📜 31.00

46 13 4
                                    

Tak akan ada yang menyangka kedepannya bahwa alur atau perjalanan hidupnya akan seperti ini. sepertinya kehadirannya untuk menetap di dunia hanya untuk menanggung segala beban berat permasalahan yang tidak ada ujungnya ini. bolehkah dirinya menyerah? katakan dirinya lemah, kalah terhadap takdir yang sudah di garis bawahi setiapnya. karena memang kenyataannya seperti itu, Irene mengaku lemah.

air matanya sudah berada di ujung pelupuk matanya, mungkin jika dirinya mengedipkan matanya walau hanya sekilas tak memungkiri bahwa air mata itu sudah siap terjun.

arah pandangnya tak lepas dari kedua sosok manusia yang tengah berdebat tak jauh dari tempatnya berdiri kini. terlihat sekali dari topik yang dibicarakannya cukup berat, sampai urat leher dan otot tangan kekar sehun terlihat kentara bahkan dari jaraknya yang cukup jauh kini.

Eunbi. sosok perempuan yang menjadi lawan bicara lelaki itu,-dirinya tak menampik bahwa sangat merindukan perempuan itu. sosok perempuan cantik yang sama sepertinya-ah bahkan persis sepertinya itu-kembarannya.

ada satu fakta yang memang belum terkuak sampai detik ini, ya, bahwa dirinya memiliki kembar kandung identik. Bae Eunbi. usianya yang memang tergolong tua beberapa hari sebelum dirinya, menandakan Eunbi adalah sosok kakak baginya, juga menjadi anak pertama di keluarganya.

Ketahuilah bahwa keluarganya dahulu mencerminkan keluarga Cemara yang sering diirikan oleh banyak orang. Memiliki sosok ayah yang mengayomi keluarga, bunda yang penyayang, sosok kakak dan juga kembaran yang tegas dan melindungi, dan juga adik yang selalu mencairkan suasana di rumahnya. Itu terdengar sempurna memang.

Namun, semua hal yang sempurna belum tentu terlihat sama seperti aslinya. Begitupun dengan Keluarga Irene, gadis itu mengakui semenjak dirinya memasuki jenjang SMA berbagai masalah yang tidak di harapkan datang tanpa bawa permisi.

Dan dari situlah, kehancuran yang tidak diharapkan Irene datang, merenggut topeng kebahagiaan yang selama ini dipasang sesempurna mungkin di depan banyak orang.

"Rene?" Lirih Sehun. Mata tajam itu tak lepas menatapnya saat dirinya sudah memantapkan diri untuk keluar dari tempat persembunyiannya.

Mata sendu Irene tak sengaja bertatapan langsung dengan mata Sehun yang masih intens melihat setiap pergerakannya.

Irene menghela nafas sejanak, dirinya menoleh ke arah Eunbi yang masih bergeming di tempat dengan tatapan menunduk.

"Apa kabar, kak?" Sapanya. Maju selangkah mendekati Eunbi yang kini mendongak saat mendengar suara Irene menggema.

Sejujurnya, perasaan Eunbi tak jauh berbeda dengan Irene. Dirinya juga merasakan rasa sakit dan hancurnya perasaan Irene yang selama ini gadis itu tanggung. Tanpa melibatkan dan merepotkan banyak orang, sebenarnya itu adalah sikap yang sangat di benci oleh Eunbi.

Sifat Irene benar-benar tidak berubah dari dulu.

"Jauh lebih baik dari yang lo kira." Jawabnya lempeng menatap kembarannya dengan lantang, mencoba menguatkan hatinya walau perasaan resah itu lagi-lagi datang saat melihat wajah sendu Irene.

"Kenapa lo lakuin ini semua?" Gumam Irene. Dirinya menunduk mencoba untuk menghapus air mata yang terlanjur terjun ke bawah membasahi pipinya.

Sehun berusaha untuk tidak maju dan mendekap tubuh mungil itu kalau perasaan gengsi dan ego nya tidak tinggi. Maka dari itu, yang bisa lelaki itu buat hanya diam menyimak sedari tadi.

"Lakuin apa? Buat lo menderita, iya?" Tanya balik Eunbi. Walaupun nadanya santai, namun dibalik pertanyaan itu Eunbi menunggu pengakuan Irene.

Irene menatap Eunbi yang ternyata sedang menatapnya dengan lamat, tanpa disadari senyuman kecil itu datang menghiasi wajah cantiknya.

"Kalo boleh jujur, gue emang menderita dulu kak. Tapi itu ga sama besarnya dengan penderitaan yang gue sama bunda rasain sekarang. Bunda terpukul sama kepergian lo dan ayah 4 tahun silam, dan kakak tahu? Bunda kehilangan 15kg berat badannya karena tragedi itu.." ucap Irene, berusaha menuangkan segala perasaan yang dirasanya, fakta yang sama sekali tidak diketahui satu orang pun. Kini dirinya buka, tepat di depan Eunbi dan juga Sehun.

Tubuh Eunbi menegang, seperti ada sengatan listrik yang tiba-tiba menyerangnya. Fakta yang di sampaikan Irene, benar-benar fakta yang baru di ketahuinya detik ini. Ah, dirinya merasa bersalah sungguh!

Keegoisannya menutupi bahwa ada kedua orang tuanya yang menjadi korban atas perilakunya yang buruk dahulu.

Bunda.. Eunbi rindu!

"Kak, gue sama sekali ga masalah sama semua yang udah terlewati dulu. Gue ga marah sama lo karena udah buat gue menderita, pendidikan gue yang berantakan, kasih sayang ayah yang berkurang, ngurusin bunda yang hampir gila karena tragedi itu, gue sama sekali ga masalah, bahkan—" ucapan Irene terpotong karena isakannya sendiri yang semakin kencang seiring dirinya berbicara dengan menggebu-gebu.

Sehun menunduk, fakta ini sesungguhnya mengejutkan dirinya. Lelaki itu mengintrospeksi diri atas semua sifat dan perilaku kurang baiknya yang pastinya menghancurkan hati gadis itu, yang sekarang berubah seperti batu.

Tanpa sadar tangan itu terkepal dengan kuat, mata itu terpejam seiring suara isakan Irene yang memenuhi pikirannya sekarang.

"—gue udah maafin Lo jauh sebelum lo minta maaf sama gue, kak. Gue mohon dengan sangat, balik ya! Bukan buat gue, tapi seenggaknya demi bunda..." Lirihnya.

Eunbi masih diam tegak ditempatnya. Dirinya memandang Irene yang masih terisak pelan sembari menatapnya penuh harap.

Tidak dipedulikannya lagi harga dirinya yang hilang didepan Eunbi maupun Sehun, keegoisannya yang biasanya selalu menutupi hal yang terjadi serapat mungkin, semua dirinya lakukan hanya karena bunda.

"Lama ga ketemu, lo makin berubah dan jauh dari jati diri lo dulu." Ujar Eunbi, dirinya tersenyum miring ke arah Irene yang menatapnya juga.

Sehun mengerutkan keningnya bingung, apa yang di maksud gadis itu?

"Bagus. Ga sia-sia hidup lo menderita selama ini. Tapi sayangnya, ayah ga akan seneng ngeliat anak kesayangannya berubah jadi pemberani kayak gini." Lanjutnya.

Irene menggeleng cepat dan keras, dirinya bahkan tanpa pandang bulu bersimpuh tepat di depan kakaknya dengan kepala terdongak, menatap Eunbi memelas.

"Kak, kalo bisa g-gue akan berubah jadi kayak dulu lagi. Tapi gue mohon, j-jangan kayak gini kak.." mohonnya.

Sehun ikut bersimpuh memegangi kedua tangan Irene yang tergeletak lemas didepan tubuh gadis itu. Mencoba menggenggam dengan erat, mencoba menenangkan sebisanya.

"Jangan kayak gini, ayo diri!" Bisiknya sembari membantu Irene berdiri. Namun, hasilnya nihil Irene Kembali menggeleng tegas dan sekali lagi menatap Eunbi memohon.

"Gue bisa pegang omongan Lo?" Tanya Eunbi meyakinkan. Dirinya tersenyum tipis saat melihat Irene mengangguk ribut.

Sehun dengan gerakan pelan menggeleng, mencoba untuk membantu Irene kembali berdiri.

"Lepasin gue, hun!" Lirihnya dan juga diikuti dengan tolehan pelan ke arah Sehun.

Lelaki itu terkesiap sekaligus takjub saat pertama kalinya dalam permasalahan mereka yang sedang terjadi, gadis itu kembali memanggil namanya.

Tak tahukah Irene bahwa dari tatapan mendalam yang diberikan Eunbi untuknya, tersirat makna lain yang diberikan di dalamnya. Diam-diam, perempuan itu tersenyum getir.

"Oke! Tinggalin bunda!" Final eunbi.

_______________________

TO BE CONTINUE !

seru nih hihi ak lagi semangat update..

sabar ya next bab lagi proses tulis🤗

SOMEONE 2 | HUNRENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang