📜 33.00

52 13 3
                                    

Adakah Irene tersanjung mendengar perkataan yang di lontarkan lelaki tampan di depannya barusan? Jawabannya, tentu tidak!

Sudah lebih dari beberapa tahun, dirinya mengenal Sehun, dan tabiatnya barusan tentu tidak akan mempengaruhi tembok tinggi yang sudah di ciptakannya.

Anggap saja, malam ini dirinya sedang kepepet sehingga mau tidak mau memerlukan jasa Sehun untuk mengantarnya pulang. Namun, untuk kedepannya jangan harap kejadian ini akan terulang lagi!

"Gue capek, hun." Ujarnya. Terlihat Sehun yang tengah menatapnya sedari tadi, kini mengeluarkan deheman. "Hm?"

Irene mendongak, "gue capek. Jadi mending lo cepet anterin gue, sekarang!" Suruhnya. Sehun, mengusap tengkuknya dengan pelan, setelahnya mengangguk pelan.

"Oh iya, satu lagi!—" ucap Irene menghentikan pergerakan Sehun yang tengah memakai helm.

"—gue harap ini juga terakhir kalinya gue berurusan sama Lo. Setelah ini, gue mohon lo jangan ganggu hidup gue lagi!" Tekannya sembari menatap Sehun lekat.

Sehun tentu saja sedikit terkejut mendengar pengakuan dan perkataan Irene untuk tidak pernah bertemu dengannya lagi. Akankah dia bisa? Entah mengapa, setelah mengetahui fakta kelam yang berhasil ditutupi Irene dengan baik, perasaannya kini sedikit terbuka dan memandang Irene dengan artian yang berbeda.

Dirinya tidak ingin mengecewakan Irene kembali, —namun untuk permintaan gadis itu barusan, harus kah?

____________________

"Nih!" Katanya setelah melepaskan helm itu dan memberikannya ke arah Sehun yang masih terduduk rapih di atas motor.

Sehun mengangguk sekali, sambil tangannya menerima uluran Irene. Dirinya menaruh helm itu tepat di atas tempat yang diduduki Irene tadi.

"Rene!" Panggilnya tiba-tiba, saat Irene baru saja beberapa langkah menjauh dan ingin mendekati pagar rumahnya.

Irene berbalik, tidak mengeluarkan sepatah kata hanya menaikkan sebelah alisnya.

Lelaki itu membasahi sebentar permukaan bawah bibirnya sebelum bergerak membuka helm yang terpasang di kepalanya.

"Boleh gue tau alasan lo datang, tadi?" Tanya Sehun ragu-ragu. Sebenarnya pertanyaan ini sudah memenuhi pikiran lelaki itu sedari tadi, bagaimana gadis itu bisa datang, atas unsur apa gadis mau datang.. dan masih banyak lagi.

"Ga mungkin karena sur—" ucapan Sehun terpotong saat melihat Irene melangkah mendekatinya kembali dan membuka mulutnya.

"Gue udah tau semua, Hun." Ungkapnya. Sejenak Irene menghela nafas panjang, menatap Sehun dengan netra cokelat gelapnya.

"Gue minta maaf kalo selama ini gue egois, ga pernah mengerti keadaan lo, selalu banyak nuntut, maaf..." Gadis itu memandang Sehun yang juga tengah manatapnya dalam. Irene tidak mengerti arti tatapan yang diberikan Sehun, namun dirinya menikmati itu.

"Gue—gue... pengen semuanya berakhir. Karena, gue capek." Lanjutnya. Dirinya terkekeh pelan, "bohong kalo gue selalu keliatan baik-baik aja, selalu ceria, dan nunjukin ke semua orang... Kalo hubungan kita masih baik-baik aja." Helanya dalam mengambil nafas pendek membuat sekat antara dirinya dan juga Sehun yang tengah diam seribu bahasa.

Sehun, kau sungguh bodoh!

"Awalnya gue mau memperbaiki semuanya, dan nata satu persatu balik seperti semula. Tapi, untuk sekarang gue rasa udah ga bisa dan ga mungkin." Sehun menggeleng samar, dirinya menyela dengan cepat.

SOMEONE 2 | HUNRENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang