Chapter 3

21.2K 2.5K 15
                                    

Seusai membersihkan tubuhnya, Kyle kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuh lelahnya di ranjang dengan helaan nafas.

"T-tuan Muda..."

Dia melirik pelayan beraut wajah cemas di sampingnya dan menjawab, "Ada apa?"

"I-itu... Luka Anda.." ucapnya agak ragu dan takut sambil meremas mangkuk berisi air dingin di tangannya.

Kyle memahami perasaan pelayan itu. Bagaimana tidak? Saat dia membuka pakaiannya untuk membersihkan dirinya tadi, hal pertama yang dia lihat adalah banyaknya luka memar ungu di sekujur tubuhnya. Satu-satunya pelayan yang secara sukarela membantunya untuk mengurus keperluan mandinya pun tercenggang tanpa mengatakan apa-apa.

Mendudukkan dirinya, Kyle menghela nafas untuk kesekian kalinya hari ini.

"Letakkan saja di meja, aku akan mengurusnya sendiri."

Pelayan itu menundukkan kepalanya, dengan ragu menuruti permintaan tuan mudanya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

Gerakan pelayan itu terhenti, "...ya?"

"Namamu."

"Sa-saya.. Nama saya Nolan."

"Nama belakang?"

Menggeleng, "Saya tidak punya."

Kyle memandang laki-laki berambut cokelat itu yang dibalas dengan tundukan kepala oleh yang lain. Ia ingat, dunia ini berbeda dari dunianya. Di dunia ini, kebanyakan orang yang tidak memiliki nama belakang adalah orang-orang yang beridentitaskan sebagai seorang budak.

Kamar itu sunyi, tidak ada yang memulai pembicaraan setelahnya. Setelah beberapa saat, Kyle meminta pelayan itu untuk pergi.

Pintu terbuka dan tertutup, meninggalkan dirinya sendiri di kamar luas itu sekarang.

Kyle mengambil handuk yang ada di mangkuk itu dan mengompreskannya di pipinya.

Dia mendengus. Tubuh ini terlalu rapuh. Hanya dengan dua tamparan saja sudah meninggalkan lebam besar di pipi kirinya. Merebahkan tubuhnya kembali, dia memandang langit-langit kamarnya sambil mengompres pipinya yang masih terasa nyeri.

"Jika aku tidak salah ingat.. Bocah ini kabur dari rumah karena tahu dia akan dijual oleh ayahnya?"

Ingatan yang mengalir di kepalanya hari ini terlalu banyak. Jujur, dia cukup kesusahan untuk memilah semuanya karena kemunculan ingatan seperti potongan-potongan film ini tidak datang secara berurutan.

Kini dia memejamkan mata untuk mengingat kembali kejadian sebelum pemuda ini memutuskan untuk bunuh diri.

Saat itu adalah hari dimana hukuman kurungannya selesai. 'Kyle' berencana keluar dari kamarnya untuk mengunjungi taman belakang yang telah mengukir banyak kenangannya bersama ibunya ketika masih hidup. Selalu, saat dia merasa merindukan ibunya, dia datang ke sana. Tidak peduli jika taman itu sudah lama dilupakan dan tak terawat seperti dulu. Ia hanya butuh tempat itu, pohon willow besar yang menjadi tempat bersandarnya dalam kesendirian.

Namun, dalam perjalanannya ia mendengar percakapan ayahnya dan sekretarisnya di balkon.

"Tuan, apakah Anda yakin?"

Di sela menghisap rokoknya, Dave berkata, "Ya. Tidak ada yang bisa diharapkan darinya. Bukan hal yang merugikan untuk memberikannya pada Viscount Collin."

"Tapi, Tuan. Tuan Muda masih berumur 17 tahun.. Anda tidak-"

"Kau tidak setuju?" Dia mengangkat alisnya melihat tanggapan pria di sampingnya, "Flynn, sejak kapan kau peduli dengan putraku?"

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang