Chapter 26

11.9K 1.9K 81
                                    

Hari perayaan ulang tahun sang putri pun akhirnya tiba.

Kyle merentangkan tangan pasrah mempersilahkan empat pelayan yang kini sibuk merapikan pakaian, menempatkan bros batu safir di depan dada bersama rantai perak yang menjuntai hingga dikaitkan ke pinggang. Mantel kelabu bersulam indah dikenakan. Rambut dijepit menyamping sebelah kiri dan anting permata hitam kecil kemudian ditindikkan di telinga sebagai sentuhan terakhir.

"Selesai~!"

Emily bertepuk tangan gembira mengagumi hasil karya tangannya sendiri.

"Tuan Muda, percayalah kepada saya. Anda akan menjadi orang tertampan malam ini~!"

Ketiga pelayan lain ikut bertepuk tangan menyoraki kegembiraan tersebut.

Kyle melirik ke cermin.

Tak bohong kalau mereka memuji dirinya hingga begitu. Akui, pakaian yang dirancang khusus untuknya kali ini dibuat dengan sangat baik. Cocok. Lengkung pinggang pun dibalut pas tak luput menjadi poin utama nilai keindahan.

Wajah dan bibir dipoles tipis, gaya rambut diubah, cuma itu, namun telah menampilkan sosok Kyle yang berbeda dari biasa.

Pintu diketuk tiga kali sebelum dibuka sendiri oleh si pelaku.

Darren masuk, Kyle adalah orang yang pertama ia lihat melalui cermin, ia mematung.

Kyle mengangkat alis, "Apa?"

Tersenyum, "Aku datang ke sini untuk menjemputmu."

Mengetahui kehadiran tuan mereka di kamar itu, keempat pelayan cepat-cepat membereskan barang-barang mereka, pamit, dan keluar.

Kyle berbalik.

"Tidak usah. Aku tidak ingin diperkenalkan di acara adikmu. Aku hanya akan menyapanya sebentar sebelum semua tamu datang."

Darren belum menjawab. Matanya kini terpaku pada paras pemuda yang berjalan kian semakin dekat. Mengambil selangkah, menghadang Kyle yang otomatis ikut menghentikan langkah karena ulahnya, ia menunduk sedangkan Kyle mendongak. Darren memandangi mahakarya itu cukup lama. Tangan kemudian meraih telinga pemuda itu dan mengusap-usap anting kecil yang terpasang.

"Senang tidak salah memilihnya. Ini sangat cocok untukmu."

Kyle menepis tangan besar itu, "Jangan pegang-pegang. Nanti karatan."

"Itu tidak mungkin," Ia terkekeh.

Darren menarik tangan, "Aku tahu kau akan bilang begitu jadi aku membawa Louis."

Di dekat pintu kamar lelaki berambut perak melambaikan tangan sambil mengembang senyum.

"Hai~"

Kyle menatap orang itu beberapa saat sebelum keningnya berkerut, "Kenapa kau membawa dia?"

"Aku harus mengurus beberapa tamuku nanti. Tidak bisa menemanimu."

"Bukan itu," Kyle menyela dan menunjuk Louis di seberang, "Maksudku, kenapa dia? Tidak ada yang lain?"

Darren memiringkan kepala, "Tidak mau? Kupikir kalian dekat."

"Kapan aku terlihat dekat dengannya??"

Mendengar ketidakterimaan hati Kyle, Louis menghampiri mereka. Berdiri di belakang pemuda itu dan menepuk kedua pundak Kyle.

"Ayolah~ Kau tidak perlu malu-malu, Nona kecil. Ini adalah kebaikan dari lubuk hatiku menemanimu kemanapun kau mau khusus untuk malam ini. Kau tidak boleh menolak atau itu akan menyakiti hati kecilku lagi, hm?"

Namun Kyle mengabaikannya, masih kukuh untuk protes.

"Apa tidak bisa diganti?"

Darren mendengarkan, "Dengan siapa?"

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now