📜 12.00

50 12 6
                                    

"tadi lo sama siapa ke kampus?" Tanya Seulgi, cewek itu memandang fokus ke arah Irene yang sedang membaca buku sambil meneguk es kopinya.

Irene mendongak, sambil membenarkan kacamatanya dirinya menjawab, "Jack, anak dkv." Katanya.

Seulgi mengerutkan alisnya bingung, "Jack mana?" Tanyanya.

"Jackson Wang, lo ga kenal?" Tanyanya balik.

Seketika Seulgi mengangguk sambil ber-oh ria, "kenal nama doang, hehe" kekehnya.

Irene berdecak, ingin sekali menjitak dahi mulus itu, "kenapa lo nanya-nanya?" Tanyanya kepo. Dirinya mensudahi saja kegiatan membacanya kini, karena sudah tidak berselera saat Seulgi membahas tentang Jackson.

"Darikapan lo deket sama tuh cowok?" Tanyanya balik, dirinya bukan menjawab pertanyaan Irene malah balik bertanya sesuatu yang membuat Irene berdecak kesal.

"Jawab dulu pertanyaan gue, baru gue jawab pertanyaan Lo." Finalnya.

Seulgi, cewek itu menghela nafas pelan.

"Jauhin Jackso." Ujarnya tiba-tiba. Saat ini mereka ada di perpustakaan umum yang biasanya mereka kunjungi jika sudah selesai jam kampus. Ini terletak di luar kampus kok, dan memang sudah menjadi langganan mereka berdua yang memang sekarang sudah tidak sekampus lagi.

Irene melirik kesal, "dih kok ngatur?" Sewotnya.

"Lo gapaham, Rene." Kata Seulgi.

Sejenak Irene terdiam, merasa dejavu dengan kejadian beberapa tempo lalu.

"Kamu gapaham, Rene."

Tidak. Dirinya menggeleng, berusaha menghempaskan bayangan itu dari benaknya.

Irene berdecih, "kenapa sih? Apa yang gue gapaham? Selalu aja, orang bilang gue gapaham tentang ini itu. Gimana gue mau paham, sedangkan kalian tuh tertutup sama gue." Kesalnya.

Seulgi mengerjap pelan, "kok lo ngomong gituh?"

Irene menoleh ke arah samping, "Sehun waktu itu juga bilang kayak gini ke-gue, sekarang Lo. Besok siapa lagi? Sebegitu begonya kah gue, atau emang gue gapantes tahu?" Amarahnya kini sudah menggebu-gebu. Bodoamat Seulgi yang menjadi pelampiasannya hari ini, karena jujur dirinya juga bingung mengapa dirinya bisa begitu sensitive akhir-akhir ini.

"Dengerin gue dulu." Seulgi memberi jeda, dirinya menghela nafas lagi.

"Lo belum terlalu kenal sama tuh cowok kan? Sebaiknya kata gue lo kasih jarak, ga mesti jauh. Cuman jarak dikit, biar lo seenggaknya ga kasih harapan ke mereka, sedangkan Lo udah punya cowok." Jelas Seulgi.

Irene terdiam, sejenak amarahnya yang tadi meletup-letup kini sedikit pudar, dirinya memijit pangkal hidungnya pelan setelahnya melepas kacamata yang tadi tergantung.

"Gue tau. Gue paham. Tapi, gue ngerasa nyaman aja deket Jack. Dia udah gue anggep kayak segimana mestinya lo ke gue. Ga lebih kok." Selanya.

"Tapi belum tentu dia kayak gituh kan? Pemikiran lo sama dia beda." Tambah Seulgi.

Hening. Dalam hati Irene membenarkan ucapan itu. Tapi, apakah harus?

"Gue ga nganggep Jack buat jadi lampiasan. Tapi, gue ngerasa kalo di deket Jack, gue ga jadi sedih atas renggangnya hubungan gue sama Sehun beberapa akhir ini." Irene, cewek itu berbicara dengan fokus pandang mengarah ke depan. Menerawang.

Seulgi menatap lurus ke arah Irene, "Lo salah. Lo gabisa kayak gini." Katanya.

"Tolong dengerin kata gue. Gue mohon, gue ngelakuin ini demi Lo. Gue gamau lo terluka buat yang kedua kalinya." Seulgi mengatakan itu sambil menunduk. Ada perasaan sesak sendiri saat melihat dan membayangkan kebahagian Irene akan semakin memudar seiring sahabatnya itu tahu satu persatu fakta yang menyakitkan.

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now