Chapter 30

11.7K 1.6K 65
                                    

Pintu diketuk, balasan pun datang dari dalam sebelum dibuka. Karl membawa Keith masuk, melangkah mendekat ke samping meja kerja Darren sedangkan Keith berdiri menghadap sang putra mahkota.

Darren menyilang kaki. Menyandarkan punggung ke kursi itu sambil menopang kepala, ia dengan sengaja mengeluarkan sedikit tekanan sihirnya yang kini mengelilingi ruangan.

Tak mungkin Keith tak merasakannya. Tak ada niat menutupi atas maksud sambutan yang Darren tujukan kepadanya. Keith tahu itu. Suatu hal yang biasa dilihat dan dialaminya dalam sebuah perundingan.

Ia kemudian membungkuk mengikuti etika kesopanan yang ada, "Salam saya pada sang matahari Edellyn, suatu kehormatan bisa menyapa Anda di kesempatan ini, Yang Mulia."

Darren mengangguk menerima salam itu.

"Baru saja aku menerima pesan yang sangat menarik dari bawahanku kalau Tuan Muda ini ingin sekali mendiskusikan suatu hal denganku?" Arah pandang Darren lalu turun menuju amplop cokelat yang dibawa Keith di tangannya, "Itu cukup mengejutkan. Seseorang yang didengar selalu menyukai dunia bisnis saat ini tiba-tiba menunjukkan minat pada kasus obat terlarang di kekaisaran."

"Tuan Muda Brunner, apakah diskusi yang kau sebutkan ini adalah gratis?" tanya Darren selanjutnya.

Lelaki itu kembali menegakkan badannya, menampilkan senyum, Keith tak terlihat tersinggung setelah mendengar sindiran tersebut.

"Terus terang, apakah di dunia ini ada yang gratis, Yang Mulia?"

"Oh?" Darren cukup terkejut dengan balasan Keith yang terbilang berani, walau begitu, ia tetap menanggapi, "Jika yang kau maksud yaitu dunia politik, itu tidak ada. Orang-orang seringkali datang dan pergi membawa buah tangan mereka untuk ditukarkan dengan hadiah dariku. Apakah Tuan Muda ini juga ingin melakukan hal seperti itu?"

"Itu benar."

Darren bersenandung sebagai tanggapan.

Ia mengetuk-ngetuk meja menggunakan jarinya, pelan, matanya menyipit pada Keith yang tampak tak ingin basa-basi dan menutup-nutupi maksud kedatangannya hari ini. Lantas, Darren pun menghentikan ketukan itu, memadamkan suara yang ia timbulkan.

"Aku mendengarmu lebih dulu."

Keith pun mendekat dan menyerahkan amplop cokelat di tangannya ke atas meja kerja Darren, "Ini adalah daftar dari sepuluh nama bangsawan yang terlibat dalam pengedaran obat terlarang di wilayah barat yang kami temukan. Anda bisa membuka dan menilainya, Yang Mulia."

Darren belum tergerak. Ia sejenak melirik amplop yang ada di mejanya sebelum pandangannya naik lagi pada Keith.

"Sungguh menggiurkan. Penukaran ini pasti tidaklah murah, 'kan?"

Keith tak menjawab.

Darren meraih amplop itu, dibukanya tali yang mengait di atasnya untuk dia lihat isi di dalamnya. Salah satu nama bangsawan lalu terpampang di kertas pertama, ia berhenti, Darren meletakkan amplop itu kembali ke meja.

"Apa yang ingin ditukarkan?"

Pihak lain masih terdiam. Entah apa yang sedang direnungkan, tak lama Keith pun menjawab, "Sejujurnya, pertanyaan Anda saat ini saya jawab dengan jawaban lain karena tujuan awal hanyalah ingin memberikan niat baik kami pada sang penerus kekaisaran. Tapi, saya berubah pikiran."

"Saya ingin Anda melepaskan adik saya, Yang Mulia. Dia tidak memiliki keterlibatan apapun dengan kasus yang Anda kerjakan."

"Bagaimana kau yakin kalau dia tidak terlibat?"

"Karena dia adik saya. Saya dapat menjamin itu."

"Apa ada bukti?"

Keith diam sesaat, "Sebuah kepercayaan tidak membutuhkan bukti. Adik saya tidak mungkin melakukan hal semacam itu meskipun terkadang nakal dan nekat kabur dari rumah."

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now