Chapter 7

18.1K 2.2K 34
                                    

Berita menghilangnya Kyle pun sampai ke telinga Count.

Dengan marah, ia langsung mendatangi kamar putranya, yang kini penuh dengan kerumunan para pelayan memadati koridor, yang penasaran tentang insiden pembantaian secara sepihak yang telah merenggut nyawa lima pelayan dengan mengenaskan.

"Menyingkir!!"

Satu kata. Orang-orang yang mendengar perintah mutlak itu buru-buru pergi, dengan cepat membukakan jalan untuk tuan mereka.

Setelah sampai, Dave melihat pemandangan itu penuh amarah. Rahangnya mengeras. Dia menggertakkan giginya. Melihat sekeliling, kamar itu benar-benar penuh dengan darah kotor di segala tempat. Ia melangkah maju tak mempedulikan sepatunya telah bernoda cairan merah. Hingga akhirnya, matanya tertuju pada jendela yang terbuka lebar di kamar itu.

Tanpa harus berpikir keras, ia bisa menebak bahwa putranya telah kabur dengan melompat dari jendela.

Dave mengepalkan tangannya, "Jelaskan padaku, bagaimana dia bisa kabur dari kamar ini?!!"

Kemarahan Dave langsung membuat orang-orang di belakangnya berlutut ketakutan.

"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu.. saya tidak tahu jika Tuan Muda nekat keluar dari jendela."

"Tidak tahu...!!? Ini lantai tiga! Bagaimana dia bisa keluar dari sana begitu saja tanpa bantuan dari orang lain!?"

Dua pengawal itu menundukkan kepalanya serendah-rendahnya, tidak tahu bagaimana untuk menjawab pertanyaan tuan mereka.

Dave mengusap mukanya dengan kasar, "Kalau begitu jelaskan.. bagaimana para pelayan ini ada di sini?!"

Dua pengawal itu melihat mayat lima pelayan yang ditunjuk oleh tuan mereka, lalu dengan ragu menggeleng sebagai jawaban.

"K-kami tidak tahu, Tuan. Sepanjang malam kami berjaga, kami.. kami tidak melihat seorangpun yang memasuki kamar Tuan Muda."

"...apa?"

"B-benar, Tuan. Kami berani bersumpah bahwa kami tidak pernah mempersilahkan siapapun memasuki kamar Tuan Muda tadi malam!" sahut pengawal satunya.

Itu tidak logis.

Beberapa orang di sana yang mendengar cerita dari dua pengawal itu berpikiran sama. Sangat tidak masuk akal jika lima pelayan itu tiba-tiba muncul di dalam kamar tuan muda tanpa melewati pintu masuknya.

Dave menatap tajam pada dua pengawal itu, "Apa kalian tahu akibat yang akan kalian terima jika kalian berani berbohong tepat di hadapanku...!?"

Duk!

Mereka berlutut hingga menempelkan kepalanya ke lantai.

"Dengan segala hormat maafkan kami, Tuan! Kami benar-benar mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun kami tidak berani melanggar sumpah setia kami kepada Count. Apabila kami berbohong, kami akan mempersembahkam kedua tangan kami kepada Count sebagai jaminan!"

Mendengar dua pengawal itu siap kehilangan dua tangan mereka, orang-orang di sana kemudian meragukan pemikiran sebelumnya. Koridor itu berakhir dalam keheningan. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada malam itu. Jadi, tidak ada yang bisa memberikan kesaksian untuk menjelaskan kejadian kali ini.

Tidak.

Ada Nolan.

Di ujung barisan, sama-sama berlutut seperti pelayan lain, Nolan menatap lantai di bawahnya dengan pikiran kosong. Jelas-jelas ia ingat bahwa ia mengunjungi kamar tuan mudanya tadi malam. Dua pengawal itu pun yang mempersilahkannya masuk. Lalu, kenapa mereka mengatakan jika mereka tidak melihat siapa-siapa?

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now