Chapter 27

10.9K 1.9K 137
                                    

Sorot mata lelaki itu bak sedingin es. Marah. Kesal. Segala emosi bergemuruh. Keith menatap pemuda yang sedang berjongkok, wajah tak asing yang begitu ia kenal, sangat tak menduga bahwa ia akan bertemu dengan adiknya di taman istana seperti kata Kiara menit lalu.

Keith memandangi paras adiknya, lekat. Mata safir itu masih sama terang terakhir kali ia ingat. Riasan tipis tak menutupi keindahan asli. Bibir menggoda seperti biasa. Pipi yang dulunya kurus kini pun sedikit menggemuk, yang terlihat sangat pas untuk dicubit.

Mahakarya seperti itu tidak seharusnya dilepaskan. Ia telah memikirkan cara untuk merawatnya baik-baik di rumah akan tetapi adiknya memilih kabur.

Ia geram.

Tak pernah ada satupun kata di dalam hidupnya yang membiarkan hal-hal yang menyangkut atas kepemilikannya direbut atau dipinjam orang lain, bahkan ayahnya, Keith lebih senang menyimpan hal itu untuk dirinya sendiri.

Dengan mata sayu dan pipi merona sampai ke telinga, bibir yang dipoles merah tampak hidup seakan menguji hasrat dalam dirinya, siapa yang akan menyerahkan kesempurnaan ini ke orang lain? Tidak ada.

Keith memejamkan mata sejenak menenangkan emosi lalu membukanya kembali.

"Sampai kapan kau ingin kabur? Hentikan sikap kekanakanmu dan pulanglah ke rumah."

Kyle menyipit, sejujurnya ia juga cukup terkejut melihat kedatangan kakak tirinya di sana.

"Aku tidak mau."

"Ayah marah besar padamu."

"Terus?" Kyle berdiri pelan-pelan menyeimbangkan tubuh yang sempat terhuyung karena rasa pening di kepala akibat reaksi alkohol, "Dia ayahmu, bukan aku. Untuk apa aku peduli?"

Kyle melambaikan tangan dan berbalik pergi, "Sudahlah. Aku tidak ingin berurusan denganmu. Anggap saja kita tidak pernah saling bertemu."

Namun Keith tak mungkin membiarkan.

Ia mencengkeram lengan Kyle dan membaliknya kasar agar menghadap dirinya.

Kyle merintih sakit menerima kekuatan tangan lelaki itu, "Apa-apaan kau ini? Lepas!"

"Kau pikir kau bisa kabur lagi dariku?" tanya Keith dingin tak mempedulikan rintihan Kyle.

Kyle menatap tajam sebagai balasan.

Cengkeraman menguat, Keith menarik adiknya lebih dekat hanya lalu tatapannya kemudian jatuh pada anting hitam kecil yang terpasang di telinga, hatinya seketika tenggelam dalam suasana buruk.

"Apa ini?"

Dahi Kyle mengerut tak mengerti. Ia ingin memprotes tindakan kasar Keith namun niat itu harus terhenti saat lelaki itu memegang anting dan menariknya paksa, lepas dari telinga buat Kyle menjerit. Dengan 'klang', anting itu Keith buang sembarang tanpa menghiraukan darah merah yang kini merembes keluar menetesi pundak pakaian Kyle dari luka yang ia perbuat.

"Beraninya orang lain menempatkan benda ini kepadamu."

Mendesis memegangi telinganya, Kyle terkejut saat lengannya tiba-tiba ditarik lagi, diseret, dibawanya berjalan entah menuju ke mana.

Tentu Kyle mencoba memberontak namun cengkeraman itu malah semakin menguat.

Serasa jauh dari sinar lampu, Keith melempar Kyle hingga terbanting ke tanah di sudut taman.

Pyarr.

Gelas yang selama ini Kyle pegang pun ikut pecah karena itu.

Lagi-lagi, lelaki itu bertindak kasar kepadanya. Punggung yang tak siap menerima kekuatan itu pun mengerang sakit, dapat ditebak bahwa ini akan meninggalkan memar esok hari.

In Second Life, I Became A Failure Count's Son [BL]Where stories live. Discover now