12

99 16 0
                                    


"Sekarang papi keluar" ucap Lea setelah menceritakan apa yang ia alami hari ini.

"Oke, nanti malem kakak papi mau ke rumah, kalian jangan berantem ya"

"Salah, harusnya papi bilang gitu sama Hendry bukan Lea, kesannya kaya papi nyalahin Lea tau gak" kesal Lea emosinya seketika naik kembali, namun ia tidak meninggikan suaranya di depan papinya.

"Iya iya maaf, tapi kalo lain kali Hendry celakain kamu lagi, papi mau kamu tinggal sama kakak papi" ucapnya.

Lea menatap tidak percaya ke arah papinya.

"Gini ya rasanya di buang, oke lah, gak usah nanti nanti, sekarang aja" Lea berdiri dari duduknya.

"Lagian waktu itu Lea masih kecil, dan anak kecil secerdas apa yang punya niatan buat bikin kakak kandungnya sendiri kecelakaan, jatoh dari sepeda Akhirnya retak tulang tangan kiri?"

"Lagian bukan cuma dia yang patah tulang, Lea juga patah tangan kanan lagi"

Lea mengambil kopernya yang berada di dalam lemarinya, lalu mengambil baju bajunya dengan asal tak lupa boneka pemberian Angkasa juga ia masukan.

"Lea bukan gitu maksud papi" papi dengan menggenggam tangan Lea.

"Maaf pih Lea udah kecewa sama kalian" Lea  tersenyum namun tidak dengan matanya yang kali ini meneteskan air matanya.

Ia menutup kopernya lalu mengangkatnya dan meninggalkan papinya yang masih berada di kamarnya.

Lea keluar dari kamarnya dengan menyeret kopernya.

"Sialan gak seharusnya Lo ngomong gitu sama anak Lo sendiri Vian, Lo bodoh Vian bodoh, Lo bener bener plin-plan" papi memaki dirinya sendiri.

"Puas kan Lo"  Lea menatap tajam Hendry dengan kedua matanya yang memerah juga berkaca kaca.

"Ini kan yang Lo mau" ucap Lea lagi.

"Gua kabulin"

Hendry diam saja di tempatnya ia tak tau harus berbuat apa, dan jujur saja Hendry cukup terkejut saat melihat Lea turun dengan membawa koper.

"VIAN KAKAK LO DATANG" teriak kakak papi yang tiba tiba datang di waktu yang kurang tepat karena mereka mengharuskan melihat drama keluarga ini.

Sontak semua yang berada di sana melihat ke arah kakak papinya, begitupun dengan Lea, kakak papinya tidak datang sendiri ia datang bersama keluarganya termasuk anaknya yang satu tahun lebih tua dari Lea, Lea baru pertama kali bertemu dengannya sebagai anak dari tantenya.

"Lea kenapa?" Ucap kakak sepupu Lea yang tak lain dan tak bukan Abin.

Pantas saja waktu itu Abin merasa familiar dengan Lea, ternyata sepupunya sendiri.

Abin langsung berlari menghampiri Lea, dan memegang kedua bahu Lea.

"Ini siapa yang bikin Lea luka" tanya Abin ketika melihat luka di sudut bibir Lea.

Lea mengusap air matanya yang hendak menetes.

Hahaha

"Abang lebay, orang Lea gak apa apa" Lea terkekeh, lucu saja saat kakak kandungnya melukainya, kakak sepupunya malah menghawatirkan dirinya.

"Lea" gumam papi.

"Maaf tadi papi gak maksud" ucapnya.

"Nggak apa apa Pi, Lea ngerti kok, kalian kan selalu pengen di mengerti, kan bagi papi Hendry lebih penting, paling utama"

Lea menarik nafasnya.

"Sialan" ucap Lea dalam hati saat sesak menyerang dadanya dan air matanya hendak keluar lagi.

"Lagian bang Abin juga mau nampung Lea, kan bang"

"Maksudnya?" Tanya mami dan kakak papinya bersamaan.

Melihat Lea yang hendak mengeluarkan air matanya lagi Abian langsung memeluk Lea.

"Yaudah kita jalan jalan yuk" ajak Abin yang langsung menggendong Lea ala koala, karena posisi Lea tadi sedang di peluk oleh Abin.

Abin dan Lea meninggalkan rumah itu begitu saja, geng elang? Sudah pulang tentu saja saat Lea berada di kamarnya tadi, Hendry juga pergi begitu saja.

Sepeninggal Lea dan Abian, kakak papi dan juga mami meminta penjelasan kepada papi, tentu saja papi langsung menjelaskan semuanya tapi tidak dengan curhatan Lea, papi hanya menceritakan kesalahannya pada Lea.

"Lo salah, pantes Lea kecewa juga, Lo cuma ngomongin Lea, sementara Hendry jarang Lo tegur, seolah olah Lea yang salah, apalagi pas Lo bilang, kalo Hendry lukain lagi lebih baik tinggal sama gua, itu fatal banget, harusnya Lo ngomong kalo Hendry lukain bilang papi biar papi tegur dia, dengan Lo ngomong gitu mungkin Lea gak bakal marah dan kecewa gitu aja.

Tapi dengan Lo bilang Lea tinggal sama gua, seakan akan Lo gak peduli sama lea, kasarnya Lo Kaya ngebuang dia, makanya Lea kecewa banget sama kalian, ini bukan masalah sepele, emang kedengarannya sepele tapi kalo sampe kebencian mereka kebawa mereka dewasa ya itu fatal, harusnya kalian bikin Lea sama Hendry saling memaafkan, bukan ngejauhin Lea gitu aja.

Harusnya Lo kasih pengertian sama Hendry kalo Lea gak keluar keluar itu karena malu, tangannya di gips, maka dari itu Lo lebih perhatian ke Lea, tinggal bilang gitu doang apa susahnya.

Untuk sekarang gua bawa Lea" final Vania kakak dari papi Lea dan Hendry.

Sementara mami menangis mendengar ucapan suaminya, yang memang menurut ya cukup keterlaluan.

Dari dalam kamar Hendry ia mendengar semuanya, mulai dari maminya yang menangis hingga tantenya yang menceramahi papinya, ia cukup terkejut saat mendengar dari tantenya alasan Lea lebih di perhatikan dan selalu mengurung dirinya di kamar dulu.

Ia sadar ia salah, ingin rasanya ia memeluk Lea lalu meminta maaf kepadanya, jujur saja saat melihat Lea dekat dengan kakak sepupunya Hendry cemburu.

Maka dari itu ia langsung pergi ke kamarnya, kabur dari masalah yang ia buat sendiri.

Hendry melihat meja belajarnya dimana terdapat foto dirinya dan Lea sehari sebelum mereka kecelakaan sepeda.

Saat itu mereka masih kecil Hendry berusia 8 tahun sementara Lea berusia 7 tahun, Hendry sedang membonceng Lea menggunakan sepeda yang beru di belinya, namun karena belum bisa menyeimbangkan sepedanya, merekapun terjatuh apa lagi saat itu mereka sedang berada di jalan yang cukup menurun, Hendry luka di bagian pelipis juga lututnya sementara Lea tidak mengalami luka apapun di luar tubhunya.

Saat di bawa ke rumah sakit ternyata Hendry mengalami keretakan pada tulang tangan kirinya, sementara Lea patah tulang bagian tangan kanannya, Hendry kesal kepada Lea ia mengira Lea baik baik saja sementara dirinya terluka, yang lebih membuat Hendry kesal adalah sejak kejadian itu Lea berbulan bulan tidak keluar dari kamarnya, Hendry mengira Lea tidak mau menemuinya lagi.

Padahal Lea malu karena tangannya yang harus di gips dan selama berbulan bulan itu Lea belajar menulis menggunakan tangan kirinya, sejak itulah Lea melakukan semua kegiatannya menggunakan tangan kirinya.








Hay Hay Hay Hay.....

Kasalea (End)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora