📜 42.00

51 13 8
                                    

Jika saat ini jendela kamar apartemen Sehun dalam keadaan terbuka, dan di hinggapi oleh seekor burung yang lapar dan ingin meminta makanan, maka mungkin tujuan awal burung itu akan berbelok sudah ketika melihat seonggok manusia yang sedang berkutat di meja kerjanya.

Kacamata baca bertengger dengan sempurna di atas hidung mangir milik lelaki itu. Beberapa berkas dan laptop yang dalam keadaan menyala, menghiasi ruangan hening kini.

Tapi, sesungguhnya bukan itu masalahnya. Masalah utama yang diperdebatkan adalah, helaan nafas nya yang seolah tak bosan keluar sedari tadi dari siempunya.

Coba kalian tebak, sudah berapa kali lelaki itu menghela nafas nya kini? Oh, Kalian bahkan tidak akan menyangkanya nanti.

"Huh!" Lagi. Kali ini menyerupai dengusan kasar. bertepatan dengan gerakan tangan lelaki itu menurun dan menaruh selembar kertas yang tadi dibacanya asal.

Sehun menunduk, melepaskan kacamata yang semula bertengger, lalu setelah itu menyugar rambut panjangnya ke atas. Sejujurnya, itu sedikit keren-Hey, ingat hanya sedikit!

Ting!Ting!

Bunyi notifikasi masuk sebanyak dua kali ke ponselnya. Untungnya, saat dirinya cek, ponselnya itu masih ada sisa baterai lima belas persen, dan tanpa menunggu waktu lama untuk dirinya cek notifikasi apakah yang baru saja menyentak pergerakannya.

Nomor tak dikenal.

Sehun mengernyit, beberapa panggilan dari nomor telepon tak dikenal masuk beberapa saat yang lalu. Dan dia sama sekali tidak menyadari notif itu, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak dikerjakan amat sedari tadi.

"Halo!" suara seseorang yang pertama kali dirinya dengar setelah panggilan itu terhubung.

Lelaki itu mengernyit, "siapa?" tanyanya.

"CK! sori ganggu orang sibuk, hape gue ketinggalan di mobil lo!" Suara ini. Sehun menarik ujung bibirnya sedikit. Berdehem ria setelahnya tak mau kelihatan bahwa sedang salah tingkah.

"Rene?" Pastinya.

"Bisa tolong anterin ga? Ntar gue ambil di depan komplek." Lanjut gadis itu tanpa basa-basi. Jika boleh jujur sebenarnya diseberang sana, Irene sudah sangat ingin untuk menutup telepon nya segera.

Tapi... ponselnya yang naas malah tertinggal-oh bahkan terjatuh di dalam mobil milik lelaki yang paling ingin dihindarinya selama beberapa waktu terakhir-tidak! Kini dirinya membutuhkan pertolongan lelaki itu.

Sehun mengedarkam pandangannya saat pikirannya tak sengaja malah salah fokus ke alunan lembut nan merdu suara milik mantan gadisnya itu.

dirinya melirik jam dinding yang bertengger di dalam kamarnya, lalu berfikir sejenak saat melihat jarum jam itu sudah menunjuk ke arah pukul satu malam.

namun-bukan itu, tiba-tiba tangan kanannya mengeluarkan sesuatu dari balik laci meja kerjanya.

Ponsel milik Irene. Ya, ada padanya.

"Halo? Ck, bisa ga?!" Suara Irene kembali terdengar. Kini nadanya naik sedikit lebih tinggi.

Laki-laki itu terkekeh, fokusnya kembali ke sambungan telepon, "udah lewat dua hari, dan kamu baru nyadar?" Ucapnya santai.

Tapi, tak tahukah Sehun bahwa diseberang sana Irene sedang mati-matian menggigit bibir bawahnya agar tak berteriak kencang dan menendang apapun yang bisa gadis itu tendang untuk menjadi pelampiasan nya?!

Menurut Irene, Sehun adalah lelaki brengsek yang terlalu bertele-tele.

"Shut up! kalo gabisa, biar gue suruh Yuri yang ambil ke apart lo besok." putusnya. Dan tangan nya baru saja hendak di gerakannya untuk mematikan telepon, namun ucapan lelaki diseberang nya ini mampu membuat pergerakan nya terhenti dan termenung dengan emosi yang mengambang.

SOMEONE 2 | HUNRENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang