Chapter 2

22.5K 2.7K 31
                                    

Dalam perjalanan pulang, ingatan pemilik tubuh aslinya samar-samar terputar ulang bagaikan film.

Pemilik tubuh yang ia masuki saat ini bernama Kyle Brunner. Putra dari seorang Count di kekaisaran, Dave Brunner, yang terkenal akan harta dan kekayaan yang melimpah. Lahir dari pasangan yang disebut-sebut sebagai cinta sejati dari seorang Saintess dan bangsawan muda dimana orang-orang menyebutnya sebagai sebuah berkah, ia adalah anak yang beruntung yang disukai oleh dewa, yang diharap-harapkan akan mendatangkan berbagai berita baik di wilayah kekuasaan Brunner di masa depan.

Namun baginya itu hanyalah omong kosong.

Ingatan yang mengalir di kepalanya menunjukkan kebalikan dari semua itu.

Kisah cinta sejati yang didengar orang-orang hanyalah dongeng yang dibuat ayahnya untuk melahirkan keturunan dari seorang Saintess. Keserakahan yang dapat dilihat oleh mata telanjang serta keinginan yang kuat akan mendambakan kekuatan suci sebagai aset pribadi suaminya membuat ibunya kecewa hingga jatuh dalam kondisi terburuk.

Di usia 5 tahunnya, Kyle kehilangan sosok ibu yang paling mencintainya di keluarga itu selama-lamanya.

Sehari setelah pemakaman ibunya, sang pemimpin keluarga Count itu membawa masuk seorang wanita lain dengan dua anaknya di kediaman Brunner.

Hari-hari Kyle secara bertahap mulai berubah, menuju dalam jurang gelap tanpa dasar.

Seolah seperti rutinitasnya, ia terus dituntut untuk mempelajari kekuatan suci. Dikurung apabila melanggar, serta dipukul apabila membangkang. Segala bentuk kekerasan fisik dan emosional selalu ditujukan padanya. Padahal dia hanyalah anak yang belum genap 10 tahun. Lama-kelamaan, Kyle merasa mati rasa dengan hidupnya.

Mentalitasnya hancur. Dia lupa bagaimana cara untuk tersenyum dan menangis.

Ia telah kehilangan cahayanya.

Bahkan untuk bunuh diri pun, dia tidak bisa. Ayahnya akan selalu menemukannya dan menyelamatkannya hanya karena alasan tidak ingin kehilangan aset berharganya, seorang calon Saint, yang memiliki peluang besar untuk menarik kekuatan dari pihak keluarga kekaisaran dan bangsawan lain.

Tapi, tidak ada rencana yang dapat berjalan semulus itu di dunia ini.

Ketika ia menginjak usia 10 tahun, kabar bahwa seorang Saintess hadir dan memasuki gereja di kekaisaran sampai di telinga ayahnya.

Kevin memejamkan matanya.

Ia yang telah terbiasa hidup dalam kekerasan dunia pun tidak bisa tahan untuk meneruskan ingatan yang muncul di kepalanya di hari dimana pemilik tubuh ini menerima amarah seorang Count pada anak sah yang ia harapkan menjadi alat tukar yang bagus. Menurutnya, seorang yang menyandang sebagai 'ayah' itu tidak pantas disebut sebagai manusia.

Ia menghela nafas.

Meskipun ia tidak menyukai kehidupan pertamanya, paling tidak dia tidak pernah merasakan dan mengalami kekerasan fisik sampai separah itu. Dan meski ia tahu jika tidak pernah ada rasa kasih sayang di antara orang tuanya yang dulu padanya, dua orang itu masih bisa memberinya makan yang layak setiap hari.

Kyle berbeda darinya.

Dari awal dia dicap sebagai anak yang tidak berguna dan berakhir sebagai anak yang gagal di keluarga Count.

Semua itu hanya karena dia tidak menunjukkan tanda-tanda kekuatan suci dalam dirinya.

Bagi Kevin, kehidupan pemuda itu jauh lebih buruk dari kehidupannya.

Tak terasa untuknya kini dia tiba di mansion megah dan luas, tak lain adalah kediaman Count Brunner.

"Tuan Muda, mari kita menggunakan pintu belakang," saran laki-laki di depannya seraya menarik tangannya dengan hati-hati, "Dan juga.. mm.. untuk kejadian hari ini hingga membuat Anda kehilangan ingatan, tolong jangan katakan pada siapapun. Jika ada yang bertanya dengan Tuan Muda, Anda tidak perlu menjawabnya, biarkan saya yang membantu Tuan Muda menjawabnya. Apa Anda...mengerti?"

Kevin... Tidak, ia adalah Kyle sekarang. Ia hanya mengangguk sebagai balasan atas permintaan laki-laki dengan raut cemas dan khawatir di hadapannya.

"Tuan Muda.. Anda harus tahu bahwa apa yang saya katakan saat ini adalah untuk kebaikan Anda."

"Aku tahu."

Laki-laki itu memandang tuan mudanya dan terdiam. Ia termenung. Sesungguhnya ia tidak sedekat itu dengan tuan muda ini. Apa yang selalu dia lakukan hanyalah memandangnya dari jauh dan mengaguminya tanpa bisa mendekat sama sekali. Di matanya, tuan mudanya adalah seolah seperti sosok manusia fiksi yang keluar dari lukisan, yang begitu tidak nyata dengan wajah yang begitu sempurna, yang selalu menempatkan dinding tembus pandang dimanapun ia berjalan membuat dirinya sulit bahkan untuk menyapanya saja.

Ia hanyalah seorang pelayan yang belum lama bekerja di kediaman itu. Meski begitu itu tidak membuatnya tidak memahami situasi yang ada di dalamnya.

Maka dari itu dia tidak bisa untuk tidak bersimpati dengan hal-hal yang menimpa tuan muda tampannya ini.

Keduanya berjalan melewati koridor dengan hati-hati, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecilpun. Ketidakhadiran tuan muda kemungkinan besar telah sampai ke telinga Count. Dia sungguh tidak mengerti kenapa tuan mudanya tiba-tiba menghilang dari rumah. Padahal dia sendiri seharusnya tahu bahwa jika meninggalkan kediaman ini sama saja dengan mencari kematian.

Dia tahu bahwa Count tidak pernah mengizinkan putranya satu itu untuk keluar dari rumah.

Setelah beberapa belokan dilewati, sedikit lagi mereka akan sampai ke kamar tuan mudanya.

Hanya tinggal satu belokan lagi...

PLAK!

Kyle memalingkan wajahnya dengan perasaan terkejut. Pipinya terasa sangat panas dan nyeri. Dia tidak bisa membantu untuk tidak memegangi pipinya dan mengangkat matanya untuk melihat pelaku yang telah menamparnya dengan begitu tiba-tiba.

"Siapa yang mengizinkanmu keluar dari kamarmu?"

Suara berat dan dingin itu menggema di tengah koridor.

Pelayan laki-laki yang ada di sampingnya dengan syok melihat apa yang baru saja terjadi di depannya. Dengan buru-buru, dia ingin menjelaskan, "T-tuan, ini..."

"DIAM!!"

Mulut pelayan itu seketika menutup rapat.

Kyle mengernyit melihat pria yang berdiri di hadapannya.

"Sekarang, jelaskan tindakanmu. Apa yang kau lakukan? Aku tidak ingat bahwa aku pernah mengizinkanmu untuk keluar dari kamarmu."

Kyle memilih untuk tidak menjawab.

"Sekarang apa kau berubah menjadi bisu?"

"......"

"Anak ini...!"

PLAK!!

Tubuh Kyle yang masih lemah tanpa daya terdorong ke samping dan terpaksa melangkah mundur karena aksi tamparan yang lebih kuat dari sebelumnya.

"Dua tamparan sepertinya cukup untuk menyadarkanmu," ucap pria itu dengan dingin melihat putranya yang masih membisu di depannya, "Masuk ke kamarmu. Kau tidak diizinkan keluar dari kamarmu selama seminggu."

Setelah mengucapkan kalimat itu, pria itu kemudian pergi meninggalkannya. Tak lupa dia memberi isyarat pada pengawal untuk menjaga pintu kamar Kyle agar kejadian hari ini tidak terulang kembali, beserta para pelayan untuk tidak mengantarkan makanan kepadanya selama tiga hari.

Singkatnya, ini adalah hukuman yang ia berikan pada putranya yang tidak patuh.

Kyle memandang punggung pria itu yang kian menjauh.

Dengan kening berkerut, dia berdiri diam di sana, mencoba memilah ingatan yang ia miliki di tubuh barunya.

Sialan...

Ah, sekarang dia ingat. Pria yang barusan melayangkan tangannya padanya adalah ayah dari pemilik tubuh ini, Dave Brunner.


Tbc..
See you next~
And jangan lupa vote & comment nya all 🧸

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang