📜 00.00

374 30 0
                                    

Menyesapi sebuah aroma harum yang begitu memanjakan indera penciumannya memang sudah menjadi hobi favoritnya sejak dulu. Entahlah mau apapun itu, jika bisa mengeluarkan aroma yang enak, pasti sudah bisa ditebak kalo itu perfect.

Itulah yang sedang Irene lakukan sekarang. Menyesapi aroma harum dari Capuccino kesukaanya begitu membuatnya terlena. Jika sudah seperti ini, semua yang ada disekitarnya tidak lagi ia hiraukan.

"Rene, udah dong lo ngendus-ngendus gelasnya. Gue mau ngomong nih!" Geram Seulgi. Ya, gadis itu kesal sekali dengan sahabatnya ini yang tidak ada mau berhentinya untuk mengendus-endus ke dalam gelas. Entah apa yang menarik dari situh, ia tidak mengerti.

"Oh, hahaha, Iya maaf. Abisnya enak banget aromanya," Irene tersenyum kecil lalu setelahnya beralih meminum Capuccino miliknya dengan gerakan perlahan. Ah, nikmatnya.

Dengusan kasar terdengar dari seberang depannya. Irene mendongak, menatap wajah Seulgi yang masih terlihat kesal dengannya.

"Tau gituh mending gue ajak lo ke tukang jamu komplek depan aja." Irene meringis ngeri mendengar gerutuan dari Seulgi. Apa-apaan perempuan itu, sudah tau dirinya tidak suka dengan jamu-jamuan kenapa malah ingin mengajaknya ke tukang jamu.

Dari pukul 10 pagi, kedua sejoli ini sudah mendudukkan dirinya di salah satu tempat nyaman di sebuah caffe hits dekat kampus. Simple memang, dengan beralasan ingin cari tempat adem hingga mereka berkelana sampai pukul 4 sore sekarang.

Tidak cukup jauh jarak cafe ini dengan kampus tempatnya berkuliah, hanya tinggal berjalan 1 kilo dari area kampus untuk mengunjungi cafe yang setiap harinya tidak pernah habis akan pelanggan setia.

Seulgi mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja seperti sedang berfikir. Entah berfikir tentang apa.

"Lo masih berantem sama Sehun?" Pertanyaan Seulgi cukup membuat Irene yang sedang asyik memainkan jari-jarinya di atas laptop seketika berhenti.

Irene meringis kecil, dan mendongak ke arah Seulgi dengan hati-hati.

Celaka!

"Enggak, siapa bilang?!" Elak Irene. Sebisa mungkin gadis itu tidak menampilkan wajah panik dan suara bergetarnya. Seulgi tidak boleh tahu!

"Gue. Barusan." Sedangkan Seulgi masih menelisik dengan tatapan curiga. Apa yang sedang disembunyikan oleh sahabatnya ini. Tidak biasanya.

"Hoax itu hoax!" Mendengar itu malah membuat kening Seulgi semakin mengerut dalam. Apanya yang Hoax, orang dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kok.

"Terserah kalo lo ga mau ngaku," Irene menelan salivanya takut-takut. Tidak berani mendongak. Ia tidak mau membuat ini terulang untuk yang kedua kalinya.

3 bulan lalu, saat ia menceritakan kegundahannya pada Seulgi malah berakhir petaka. Dan sekarang, ia tidak mau menceritakan apapun kepada sahabatnya ini.

"Tapi nilai lo yang jadi taruhannya." Seulgi menyeringai tajam. Sedangkan Irene melotot kaget. Sumpah, ia tidak akan mau jika bahan contekannya untuk ujian matkul nanti hilang karena pembahasan dan hal konyol seperti ini.

Seulgi adalah queen nya contekan. Contekan biasa, sampai contekan yang berlanjut hingga ke akar-akarnya saja gadis itu punya. Dan yang lebih menguntungkan nya lagi, semua contekan yang berasal dari dirinya bukan sulap bukan sihir 80% keluar dalam ujian lisan maupun ujian tertulis.

Jadi intinya, dia tidak mau menghilangkan prioritas utamanya. Yaitu contekan.

"Jadi? Ayo, cerita sama gue!" Paksa Seulgi. Gadis itu sudah tahu jika ancamannya inilah yang paling berguna untuk membongkar masalah apa yang sedang dihadapi gadis itu. Beragam masalah yang Irene punya, hanya dengan satu jentikkan jari Seulgi mengetahui semuanya.

Ya, dengan menggunakan ini salah satu senjatanya.

Irene menghela nafas panjang, dan mau tidak mau dirinya harus menceritakan kronologi masalahnya dirinya dengan Sehun ke Seulgi.

Sial, sekali! Mainnya ancaman!

"GILAAA, LO BEGO YA?!!" Kan apa Irene bilang, bukannya di bela malah kini justru dirinya yang sebentar lagi kena damprat.

"Ngga, gue ga bego. lo tuh kali yang bego!" Kesal Irene. Walaupun dirinya sedang ketar-ketir namun juga tidak mau sampai dikata-katai seperti ini oleh sahabatnya. Derajatnya adalah yang paling teratas.

"Kalo gue bego, ga akan jadi tukang jualan contekan kayak sekarang." Benar juga apa yang dibilang gadis itu.

"Tau deh ah gue pusing!" Irene mendelosorkan kepalanya lemas ke meja. Dirinya pasrah. Ia tahu kesalahannya saat ini, namun dirinya GENGSI untuk mengakui.

Memang pada dasarnya wanita adalah kunci masalah yang sebenarnya dalam suatu hubungan. Dirinya bisa menjadi kunci jalan keluarnya sebuah masalah orang lain, namun menjadi penyebab utama masalah dalam hubungannya tersendiri.

Sehun juga sampai bingung dengan Irene. 3 tahun menjalin hubungan dengan Irene, bukan berati dirinya tidak menampik bahwa selama itu masalah beragam silih berganti berdatangan.

Dan itu semua datang diundang tak dijemput dari Irene. Kekasihnya.

Bahkan jika sampai bosan untuk terus meminta maaf kepada Irene padahal semua itu datang bukan salahnya lelaki itu, Sehun sampai 2 Minggu tidak masuk kampus hanya untuk mempelajari buku tentang "KEPRIBADIAN WANITA".

Benar-benar luar biasa sekali dampak seorang BAE IRENE.

"Ya lo minta maaf. gitu aja pusing!"

"Gamau!! Pokoknya harus Sehun yang minta maaf!!!"

Lihat kan.

Tolong katakan kepada Sehun bahwa pasti ada rasa sedikit menyesal memperjuangkan Irene dahulu untuk menjadi kekasihnya, kan?

_________

SOMEONE 2 | HUNRENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang