📜 14.00

44 12 8
                                    

Irene membanting tubuhnya ke atas ranjangnya yang empuk. Mencoba menutup mata setelahnya dengan menumpukan kedua telapak tangannya menutupi area kelopak itu.

Dirinya menghela nafas lelah.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan dirinya baru saja pulang dari sesuatu yang mengingatkannya pada 'masa lalu' itu.

Jika ditanya apakah dirinya sedih? Kecewa? Dan juga patah hati? Mungkin yang menanyakannya itu kurang peka akan sekitar. Jelas hal seperti ini pasti mendatangkan faktor yang disebutkan di atas.

Bohong jika Irene baik-baik saja. Bohong jika dirinya masih bisa memperlihatkan senyumannya, walaupun itu palsu.

Perasaan dan hatinya tidak sekuat itu.

Apalagi, yang dirinya tahu, hubungannya berjalan baik-baik saja tanpa koflik berat kecuali insiden pada waktu Jackson itu. Dan itu juga menurutnya tidak terlalu beresiko.

Namun, mengapa? Apakah dirinya berbuat hal yang fatal selain itu, sampai Sehun berani menyatakan putus kepadanya?

Entahlah, untuk yang satu itu masih menjadi tanda tanya baginya. Dan dirinya juga tidak berniat ingin mencari tahu.

Biarkanlah waktu yang menjawab.

"Kak irin?" Pintu terbuka dengan gerakan dan nada decitan pelan yang terdengar, setelahnya terlihat Chimy yang berjalan masuk dengan satu tangannya sibuk memegang kantung yupi besar.

Di tengah baringnya, wajah itu menoleh ke arah pintu. Dirinya tersenyum manis, dan segera mengambil posisi duduk.

"Sini!" Tangannya bergerak mengayun menyuruh adiknya mendekat dan duduk disampingnya.

Chimy mengangguk, dan kemudian berlari kecil ke arah kakaknya. Setelah sampai dirinya meloncat pelan naik ke atas ranjang.

"Kak irin mau?" Tanyanya lucu. Tangan mungil yang mirip dengan tangannya itu merogoh masuk kedalam kantung yupi, setalah berhasil dapat dirinya menyodorkan itu ke arah Irene.

Irene menoleh sambil tersenyum gemas, "gausah, ga mau nanti pipi uni tembem kayak kamu." Ledeknya sambil menahan tawa.

Chimy cemberut, "kak Irin jahat!" Ambeknya sambil melipat kedua tangannya di dada.

Irene tertawa, tangannya bergerak mengusak surai halus adiknya itu. Ah, chimy sangat lucu sekali!

Entah bagaimana bisa, setiap di momen sedih atau mood yang sedang turun, Chimy selalu datang dengan tingkah konyolnya membuat mood Irene bisa melonjak seketika.

"Kak irin, kemarin kok pas mimi mau ambil minum kedapur.. mimi denger kak irin nangis. Kak irin sakit?" Tanyanya dengan mata yang mengerjab lucu. Oh, percayalah kini Irene sangat dibuat gemas dengan adiknya itu.

Irene mencubit pelan pipi tembam Chimy, "kok di jam segitu belum tidur?" Tanyanya pura-pura galak.

Chimy terkekeh, "mimi abis main game bareng koko." Jawabnya cengengesan.

"Kan! Uni aduin bunda, ah." Ancamnya pura-pura. Chimy menggeleng panik, "ah, kak irin jangan! Janji deh mimi ga gitu lagi." Yakinnya sambil memasukkan yupi yang kesekian kedalam mulut kecil itu.

Irene tertawa, "ga mau, uni tetep mau aduin kamu. Itu malem banget, tapi kamu masih main game." Tolaknya tegas.

Chimy cemberut, dirinya menaruh kantung yupi itu dengan kasar, lalu kembali mengerucutkan bibirnya, "yaudah, nanti mimi aduin kak irin ke om sehun." Ancamnya galak.

Irene yang sedari tadi tertawa jahil dan tersenyum lebar, kini mulai menyusutkan tarikan itu di ujung bibirnya. Kembali, tatapan itu menerawang kosong sambil bergerak menunduk.

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now