Chapter 19

13.1K 2.1K 67
                                    

Srakk.

"Bagaimana bisa kalian tidak menemukan bajingan satu itu sekalipun!!"

Dave menyapu segala benda di atas meja kerjanya dan menatap penuh amarah pada para bawahan yang sedang berlutut di lantai, merundukkan kepala mereka begitu rendah, berkeringat dingin ketakutan.

"M-maafkan kami, Tuan! Selama dua hari pencarian dan pemeriksaan yang kami lakukan tidak membuahkan hasil meskipun memperluas jangkauan ke wilayah Baron Franz. Bahkan petunjuk keberadaan Tuan Muda sulit ditemukan seolah-olah ia tidak pernah menyentuh dunia luar sama sekali."

"Tidak berguna!"

Buakk!

Dengan tangan mengepal, ia memukul satu anak buahnya tidak peduli seberapa banyak darah keluar dari orang itu. Ia marah. Sangat marah. Dua hari berlalu tanpa ada kabar tentang putra sialannya sungguh membuat dia kesal setengah mati.

Anak yang tak tahu diuntung.

Sudah baik-baik dia membesarkan anak itu sampai sekarang tapi ini yang ia dapatkan setelah semua itu?

Dave menggertakkan giginya. Ia mengedarkan pandangannya menatap satu per satu orang-orang tak berguna dengan tangan mengepal kuat, sampai aksinya lantas terhenti karena ketukan pintu yang datang dari luar.

Belum juga Dave membalas, pintu itu dibuka dan Keith masuk hanya lalu melihat pemandangan berdarah di tempat itu, acuh tak acuh.

"Ayah, ada surat dari Marquis Kathleen."

Berkerut, "Kathleen?"

"Ya," Keith mendekat, menyerahkan surat itu ke atas meja kerja ayahnya, "Dikatakan di sini, keponakannya sebentar lagi akan berulang tahun. Jadi dia ingin mengundang keluarga kita menghadiri acara itu."

Dave melambai pada para bawahannya menyuruh mereka pergi. Ia mengambil kain di laci meja, duduk di kursi sembari mengelap tangannya yang dipenuhi darah kotor.

Ia membuang kain itu ke samping.

"Keponakan... Ah, aku ingat. Maksudmu tuan putri itu?"

"Benar, ayah."

"Tsk. Apalagi yang pria itu rencanakan? Sudah kukatakan berulang kali keluarga Brunner tidak ingin terlibat apapun dengannya."

Dave menyalakan putung rokoknya, menghisap lalu menghembus menciptakan asap putih yang mengepul di udara.

"Tolak. Hal-hal merepotkan dari keluarga Kathleen, aku tidak ingin berurusan dengan mereka."

Keith agak tidak setuju, "Tapi, ayah. Ulang tahun tuan putri seharusnya tidak ada kaitan dengan bisnis mereka. Justru, ini menguntungkan. Kita bisa membuka peluang. Entah itu koneksi di ibukota atau keluarga kekaisaran."

Namun Dave mengernyit tak suka, "Jangan bodoh. Jika yang kau maksud menjalin hubungan dengan fraksi permaisuri, yang ada nama baik keluarga ini yang akan jatuh."

Keith menghela nafas, menggeleng.

"Bukan itu."

"Oh?" Di sela merokoknya, Dave menyeringai licik, "Kalau begitu apa?"

Tersenyum, "Ayah, berita apa yang paling banyak dibicarakan di wilayah barat saat ini?"

Tanpa menjawab Dave akhirnya paham apa yang ingin diutarakan anaknya.

"Bagus. Itu bisa dicoba."

Dave mematikan putung rokoknya, "Pergilah. Lakukan yang kau mau di ibukota. Ajak adikmu satu itu daripada hanya berkeliaran tidak jelas di rumah ini. Sekalian, ajari dia untuk tahu cara bersikap setelah kalian tiba di sana."

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now