Chapter 1

28.9K 3K 163
                                    

Di dalam mobil hitam, seorang pemuda tampan mengecek senjata-senjatanya yang akan ia dan anak buahnya gunakan hari ini. Ia adalah orang yang teliti, dan sangat membenci segala kemungkinan yang dapat menyebabkan kegagalan serta kerugian bagi dirinya. Setelah merasa cukup, ia meletakkan kembali ke dalam koper, meninggalkan dua pistol hitam dengan ukiran inisial 'K' yang ia genggam di kedua tangannya.

"Bos, semuanya sudah siap."

"Ambil senjata kalian dan pergi menuju tempat-tempat kalian sesuai rencana," perintah pemuda tampan itu seraya melempar koper-kopernya pada anak buahnya.

"Baik, bos!"

Tidak butuh waktu lama lingkungan sekitarnya menjadi sunyi.

Kevin Alexander, itulah nama pemuda yang baru menginjak usia 24 tahun itu, yang telah terbiasa hidup dalam dunia gelap, menghadapi berbagai macam kejadian hidup dan mati berkali-kali. Anak pertama dari tiga bersaudara di keluarga utama Alexander, lahir sebagai seorang jenius dan cerdas sejak lahir di keluarga kaya yang telah mendirikan perusahaan besar dan sukses hingga mencakup berbagai bisnis internasional.

Namun, itu hanyalah topeng yang mereka buat di permukaan.

Faktanya, keluarga Alexander adalah keluarga yang bertanggung jawab dalam penyeludupan senjata api, narkoba, beserta perjudian ilegal di dalam negara yang dijalankan dengan cara hati-hati dan jauh dari hidung para penegak hukum di luar sana.

Jika ditanya apakah dia puas hidup sebagai bagian dari keluarga Alexander, jawabnya adalah 'Tidak'.

Apakah dia pernah merasa bahagia hidup di keluarga 'baik' dan 'harmonis' yang sering mengadakan kegiatan amalnya, jawabnya adalah 'Tidak sama sekali'.

Semua hal baik yang muncul di tv dan surat kabar hanyalah sebuah topeng untuk menutupi segala keburukan yang telah keluarga itu perbuat di generasi sekarang ataupun sebelumnya. Bahkan makna sebuah 'keluarga' yang sering guru-guru sampaikan dari masa sekolahnya pun tidak pernah ada di dalam perkumpulan orang-orang angkuh itu.

Orang tua? Bolehkah ia katakan bahwa mereka hanyalah sosok orang dengan guna untuk menghasilkan alat lain dengan keterikatan darah di bawah tangannya?

Selama hidupnya, Kevin selalu mematuhi semua perintah dari orang-orang yang dinamakan keluarga itu. Ia tidak bisa memilih apa yang ia inginkan dalam hidupnya, dipaksa untuk menjadi sebuah alat sekaligus senjata yang bisa dikendalikan. Karena lingkungan hidupnya, di usia 7 tahun pun dia bisa mengerti segalanya dari kebanyakan anak seumurannya. Ia memahami bagaimana arti dirinya di mata orang-orang yang disebut 'keluarga' itu. Seolah seperti rantai, tubuhnya akan selalu terikat, tanpa bisa melepaskannya hingga akhir hidupnya.

Pernah sekali dia memberontak. Akibatnya, seluruh keluarga salah satu teman sekolahnya dilenyapkan dalam semalam sebagai ganti atas satu perilaku buruk yang ia lakukan.

Namun sekarang berbeda.

Ia sudah memutuskan untuk bertarung.

Kevin menatap lekat vila megah tidak jauh di depannya dengan miris.

Alexander. Keluarga kaya yang terkenal dengan citra baiknya tak diharapkan ternyata memiliki keinginan untuk melenyapkan salah satu anggota keluarga lainnya sendiri. Dengan kata lain, mereka menginginkan kematian Kevin Alexander yang bahkan tidak memiliki saham atau hak sedikitpun yang berhubungan dalam keluarga busuk itu, dan berakhir dicap sebagai ancaman bagi mereka.

"Sampai akhir pun, tidak ada yang bisa kuharapkan dari orang-orang itu."

.
.
.

Suara tembakan menggema di dalam sebuah vila megah. Kevin menyembunyikan tubuhnya sembari mengganti peluru di kedua pistolnya. Cukup tiga detik, dua senjata yang selalu menemani di berbagai pertarungannya telah kembali terisi dengan peluru lengkap.

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now