Chapter 4

18.8K 2.5K 28
                                    

Tiga hari berlalu setelah ia datang ke dunia ini.

Kyle menatap lama roti dan sup yang telah mendingin serta gelas air putih di samping yang disajikan di depannya sebagai makanan pertama yang ia terima di masa hukuman.

Pelayan hari ini bukanlah Nolan. Melirik kelima orang itu, Kyle tidak mengatakan apa-apa. Setelah tiga hari tidak makan, apa hanya ini makanan yang bisa diberikan kepadanya? Apakah serendah itu kedudukan 'Kyle' di mata mereka?

Dia berdecak.

"Tuan Muda, bisakah Anda menyatap makanan Anda? Anda seharusnya tahu jika masih ada agenda lain yang perlu kami lakukan."

Kening Kyle berkerut, "Aku tidak makan."

"Saya sarankan Anda untuk tidak melawan."

"Aku bilang aku tidak makan."

"Jika Anda terus melawan, jangan salahkan kami melaporkan hal ini pada Tuan."

"Laporkan saja," balasnya tak peduli.

Berbeda dengannya yang acuh tak acuh, kelima pelayan di sana terkejut mendengar tanggapan Kyle. Dari yang mereka tahu, Count merupakan sosok yang paling ditakuti oleh tuan muda mereka. Tidak mematuhi perintahnya sama dengan memicu kemarahan Count. Hukuman bertubi-tubi dan tak manusiawi adalah hal yang biasa Count berikan pada putranya apabila ia merasa tidak puas atas perilaku yang 'Kyle' tunjukkan kepadanya.

Dave tidak menerima aksi penolakan sekalipun.

Semua perintah yang keluar dari mulutnya adalah mutlak.

Dia tidak suka melihat orang yang tidak mematuhi perintahnya.

Namun kelimanya hanyalah orang luar. Para pelayan itu tidak peduli dengan tuan muda yang sama sekali tidak menarik itu, tidak disukai oleh tuan mereka, dan bahkan tidak memiliki hak bicara di kediaman ini. Jadi, untuk apa mereka mencoba menasihatinya jika orangnya sendiri ingin mencari masalah dengan Count?

"Kalau begitu kami permisi," pamit salah satunya setelah menarik kembali hidangannya untuk dibawa pergi.

"...tidak tahu diri."

"Untung-untung Tuan dengan baik hati memberinya makan tapi malah dia tolak. Tidak heran Tuan tidak menyukainya, dasar anak yang tidak berguna."

"Hei, kecilkan suaramu atau Tuan Muda itu akan mendengarnya."

"Ha! Kalau pun dengar, terus apa? Posisinya di rumah sendiri bahkan lebih rendah dari rakyat jelata seperti kita."

Kyle mengangkat kepalanya melihat pintu yang baru saja ditutup dengan keras sepeninggalan para pelayan kurang ajar itu. Dia mendengus, apa mereka pikir dia tidak mendengar gumanan yang tak seperti gumanan itu? Perasaan dibicarakan tepat di depannya membuatnya bingung untuk bereaksi seperti apa, karena kenyataannya, dia sudah kebal dengan berbagai macam hinaan yang ditujukan padanya di kehidupannya dulu.

Dia menjatuhkan tubuhnya. Menarik selimutnya, Kyle memutuskan untuk tidur.

.
.
.

Tok tok tok.

Ketukan pintu di kamar itu membangunkan Kyle dari tidurnya.

Mengangkat tubuhnya, dia duduk di tepian ranjang dan menanggapi ketukan itu dengan suara serak, "Siapa?"

"Ini saya, Tuan Muda."

Nolan?

"Masuklah," balasnya kemudian.

Setelahnya, ia melihat wajah familiar, laki-laki berambut cokelat dengan raut muka khawatir seperti biasa, sosok orang yang telah menyelamatkan dirinya dan satu-satunya yang mempedulikannya sepanjang yang dia tahu di kediaman ini.

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now