40

222 18 9
                                    


Kini Lea, Bagas, dan Reza sedang menunggu di depan sebuah ruangan dengan perasaan cemas.

Kedua orang tua Bayu baru saja tiba, bersamaan dengan keluarnya dokter dari ruangan Bayu.

"Dengan keluarga korban?" Ucap dokter.

"Saya ibunya dok"  ibu Bayu (Tante Desy chap 2)

"Maaf buk, kami sudah semaksimal mungkin, namun korban sudah menghembuskan nafasnya saat perjalanan menuju kemari" sesal dokter.

"GAK MUNGKIN, LO PERIKSA YANG BENER, ABANG GUA ITU ORANGNYA KUAT" Bagas mencengkeram erat kerah baju sang dokter.

"Bagas tenang" ucap ayahnya.

"BAYU... ANAK IBU BANGUN NAK, MAAFIN IBU NAK" tante Desy langsung menerobos masuk ke dalam ruangan yang terdapat Bayu di sana.

"Kak rez" gumam Lea.

"Lea takut" lirihnya.

Reza yang berada di samping Lea langsung memeluk Lea dengan erat.

"Mungkin sebentar lagi orang orang yang kakak telpon datang" ucapnya dengan mengelus rambut Lea.

"Lea takut" isak Lea.

Ayah Bayu baru saja berhasil memisahkan Bayu dan sang dokter, kemudian meminta maaf dan dokter tersebut memaklumi lalu izin pamit.

"Lea, maafin  gua le, gua udah ambil kak bay Lo" Bagas dengan terisak, posisi Bagas berada tepat di samping Lea.

Lea menggeleng pelan.

"Sini nak, Bayu sering banget cerita tentang kamu" ayah Bayu dengan merentangkan kedua tangannya memberi kode untuk lea agar memeluk dirinya.

Lea bejalan perlahan memeluk ayah Bayu, tidak peduli meskipun baju yang ia kenakan kini sudah berganti warna, yang semulanya berwarna putih gading sudah bercampur dengan darah milik Bayu,  memang ayah Bayu sering membandingkan Bayu dengan Bagas namun ia selalu menyempatkan dirinya untuk menemani dan saling memahami satu sama lainnya dengan Bayu, maka dari itu ayah Bayu mengenal Lea.

"Om kenapa tuhan ambil kak bay, padahal tadi padi dia udah ambil Angkasanya Lea"

Mendengar pertanyaan Lea, ayah Bayu tidak bisa memberikan jawaban, kemudian ayah Bayu mengecup pucuk kepala Lea dengan lembut.

"Lea mau liat kak bay om" Lea.

Ayah Bayu mengangguk dan mengantarkan Lea ke dalam ruangan.

Sedangkan Tante Desy ia di bawa keluar oleh ayah Bayu ketika mengantar Lea tadi.

Bruk..

Lea langsung terduduk di kursi yang entah sejak kapan berada di sana.

"Kak bay, kok kakak jahat ninggalin Lea gitu aja, Lea ikut dong"

"Lea sayang kalian tapi kalian jahat tinggalin Lea gitu aja"

Lea mengelus rambut Bayu dengan pelan, kemudian menatap wajah pucat-nya  dan mengelusnya dengan lembut dan penuh sayang.

"Dingin banget masa, tadi pagi katanya mau ngajak Lea pergi jalan, kenapa ninggalin Lea hah, kenapa Lea gak suka"

Setelah mengatakan itu Lea tidak mengatakan apa apa lagi, ia langsung keluar dari ruangan tersebut begitu saja.

"Om, Tante, Lea izin pulang ya, Lea dari kemarin belum istirahat sama sekali" ucapnya dengan tatapan mata yang kosong.

"Nanti kita mau makamin Bayu di samping Angkasa" ucap ayah Bayu.

Bagas sendiri ia langsung tidak sadarkan diri setelah mengucapkan maaf kepada Lea tadi.

"Sini kakak gendong" Reza yang langsung ber jongkok di hadapan Lea.

Bruk..

Lea terjatuh sebelum sampai di dekat punggung Reza, hal tersebut membuat kedua orang tua Bayu dan Reza panik.

"Lea" panik ayah Bayu.

"Lea gak apa apa om" ucapnya, kemudian ia berusaha kembali untuk bangun di bantu oleh Reza.

Lea di bawa pergi oleh Reza meninggalkan rumah sakit.

"Kak, Lea pengen ikut sama mereka" ucapnya lirih.

"Nanti kakak sama siapa kalo Lea pergi, kakak kan cuma punya Lea" hibur Reza.

Lea tak menjawab.























03-12-2017















































..................


"Dan kalian masih tanya kenapa Lea caper ke kalian"

Lea menggelengkan kepalanya tak percaya, kedua orangtuanya geng Elang dan beberapa murid yang ada di kantin langsung terdiam.

Reza yang berada di sampingnya langsung merengkuhnya.

"Harusnya bangga bisa liat Lea masih waras sampe sekarang" kedua mata Lea mengeluarkan air.

Lea menangis.

"Udah satu tahun Lo kejadian itu"

"Le..lea maafin papi"

Papi Lea berjalan menghampiri Lea hendak memeluknya.

"Lo kalo gak mau punya anak, gak usah bikin, yang sakit gua yang mentalnya rusak gua, dan Lo bilang gua caper karena dandan menor ke sekolah, pake Paka perban di tangan biar narik perhatian Lo kan?"

Lea membuka perban yang ia pakai di tangan hingga siku.

Dan tampaklah bekas bekas goresan benda tajam bahkan ada yang masih mengeluarkan darah.

"Nih liat, yakin cuma buat caper ke Lo? Nggak ini yang pakein kakak gua, reza, orang yang gak ada hubungan darah sama sekali, justru jadi orang yang paling ngerti gua"

Seisi kantin menatap Lea penuh prihatin dan iba, ia tidak menyangka jika gadis paling caper dan berdandan menor adalah gadis paling tersakiti.

Entah sudah berapa banyak kesedihan yang Lea tutupi selama ini dengan makeup tebalnya itu.

"Maaf kalo kata kata gua gak sopan, abisnya Lo juga gak pantes gua sopanin" sinis Lea menatap papinya.

Lea pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.

"Maaf om Tante, maaf kalo Lea kasar dan gak sopan, setahun ini dia emang begitu, beberapa kali Reza gagal in rencana dia buat bunuh diri,  berhasil tapi makin hari dia malah makin kasar, maaf maaf" Reza meminta maaf sambil membungkukkan badannya.

Reza membungkuk lama kedua matanya berkaca kaca, sebenarnya ia tidak mau Lea kembali mengingat masa masa itu, namun keluarganya sendiri yang membuat Lea mengingat itu.

Grep..

"Makasih nak, makasih banyak udah jaga Lea selama ini, mami bener bener berhutang banyak sama Reza dan Akbar" mami Lea memeluk Reza dengan erat.

Bahkan sedari tadi mami Lea sudah menangis tersedu sedu.

























End...

Kasalea (End)Where stories live. Discover now