Chapter 11

14.4K 2.1K 33
                                    

Di bawah langit malam, tak ada bintang, bulan purnama satu-satunya sumber cahaya yang menerangi hamparan rumput di tengah hutan, tempat Kyle dan laki-laki itu memijakkan kaki mereka, berdiri berhadapan yang dipisahkan jarak lima meter.

Kyle memandang lelaki itu waspada sembari menggenggam pergelangan tangannya yang kini sungguh terasa menyakitkan. Ia menggigit bibirnya menahan rintihan. Tidak dipungkiri, kekuatan lelaki itu kuat sekali. Bahkan dibalik senyum tipisnya yang terlihat tak berbahaya, lelaki itu tidak main-main ketika melayangkan pedangnya kepada Kyle.

"Apa maksudnya ini?" Kyle tidak senang dengan penyerangan mendadak yang dilakukan lelaki itu.

Terkekeh, "Kau tahu apa itu. Kenapa perlu bertanya?"

Kyle berpura-pura bodoh.

"Sayangnya, aku memang tidak mengerti maksud dari tindakanmu. Aku tidak tahu apa yang sedang kau cari, tapi sangatlah tidak sopan menyerang penduduk lemah sepertiku."

"Lemah, huh.." guman lelaki itu tak terdengar, jeda sesaat, dia mengambil langkah maju masih dengan pedang di genggamannya, "Entah dari mana kau menilai dirimu lemah tapi bukan berarti ingatanku sangat buruk untuk mengingat beberapa menit lalu kau dapat memblokir sihir dan menangkis seranganku tepat waktu."

".....cih."

Dia mengalihkan pandangan dengan cemberut. Sejenak, detik berlalu. Kyle mengangkat kembali wajahnya untuk mengintip lelaki itu lebih jelas. Di bawah kerudung jubah bersulam perak, sang empu memiliki wajah dinilai tampan, hidung runcing, dan mata yang tajam. Bibir tipis ikut menyertakan kesempurnaan yang ia miliki. Bisa Kyle tebak, pasti banyak wanita yang mengantri untuk mendapatkan pelukan lelaki itu.

Melihat Kyle yang memandangnya lama, laki-laki itu tertawa kecil, "Apa yang kau lihat? Kenapa menatap wajahku sebegitu lama itu?"

Kyle sedikit tersentak dengan tindakan bodohnya, lalu memilih untuk mengeluarkan omong kosong tanpa pikir panjang, "Aku hanya ingin mengingat wajahmu karena telah menyerangku dengan kejam."

"Kalau begitu ingatlah wajahku."

"?"

"Akan lebih baik kau mengingat setiap inci dari wajahku agar tidak melupakannya jika kita tidak sering bertemu lagi."

???

Apa yang sebenarnya dia bicarakan?

Sama dengannya, kucing yang melayang di atas bahu Kyle membeku. Membuka mulutnya namun ia tutup lagi, bingung, tidak tahu harus mengomentari apa. Dia benar-benar tidak mengerti arah dari ucapan laki-laki itu.

[Hei, manusia. Orang gila no. 4 ini sepertinya benar-benar tidak waras. Jangan dekat-dekat dengannya, manusia, atau kau akan ketularan!]

Laki-laki itu kian mendekat, Kyle mengeratkan belati yang ia angkat di tangannya dalam posisi bertahan.

"Mari kita luruskan saja. Tuan ini, kau ditangkap atas dugaan pengedaran obat terlarang di kekaisaran."

Mengelak, "Aku tidak tahu apa yang kau katakan."

Langkah lelaki itu berhenti tepat di hadapan Kyle, "Tidak. Kau tahu itu. Kupikir, kau juga tahu apa isi dari kantong yang kau bawa saat ini."

Kyle memiringkan kepalanya.

"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Orang-orang dari kasino memberiku suvenir. Aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Tapi, jika aku menyerahkan benda ini padamu, apa kau akan melepaskanku?"

Lelaki itu menampilkan senyum tipisnya, "Itu tidak mungkin. Aku tidak akan melepaskanmu dan aku yakin kau tahu benar apa yang sedang kau bawa di sakumu. Tuan, tindakanmu menunjukkan bahwa kau memiliki hubungan dalam masalah ini."

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now