Chapter 14

14K 2.1K 34
                                    

Langit kini telah digantikan cahaya rembulan di tengah hamparan bintang menerangi malam.

Suhu kian dingin. Tidak mungkin lagi untuk meneruskan perjalanan saat malam mulai larut. Mereka tidak akan tahu bahaya apa yang akan datang menimpa dalam perjalanan minim cahaya tersebut. Itu berarti, sudah waktunya mereka berhenti dan beristirahat.

Tempat yang mereka singgahi saat ini merupakan bidang tanah yang cukup luas terletak di dekat hutan, cukup pantas sebagai peristirahatan sementara sebelum melanjutkan sisa perjalanan esok hari.

Kyle mengintip orang-orang di luar sana sedang menyiapkan kayu bakar untuk membuat api melalui jendela.

"Meski terlambat, sudah waktunya untuk makan malam. Apa kau punya pantangan pada makanan yang kau makan?" Darren akhirnya membuka suara setelah keheningan panjang semenjak kejadian siang tadi.

Cemberut, Kyle sungguh tidak ingin berinteraksi dengan lelaki itu.

Delapan jam berlalu seusai ia berhasil keluar dari pemeriksaan orang-orang suruhan Count di wilayah barat. Sepanjang perjalanan, tidak perlu ditanya, setelah kejadian di kereta itu, Kyle sebisa mungkin tidak mengobrol dan menjaga jarak aman dengan lelaki itu.

Namun apa daya bahwa keinginan itu tidak mungkin terwujud sebab mereka berdua masih memiliki urusan yang perlu mereka selesaikan.

Kyle menghela nafas. Tak habis pikir kenapa dia mudah sekali kehilangan kesabaran kalau berhadapan dengan lelaki satu itu. Padahal dia bukan orang seperti ini ketika dia hidup sebagai Kevin. Segalanya selalu ia selesaikan dengan pikiran dingin dan meminimalisir apabila suatu hal terasa merugikan.

Hanya saja setelah Kyle bertemu dengan laki-laki itu, ia merasa emosinya sering meluap, seakan ia melupakan sikap yang selalu dia terapkan atas ajaran keluarga masa lalunya padanya sebagai senjata hidup.

Mungkin itu karena aku dan dia pada dasarnya tidak cocok sejak awal.

"Tidak ada," Kyle menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.

Darren mengangguk. Ia pun keluar dari kereta dan bergabung bersama bawahannya.

[Manusia...]

Kyle melirik kucing di atas pundaknya.

—[..tidak. Aku cuma ingin memastikan lagi.. kau dan orang gila no. 4.. sungguh tidak ada hubungan apa-apa, 'kan?]

Pada akhirnya pemuda itu membuang muka ketika mendengar pertanyaan yang sama yang diberikan kucing itu berkali-kali selama perjalanan ini.

—[Hei, jangan salahkan aku meragukan jawabanmu, dasar manusia yang sedikit bodoh. Kau tahu? Aku sangat syok saat melihat kalian berdua melakukan hal mesum di siang hari itu!]

—[Kau pasti tidak tahu betapa terkejutnya aku ketika melihat kalian! Dasar bodoh.. Sangat bodoh. Manusia, meski aslinya kau sudah dewasa, tubuhmu sekarang masih remaja. Kutekankan, re-ma-ja! Kalau kau ingin memberikan keperawananmu, carilah orang yang lebih waras, dong! Bukan orang gila no.4 sepertinya!]

Kyle hanya memutar bola matanya.

Siapa juga yang mau? Dia melakukan itu karena terpaksa oleh situasi. Jika pun ada solusi lain, dia tentunya juga akan memilih yang lain. Sayang sekali itu tidak ada.

"Jangan bertanya. Aku sudah hampir melupakannya tapi karenamu aku mengingatnya lagi," Kyle berdecak tak suka.

—[Hmph! Dasar anak muda. Tidak bisa menjaga diri ketika ditinggal sebentar.]

Kucing itu turun dari pundaknya dan berdiri di pangkuan Kyle sembari mengintip situasi luar dari jendela.

—[Tapi, manusia. Kenapa aku merasa ada yang salah, ya.]

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora