena ada yang menelponya, dengan segera Lea melihat siapa yang menelponya ternyata Hendry.

"Bun, yah Lea angkat telpon dulu ya" izinnya.

Ayah dan bunda mengangguk.

Hendry


"Dimana Lo, di suruh balik Ama nyokap, balik sekolah bukanya langsung balik malah keluyuran gak jelas Lo, malu gua punya adek kaya Lo, nyusahin Mulu kerjaannya"

"Iya gua minta maaf"

Setelah mengatakan itu Lea mematikan sambungan telponnya sepihak, dan meremas kuat ponselnya, dan hal itu jelas terlihat oleh keluarga Angkasa, apalagi selama percakapan juga keluarga Angkasa mendengar dengan jelas.

Bukan, mereka bukan menguping tapi memang jarak Lea saat mengangkat telepon tadi tidak jauh dari Angkasa.

"Bunda Lea izin pulang dulu ya" izin Lea dengan senyum ceria ciri khasnya, padahal tangannya masih meremas kuat ponselnya, ya sebagai pelampiasan emosinya.

"Iya sayang hati hati ya, kasa anterin Lea pulang sampe rumahnya" perintah Bunda kemudian ia memeluk Lea.

"Kamu gak usah minta maaf, bukan keinginan kamu buat lahir dan jadi adik dia" bisik bunda.

Lea mengangguk dan tersenyum lagi.

Angkasa segera mengambil jaket juga helmnya, sementara Lea bersaliman dengan kedua orang tua Angkasa.

Setelah itu Angkasa dan Lea pun pergi meninggalkan rumah Angkasa, jarak dari rumah Angkasa ke rumah Lea cukup dekat hanya memakan waktu sekitar 30 menit saja sudah sampai.

Kalau tidak macet.

Ketika sampai di rumah Lea, Lea langsung turun dan membuka helmnya seperti biasa.

Kasalea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang