📜 30.00

49 13 4
                                    

kepulan asap rokok yang lumayan tebal semakin menutupi seperempat wajah tampan yang tidak bosan menekuni kegiatan yang sama sedari empat puluh lima menit berlalu. —merokok dengan tenang.

mata tajamnya yang dihiasi dengan bulu mata lentik yang terpasang, terus memperhatikan ke arah seberangnya dengan wajah yang dibuat sedatar mungkin.

"Apa tujuan lo?" suara beratnya menggema diselingi hisapan terakhir di rokok nya yang ke tujuh di matikan. Dirinya menekan dengan santai puntung rokok itu di asbak yang terletak tepat di tengah meja.

"Long time no see!" Ungkapan itu terkesan datar namun di alunkan oleh suara yang lembut membuat kalimat itu menyimpan maknanya tersendiri.

Lelaki itu menatap lempeng ke depan, senyuman khas nya di tunjukkan sebagai balasan atas ungkapan tiba-tiba dari lawan bicaranya.

"Ulah apa lagi yang lo buat sekarang?" Kena Sehun. Kembali menelisik orang didepannya—apakah terusik atau bahkan...

Terlihat tenang (?)

"Bukannya lo yang lagi buat ulah?" Tanyanya balik, dan pertanyaan itu cukup mampu membuat Sehun terdiam seribu bahasa.

"Tiga tahun ga ketemu, lo makin parah dari yang gue kira."

Lelaki itu memutar bola matanya malas, "gausah bertele-tele. Tujuan lo ketemu gue apaan?" Lagi, kembali bertanya di tengah kesabarannya yang seperempat menipis.

Perempuan itu tersenyum, memandang takjub akan keberadaan Sehun didepannya. Tidak menyangka, bahwa lelaki didepannya ternyata hidup semenderita itu disaat jangkauan ketat yang diberikannya menghilang.

"Lo udah ga mau jadi parasit buat gue lagi?"

Rahang Sehun mengeras mendengar pertanyaan yang kurang lebih menjurus ke pernyataan itu, menusuk tepat ke dalam jantungnya.

Perasaan ini—arghh demi tuhan Sehun membenci fakta yang sedikit demi sedikit akan menguak ini.

"Kenapa, gue salah?" Sehun menggertakkan gigi nya mendengar penuturan ejekan yang kembali dilayangkan oleh lawan bicaranya.

"Jangan mancing gue buat kasar sama lo Eunbi!" Geram Sehun dirinya mencengkram kuat cangkir yang berada di tangannya. Menatap nyalang Eunbi yang kini tersenyum manis menatap lembut ke dirinya.

"Yoona, apa karena dia?" Sehun terdiam, sedangkan perempuan itu masih mempertahankan senyumannya di depan lelaki itu.

"Gausah bawa-bawa Yoo—" ucapan Sehun terpotong saat Eunbi kembali melayangkan pertanyaan nya. Yang kali ini mampu membuat Sehun memukul meja didepannya dengan keras.

"Atau... Jangan-jangan kembaran gue?" Perempuan itu tersenyum mengejek saat melihat Sehun beranjak dengan wajah berangnya yang kentara.

Sehun maju ke kursi Eunbi, menarik kasar kerah baju Eunbi dan mencekik lehernya tanpa permisi.

"Jangan pernah bawa-bawa Irene ke dalam pembahasan lo, anjing!" Maki Sehun, semakin mencekik leher Eunbi—memberi penekanan. Persetan dengan perempuan itu yang akan mati karena kehabisan nafas.

Uhuk uhukk

Eunbi terbatuk dan menarik nafas panjang-panjang disaat cekikan mematikan yang di buat Sehun sudah terlepas. Dirinya menatap Sehun dengan kesal.

Perempuan itu berdecih, "Keputusan Irene buat ninggalin lo emang yang paling tepat. Lo ga ada bedanya kayak iblis." Ucapnya berani.

Sehun memalingkan muka, menghela nafas panjang.

"Lo pikir setelah gue pergi, gue akan ninggalin semuanya gitu aja? Nggak! Gue tetep mantau lo dari jauh, Sehun." Ujarnya sembari sesekali menormalkan kembali deru nafasnya.

"6 tahun bukan waktu yang mudah bagi gue, lo tau itu." Lirihnya.

Sehun menoleh, dirinya menatap Eunbi yang sedang menunduk, "Tapi kenapa gue yang lo bikin menderita?!" Teriaknya.

Dirinya menarik dagu Eunbi kasar, menatapnya dengan tajam, "Lo buat gue gila, Eunbi!" Desisnya.

Lain hal dengan perempuan itu yang tersenyum dengan lantang, "emang itu tujuan gue." Katanya.

"Gue mau buat lo menderita dengan semua sikap gue ke lo, dan nantinya Irene yang bakal nanggung semua yang seharusnya gue tanggung, —"

"Gimana gue berhasil kan?" Kekeh Eunbi, dirinya menatap Sehun lekat yang juga sedang menatapnya.

Mencari kebohongan di setiap kata yang keluar dari mulut perempuan didepannya ini, tapi sialnya— dirinya tidak menemukan titik kebohongan itu.

"Lo lebih iblis dari gue, Eunbi." Ucapnya.

Eunbi mengangguk membenarkan, dirinya tersenyum miring dan melepaskan cengkraman Sehun di dagunya dengan kasar, "dan jangan harap lo bisa ngubah gue karena status kita yang dulu."

Sehun tersenyum tipis, "lakukan semau lo. gue ga akan sudi masuk ke jeratan iblis cantik kayak lo." Jawabnya.

"Oh ya? Kita lihat aja nanti. Cepat atau lambat, percaya atau nggak lo ga bakal bisa keluar dari lubang hitam gue." Ucap perempuan itu percaya diri.

"Apa buktinya?"

"Bukti? Wajah gue, mungkin?" Baliknya bertanya. Dan itu memang seratus persen benar adanya.

Dan karena hal itu pula, membuat masa yang teramat kelam bagi Irene beberapa tahun yang lalu. —masa SMA.

"Eunbi?" Tanpa di duga-duga di tengah keheningan yang menguak setelah terakhir kali Eunbi melayangkan pertanyaan, kini terdengar suara lirih yang berasal dari pintu masuk.

Sehun maupun Eunbi dengan cepat menolehkan kepalanya kearah pintu masuk. Jantung keduanya berdegup kencang, setelah menyadari kehadiran orang lain selain mereka berdua.

Irene?_ batin keduanya. Terlebih Sehun yang menyadari pakaian yang dikenakan oleh Irene kini.

Baju yang diperintahkan dirinya untuk dipakai khusus malam ini—hanya untuk dirinya.

____________________

TO BE CONTINUE !

Plot twist pertama terkuak sudah, hehe.
Ada yang menyangka??

Kalian kira cerita ini akan ringan-ringan saja? Oh tentuk, tidak! >_

Maaf, kalo feel-nya kurang ngenaa ya⊙⁠﹏⁠⊙

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now