📜 21.00

46 11 2
                                    

Irene melepas seatbelt yang melingkari tubuhnya, lalu membenarkan letak tas selempangnya yang sedikit miring.

Dirinya melirik sekilas ke arah Sehun yang ternyata juga sedang menatapnya lamat dari balik kemudi.

Irene mengalihkan pandangan, satu tangannya sudah siap untuk membuka mobil namun sebelum itu, "makasih tumpangannya." Ucapnya sekilas.

Sehun tersenyum tipis dirinya melepas seatbelt yang terpasang ditubuhnya juga. Kemudian memiringkan tubuhnya tepat persis ke arah Irene.

"Lihat gue!" Suruhnya. Satu tangannya bertumpu pada kursi mobil, satu tangannya bertumpu pada blok.

Irene ditempatnya masih diam sambil terus memalingkan muka. Entahlah, dirinya agak kikuk ketika mendengar suara bariton Sehun yang memberikannya perintah.

"Lo dari dulu emang manja." Tukas lelaki itu. Kemudian memutar balik tubuh gadis didepannya agar menghadapnya kini.

Dalam hati Irene meringis, Sehun memang benar-benar tukang suruh yang seenak jidatnya.

Lamat lelaki itu melihat pahatan wajah sempurna mantannya, yang memang dari dulu hingga sekarang dirinya tak menampik bahwa Irene adalah gadis sempurna yang pernah dirinya punya.

Namun, entah mengapa sesempurna itu Sehun masih berani mencampakkannya.

Irene dengan berani tak berani mendongak ke arah Sehun, terlihat bahwa lelaki itu masih saja memandang ke arahnya tanpa kedip.

Ada yang anehkah?

"Gu-gue mau turun." Katanya, tanpa sadar membuyarkan lamunan Sehun dan alur fantasinya.

Sehun mengangguk sekali, dirinya tersenyum tipis, "gue terima. Tapi tumpangan hari ini ga gratis." Katanya dengan gaya angkuh.

Irene menatap wajah Sehun yang makin kesini makin terlihat tampan. Upss.

Dirinya mengernyit, Sehun menahan tawanya, "gue tunggu timbal balik dari lo secepatnya." Finalnya, lalu kemudian memencet tombol agar pintu itu bisa terbuka.

"Sana turun!" Usirnya sambil memakai kembali pengaman. Bahkan jarak yang dekat tadi sudah dikikis perlahan, membuat pasokan udara yang terhimpit tadi kini menjadi leluasa Irene dapat.

Gadis itu berbalik ke belakang, memegang ujung pintu mobil dan cklikk. Namun sebelum keluar dirinya menghela nafas sejenak, dan menggerutu dengan sepelan mungkin dengan raut wajah kesal.

"Dasar musang!" Umpatnya.

Namun sialnya, Sehun masih dapat mendengar umpatan itu. Dari tempatnya dia terkekeh pelan,

"Gausah modus mau lama-lama bareng gue." Katanya dengan kurang ajar.

Dan itu menjadi ucapan terakhir, sebelum Irene memutar bola matanya malas dan keluar dari mobil Sehun. Tak lupa juga membanting pintu itu dengan kencang, bentuk dari amarah Irene yang sudah dirinya tahan sedari tadi.

Memang Sehun sialan!

Di dalam mobil, senyum lelaki itu belum pudar. Dirinya mengambil ponsel yang tergeletak di dashboard lalu mulai menganal nama seseorang dan mengetikkan sesuatu di sana.

Tingg!

Irene yang tengah membenarkan sepatunya yang terlepas karena tali nya terinjak sendiri oleh kakinya, kini merogoh tas selempangnya lalu mengeluarkan ponsel dari dalam.

Di cek notif apa yang barusan masuk.

Sehun :
Bayaran lo nambah karena banting pintu.
Gampang sih bayarnya, jadi pacar gue lagi mau ga?

SOMEONE 2 | HUNRENE Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt