📜 18.00

54 15 8
                                    

Sehun membawa motornya melaju kencang membelah jalanan di sore yang padat akan kendaraan. Tidak dirinya ambil pusing, saat orang ramai-ramai meneriaki dan mencacinya karena perilaku tidak ber-normanya itu.

Memang dirinya, peduli?

Bahkan kepergian Yoona yang mendadak sejak di toko kue itu, dirinya juga tidak mempermasalahkan, urusan itu bisa diatasi nanti.

Yang terpenting sekarang, Lelaki itu harus menemui orang yang menjadi sasaran empuk di pikirannya sejak tadi.

Ya, itu prioritasnya sekarang.

_________________

Tepat setelah 45 menit berkendara di bawah awan mendung yang menyelimuti kota, kini dirinya sampai di depan perkarangan rumah yang bernuansa cokelat susu jika terlihat dari depan.

R

umah ini, terlihat sangat segar jika dilihat dalam suasana dan pikiran yang dingin.

Dimana tanaman Anggrek dan Lily yang menggantung, beberapa tanaman mawar yang menyambut dari awal masuk sampai tepat di depan hall.

Sesungguhnya, ini terlihat indah.

Namun, bukan itu yang menjadi pusat Sehun. Lelaki itu tidak peduli, dan bahkan bodo amat dengan furniture, tanaman, atau apalah yang terhias di sini.

Brakk! Citttt!!!

Ow, sepertinya Sehun terlalu bersemangat sampai-sampai lebih dalam mengambil pegas dan lupa mengerem, sehungga--

--salah satu tanaman mawar yang nangkring indah sejak tadi disana, kini sudah rusak tak terbentuk bersama dengan potnya.

"Bangsat!" Lelaki itu merutuk dalam hati. Entah sial apalagi yang sedang terjadi kepadanya.

Buru-buru dia turun dan berjongkok didepan tanaman mawar yang nasibnya buruk hari ini--sama sepertinya. Dan tanpa pikir panjang, dirinya membenahi semua kekacauan itu dengan terburu-buru, jangan sampai si pemiliknya mengetahui hal ini.

Ceklekk!

Sehun memejamkan matanya, sudah siap untuk menerima makian yang tak berujung dari si pemilik tanaman.

Dirinya menoleh pelan-pelan, sambil masih terus menutup matanya. Diangkatnya kedua tangannya membentuk memohon, "gue ga sengaja. Suwer!" Ampunnya masih menunduk.

Tak ada balasan dari arah depannya.

"Sori banget Yu-" ucapannya terpotong tiba-tiba saat mendengar suara kikikkan ketawa yang berasal dari lawan bicaranya yang dirinya bahkan tidak tahu itu siapa.

Perlahan, Sehun membuka kedua matanya.

"Anjing yang ini terlalu pecundang ternyata," balasan dari lawan bicaranya baru terdengar, membuat Sehun yang sedang mencerna situasi macam apa yang sedang terjadi kini menjadi kalap.

Sialan! Bahkan, orang didepannya kini tak jauh sama munafiknya seperti dirinya. Dasar keparat!

"Ada perlu apa lo dateng jauh-jauh kesini?" Tanya Sehun keki.

Orang itu menyunggingkan senyuman miringnya, "masih belum cukup nyimpen satu jalang?" Tantang orang itu.

Dalam hati Sehun menggeram marah. Kurang ajar sekali, bahkan orang itu tidak tahu menahu bagaimana jalan hidup dirinya. Bisa-bisanya, mulut kotor itu berkata lantang.

Sehun mensedekap tangannya didepan dada, kini dirinya tersenyum manis ke arah lawannya, "miris sih gue sama Irene. Keluar dari kandang buaya, masuk kandang badak." Katanya sambil terkekeh pelan.

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now