📜 00.08

50 15 4
                                    

Jackson membolak-balikan buku materi tebal didepannya dengan gerakan acuh. Seakan minat tak minat dirinya memandang buku itu.

Sekali lagi, dirinya menghela nafas bosan. Ini sudah masuk jam kedua mata pelajaran di kelasnya berlangsung, yang dimana sudah hampir satu jam setengah.

Lelaki itu melirik jam yang melingkar pas di tangan kekarnya. Sudah pukul sembilan pagi. Di pagi yang sejuk ini dirinya sudah merasa bosan.

Pertama kali baginya, merasakan suntuk saat dikelas. Apalagi kini sedang penjelasan materi mata kuliahnya yang tengah berlangsung.

Langka sekali.

Tingg!

Satu notifikasi masuk dari ponselnya yang ia letakkan tepat di samping buku tebalnya tadi. Dengan gerakan sigap, dirinya mengambil ponsel itu dan mengeceknya.

Bambam : Jack, nongki yok! Setengah sepuluh di kantin ya, gue sama anak-anak udh standby.

Jackson membaca pesan itu, sambil berfikir. Tiga puluh menit lagi memang waktu kelasnya berakhir, namun dirinya sudah merasa sangat teramat suntuk dari sekarang.

Apa boleh buat? Membolos sekali pun tidak masalah.

"Oke, baik ada pertanyaan?" Dosen Yuna namanya, wanita itu menatap dengan hikmat satu persatu penghuni kelas dengan tatapan datar. Sambil menuju ke arah tempatnya, lalu menutup laman presentasi di laptopnya.

Mina, perempuan itu menunjuk tangan sembari satu tangannya memegang buku catatan kecilnya. Namun, tanpa diduga gerakan tangannya bersamaan dengan Jackson yang menunjuk tangan juga.

Dosen Yuna mengangkat satu alisnya, menatap Jackson dan Mina secara bergantian. Mina, gadis itu kikuk serasa oksigen disekitarnya menipis. Dia menengok ke belakang, ke arah tempat Jackson.

Gadis itu tersenyum canggung, "lo duluan." Katanya. Lalu berbalik lagi ke arah depan dengan wajah yang bersemu.

Jackson menatap Mina acuh, lalu dirinya berujar, "Saya ijin keluar ms." Katanya sambil tersenyum sopan.

Dosen Yuna, mengangguk sekali, "sepuluh menit dari sekarang." Katanya.

Memang dosen Yuna terkenal tegas dan selalu teguh pada pendirian dan sikap disiplin yang dibuatnya. Sekali orang menolak, maka akan beribu-ribu cara yang akan dirinya buat tanpa boleh orang itu menolaknya lagi.

Seperti sekarang, "maaf ms, keperluan saya mendadak dan penting." Jackson masih sopan.

"Saya ga mau tau. Kamu mau atau ga sama sekali." Tegasnya. Dosen itu menatap Jackson sengit.

Jackson menyeringai, "saya ambil." Katanya, setelahnya tanpa pamit dirinya beranjak keluar saat merapihkan seluruh barang-barang yang ada diatas mejanya ke dalam tasnya.

"Nilai kamu, di mata kuliah saya nol." Finalnya. Dosen itu berkata tanpa memandang Jackson yang sudah berada di ujung pintu keluar.

Jackson, lelaki itu tanpa peduli menjawab, kembali melanjutkan langkahnya keluar saat menutup pintu besi itu dengan gerakan pelan agar tidak menimbulkan suara bising.

Dosen Yuna tertegun dalam diamnya, namun setelah itu senyuman tipis perlahan mengembang, "dia masih belum berubah." Gumamnya.

Lain hal, dengan Mina. Cewek itu menatap ke arah pintu besi dengan tatapan teduhnya, "Sikap Lo yang kayak gituh, bener-bener buat orang lain jadi tertarik sama Lo, Jack."

_______________

"Gila! Lo berani banget, bro. Nilai lo yang diancem tuh, salut gue." Bambam ditempanya berseru sambil memakan tempe goreng dengan rakus. Padahal cowok itu sebelumnya sudah menghabiskan dua porsi Bakso dan Ketoprak, namun masih saja belum puas. Katanya untuk ngemil, agar mulutnya tidak diam saja.

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now