📜 36.00

44 15 0
                                    

Langkah kaki itu kian lebar—bahkan semakin lebar ketika sudah melewati basemen dan mendekati mobilnya.

Dibukanya pintu mobil itu tanpa permisi dibagian kemudi, lalu tanpa pikir panjang ditutupnya dengan cukup kencang sehingga menghasilkan bunyim bloom yang kentara.

Irene yang sedang asik bermain ponsel dengan ria—awalnya— kini jadi menatap heran ke arah sahabatnya yang tiba-tiba saja masuk dengan tergesa dan juga emosi yang tersulut.

Apa yang terjadi didalam sana, tadi?

Mengabaikan keberadaan Irene yang memandanginya dengan jelas, kini tubuhnya dibawa bersender di kursi kemudi dengan matanya yang menutup.

Mencoba mengatur nafas dan emosinya, walaupun jika boleh jujur itu hal yang sulit bagi Yuri.

"Lo kenapa?" Tanya Irene hati-hati. Setelah berhasil menyimpan ponselnya di tas, kini tubuhnya agak sedikit menyerong kesamping menatap Yuri.

Gadis itu menghela nafas sejenak, sebelum membuka matanya. Dirinya mendongak menatap langit-langit Mobil sebelum menengok ke arah Irene.

Melihat keterdiaman Yuri membuat Irene lebih memilih membaca situasi dari gerak-gerik gadis itu. Dan dari penglihatannya, sepertinya Irene mulai menangkap sesuatu.

"She meet you." Tepat sasaran. Yuri menghela nafas lagi kemudian mengangguk pasrah. Dirinya menengok ke arah Irene yang juga sedang menatapnya.

"She's such a b*tch, huh!" Protesnya. Tangannya bersedekap ria, dengan tatapan permusuhan yang mengudara. Menatap ke arah depan—kaca mobil dengan kening yang berkerut.

mendengar dan melihat aura galak Yuri membuat Irene mendengus geli. "Lo baru keluar dari goa mana?" candanya.

"Goa-goaan," jawabnya malas. "bagi air dong, Rene!" pintanya. Kedua tangannya diangkat, guna meregangkan ototnya yang tegang masih bekas efek beberapa waktu lalu tadi.

Irene mengambil satu botol air yang masih tersegel rapih di bagian jok belakang. Dibukanya, lalu disodorkannya langsung ke arah Yuri yang menyambutnya dengan suka cita.

"Dehidrasi gue abis debat sama bekantan." Keluhnya. Mendengar itu Irene menepuk pelan paha Yuri, "udah, woy! kasian anak orang lo katain mulu daritadi." Katanya.

Yuri mendelik, "dih, peduli banget? Biarin aja, pick me gitu ngapain di kasihanin!"

Irene tertawa hambar, dirinya menoleh ke arah kaca mobil disampingnya. "Ada dilantai berapa?" Tanyanya tiba-tiba.

"9." Jawabnya. Diam-diam Irene meringis, "angka keberuntungan gue." Gumamnya.

"Udah berubah jadi angka sial deh kayaknya." Lanjutnya lagi.

Gadis itu menoleh, "Sehun?" Pastinya.

Yuri mengangguk, "si bajingan itu ada didalem. Bangsat banget emang tuh lelaki, ihhh gereget!! Kenapa sih emak gue harus punya anak kesayangan kek dia!" Geregetnya.

"Udah gue duga." Timpalnya dalam hati. Menyenderkan punggungnya sejenak sebelum akhirnya memasangkan seatbelt.

"Lo gapapa, Rene?" Tanya Yuri. Dirinya menatap nanar ke arah Irene, oh tidak! Entah, setolol apa Oh Sehun sampai bisa menelantarkan gadis sebaik dan sesabar Irene seperti ini.

Irene tersenyum kecil, "gue gapapa. Gue tau kok." Jawabnya.

Yuri mendesah pelan, "seharusnya gue bisa lebih peka dari awal," sesalnya.

"Tapi ini bukan salah lo, Yuri! Ga ada yang perlu di sesali sekarang." Sanggahnya.

Baik Irene maupun Yuri terdiam. Tidak ada yang membuka suara lagi setelahnya, mungkin fokus pada pikirannya masing-masing.

"Gue bakal bikin perhitungan sama tuh cewek, liat aja!" Ancam Yuri. Perempuan itu mengepalkan tangannya di atas stir mobilnya. Menatap kedepan dengan nyalang, seolah-olah didepannya itu ada orang yang dituju.

"Sama si brengsek Oh, gue bakal aduin ke maminya. Biar mampus sekalian, ga dibolehin bawa mobil, terus gabisa jemput si pick me HAHAHAHAHA!" Tawa jahatnya menggelegar. Membayangkan kedua manusia itu tersiksa dan menderita membuat birahi tawa Yuri tersulut.

Irene yang sedang makan kacang yang berhasil dibukanya tak lama, kini memasukannya dengan cepat ke arah mulut Yuri.

"Udah, gausah ngelantur! Cepet jalanin nih mobil." Perintahnya.

Yuri melirik malas, "yaelah Rene, gue lagi cosplay Mafia juga tadi. Udah kece belum?" Bangganya.

"Ga ada, yang ada Kere."

"Sialan!" Irene tertawa. Melihat Yuri yang merenggut cemberut sembari memasang seatbelt membuat nya mendengus geli.

Ya, Yuri memang si Gila dari yang pada Gila. hanya karena mendengar aduan dari maminya bahwa Sepupunya itu tidak pulang kerumah, dan tadi mendapati mobil Sehun yang berbelok di pertigaan ke arah yang berlawanan membuat jiwa detektifnya mengudara.

Padahal tujuan awal mereka adalah mengerjakan tugas kelompok ke tempat Joshua sekarang.

Dan, Irene tentunya sudah mengira hal ini akan terjadi. Melihat mobil Sehun yang berjalan didepan mobil Yuri tadi dengan tenang sudah membawa ke arah tebakannya yang kini tidak melesat sedikitpun.

Memang, si bajingan Oh Sehun tidak akan kapok kalau belum karma level teratas yang menghampirinya langsung.

___________________________

TO BE CONTINUE!

SOMEONE 2 | HUNRENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang