📜 11.00

39 10 4
                                    

Jackson dengan rambut berantakan seperti Singa, dan juga baju nya yang sedikit compang-camping, kini melangkahkan kakinya keluar menuju pintu Apartemen saat gedoran di luar pintu terdengar semakin keras.

Sembari berdecak kesal, dirinya membuka pintu itu tanpa mengecek dahulu siapa orang yang berada di luar apartemennya.

Cklekk

"Selamat pa-" ucapan orang itu terhenti ketika melihat penampilan kusut lelaki didepannya.

Sambil menahan tawa, orang itu melanjutkan kata-katanya. "Kamu lucu banget pake baju tidur kayak gituh." Katanya dengan tawa yang tertahan.

Jackson berdecak sekali lagi, sambil menatap orang didepannya. "Tudep, mau apaan?" Tanyanya malas.

Sambil melangkah masuk, tanpa menghiraukan tatapan Jackson yang tajam seolah tidak meminta ijin lagi, "Aku bawain sarapan, sekalian belanjaan bulanan juga buat kamu. Miris aku liat kulkas kamu kosong melompong kek gituh." Ujarnya.

Jackson juga melangkah masuk, setelah menutupu pintu. Dirinya berdecih, "penting banget?" Katanya remeh.

Orang itu berbalik menatap Jackson dengan tatapan polosnya, "penting lah. Kalo kamu nanti mati kelaperan gimana? Kalo misalnya nanti kam-" lagi. Ucapannya terpotong karena tawa remeh Jackson yang terdengar.

"Gue ga butuh perhatian Lo! Sekarang Lo bisa balik!" Usirnya. dengan tatapan datar dirinya berjalan maju ke arah depan.

"Gue ingetin sekali lagi kalo lo lupa. Inget batasan, Yuna!" Ingatnya dengan tegas. Lalu setelah itu berjalan meninggalkan tubuh Yuna yang mematung ditempat dengan tatapan mirisnya.

Maaf. Kata itu terus menerus diulang oleh Yuna bersamaan dengan air matanya yang keluar.

_________________

Irene terkejut. Ah, tidak. Bahkan sangat terkejut ketika mendapati sosok Jackson yang sedang tersenyum manis di depan pintunya setelah dirinya membuka pintu rumahnya.

"Pagi!" Sapanya.

Irene masih diam, mematung di tempat. Namun, setelahnya dia mengerjap pelan sambil tersenyum kaku, "pagi!" Balasnya.

"Lo hari ini ada kelas pagi kan?" Tanyanya dengan nada semangat. Irene mengerut bingung.

"I-iya kok Lo tau?" Tanyanya bingung. Pasalnya Irene dan Jackson bukan hanya berbeda jurusan namun juga beda gedung dan berbagai hal. Agak mustahil sepertinya untuk lelaki itu tahu kalo bukan mencari tahu- eh tunggu, untuk apa Jackson mencari tahu?

"Bareng gue. Gue juga ada kelas pagi," ujarnya.

"Ga usah gapapa, gue juga udah mesen ojek. Makanya tadi lo itu gue kira tukang ojek."

"Sembarangan!" Dengus Jackson.

Irene terkekeh, "ya, maaf." Balasanya sambil meringis.

Jackson mengangguk, "ayo! Lo batalin aja ojeknya."

"Dih, kok ngatur?" Irene berkata ngegas dengan muka yang pura-pura di sangarin, namun setelahnya dia tertawa pelan, "hahaha, gue bercanda."

Jackson mengernyit, "jadi, lo mau ga?" Tanyanya lagi.

"Ayok deh! Sebentar gue chat mamangnya dulu." Kata Irene, setelahnya dia membuka ponselnya. "Udah. Kalo mamangnya ngamuk, salah lo ya!" Ancam Irene.

Jackson terkekeh, dirinya mengangguk. "Ayo!" Ajaknya.

__________________

Yuna mampir terlebih dahulu ke apartemen  Jackson, dirinya pagi ini berencana untuk membawa sarapan sehat untuk Jackson. Dirinya tahu betul, lelaki itu tidak terbiasa makan-makanan instan, maka dari itu dirinya memasak sarapan pagi tadi untuk Jackson.

SOMEONE 2 | HUNRENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang