Prolog

39.5K 3.2K 50
                                    

Berapa lama aku harus bertahan?

Ia menerawang jauh. Entah kemana ia terus-menerus berlari, tak peduli telah berapa kali tubuhnya terluka akibat berbagai ranting yang mengenai kulitnya, dan rasa letih kakinya yang ia paksakan untuk menuruti kemauan otaknya. Pemuda dengan manik mata biru itu telah lama kehilangan warnanya. Redup dan meredup. Seolah menjadi tanda bahwa cahaya dalam hidupnya kian meninggalkannya seorang diri.

Di malam hari, tanpa bintang, hanya bulan purnama yang menerangi langit di atas, pemuda itu tak menyerah dengan larinya. Nafasnya terengah-engah. Ia merasa pusing. Akibatnya, pandangannya terasa menjadi buram. Tidak tahu apa yang ia pijak berikutnya, ia merasa bahwa pijakkan terakhir itu berhasil membuatnya kehilangan keseimbangan.

Tubuh rampingnya terjatuh tanpa persiapan. Terguling tanpa henti. Ia dapat merasakan tubuhnya sangat kesakitan ketika ia terus terguling menuruni medan miring itu. Setelah tiba di ujungnya, akhirnya tubuhnya berhenti bergerak.

"Ugh.. hiks..."

Bukannya segera memeriksa lukanya, ia hanya meringkuk memeluk tubuhnya dalam tangisnya.

Baginya, luka ini tidaklah seberapa.

Dengan apa yang selama ini ia alami setelah umur 10 tahunnya, rasa sakit ini tidak ada apa-apanya.

Pemuda itu membuka mata.

Di depannya, danau membentang sangat luas. Begitu luas dan jernih, hingga pantulan sinar bulan purnama pun tampak jelas di atas permukaan airnya.

Ia memandang lama danau itu. Matanya yang lembab menatap danau itu dengan perasaan iri. Bahkan saat kegelapan mengitarinya kini, bulan purnama masih bisa menjadi satu-satunya teman yang menemaninya, membantunya memperlihatkan keindahannya, tidak seperti dirinya yang tak memiliki apapun...

...dan siapapun.

Ia pelan-pelan beranjak dari sana. Berjalan tertatih mendekati danau itu.

"Aku... Ingin menyerah..."

Tepat di umurnya yang ke-17 tahun, pemuda itu telah memutuskan menyerah atas segala arti dirinya di dunia ini, menenggelamkan seluruh keluhannya dalam kedinginan dan ketenangan air pada danau yang telah menampilkan bulan purnama terindah dalam hidupnya.

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora