📜 43.00

78 15 13
                                    

HARI yang cerah dan dengan suasana sejuk yang mengibar di pagi yang masih hangat ini, tentunya adalah waktu yang baik untuk di pakai mengawali hari dengan kegiatan-kegiatan yang manin nan bermanfaat.

Oke, oke. Opening ini salah! sudah tentu hanya akan mendatangkan kejengkelan, sebab hal yang sedang dirasakan oleh gadis yang kini sibuk membenarkan topinya—guna untuk menenggelamkan wajahnya— hanya ada rasa kesal, dan ingin sekali mengubur menusia hidup-hidup detik ini juga.

Lebih tepatnya, mengubur manusia yang berada tepat di sebelahnya dengan aktivitas menyetir yang dibuat lagak sok keren. Tch, Irene muak melihat tampang sok Sehun yang kentara sekali dibuat-buat.

Ayolah, dirinya hanya ingin menyelesaikan pergulatan batin ini secara cepat, namun mengapa lelaki ini membuat semuanya rumit bak drama sih?! Jika, Sehun casting di salah satu stasiun televisi yang sering menayangkan film drama, maka lelaki itu tak perlu dua kali untuk dinyatakan lolos seleksi seperti yang lainnya.

Irene yakin, seratus persen kini!

di dalam mobil, hanya ada mereka berdua. Dan sudah dipastikan rasa apa yang menghinggap di keduanya kini—sudah pasti canggung. Entah menunggu siapa yang memulai siapa, keduanya asik tenggelam dalam kegiatannya masing-masing.

—ups! Tidak, Irene sedang mengatur emosi yang tengah meletup-letup dan tinggal menunggu meledak layaknya bom atom saja lebih tepatnya.

Irene melirik Sehun sekilas lewat lirikan tajamnya, tidak ada canggung, dirinya malah lebih baik di kategorikan muak.

"Mau makan dimana?" Tanya lelaki itu akhirnya mengawali percakapan.

Mendengar itu membuat, Irene membuang muka ke arah jendela, dan mengeratkan Hoodie kebesaran yang menenggelamkan tubuh mungilnya. Enggan menjawab.

Sehun menengok sekilas, mengerutkan alis saat dirasa tak mendapati jawaban dari gadis di sampingnya.

"tumben ga request? Biasanya kalo aku ajak sarapan kamu selalu request minta di ajak ke tempat baru yang bikin kamu penasaran.  kali ini, ga ada?" Lelaki itu kembali berujar di samping stir mobil itu di belokkan ke arah kanan setelah melewati lampu merah pertigaan.

Irene membuang nafasnya secara kasar, dirinya menatap Sehun kini dengan lantang, "Hun, please! Gue sama lo udah ga ada apa-apa. Kita udah mantan! jadi jangan sok care sama gue, tolong. dan apa tadi? Aku-kamu? Bisa bersikap biasa aja, ga? Jujur gue risih." Sarkasnya memandang lekat ke arah ujung mata Sehun yang sempat tertangkap redup binar matanya walau dari samping, setelah mendengar ucapannya.

Kerutan di dahi lelaki itu menghilang, namun setelahnya malah tersenyum simpul dan menengok—menatap balik sekilas ke arah Irene.

"Mau makan bubur aja? ada di deket taman kota, lumayan deket dari sini." tawar Sehun dengan nada santainya. Namun Irene tau, lelaki itu tengah mencoba tak mengindahkan sarkasannya beberapa waktu lalu.

kembali, disenderkannya bagian punggungnya ke arah jok mobil dengan arah pandang lurus menatap arah jalanan.

Memilih untuk tak menanggapi dan memberikan jawaban atas tawaran lelaki itu, karena menurutnya hal itu akan percuma, Sehun tetap akan berada pada pendiriannya—manusia tidak jelas.

"rame banget. kamu gapapa kan disini?" Tanyanya memastikan saat mobilnya sudah berhasil di bawanya ke arah parkir yang berada di bagian pojok, bergabung dengan beberapa mobil yang juga terpakir disana.

Melihat taman kota yang amat sangat padat di penuhi oleh penghuni muka bumi yang sedang—Oh! Irene baru ingat, hari ini hari Minggu. Pantas saja ramai!

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now